Rabu, 02 November 2016

[NOVEL] Don't Love Me - Bab VII

BAB VII
            Mia menunggu dengan senyum yang mengembang sejak Ia keluar dari hotel. Hari ini keinginannya untuk bersama Nathan akan terwujud. Bukan Mia namanya jika tidak berhasil memaksa Nathan untuk menemuinya.
            Mia menatap seorang gadis yang duduk tepat dihadapannya, gadis itu Ia kenal wajahnya. Alexa, Mia tahu itu dari Daniel, Ia mengenalnya namun Mia tak ingin menyapanya karena jika Ia menyapa gadis itu berarti Ia akan mengobrol dengannya dan jika pada saat itu Nathan datang Ia tidak akan berduaan saja dengan Nathan karena tidak mungkin secara tiba-tiba Ia pamit atau bahkan mengusir Alexa. Namun mengingat Alexa adalah pemilik Royal Resto, Mia berpikir untuk menyapanya nanti setelah Ia mengobrol dengan Nathan.

            “Maaf aku terlambat ya?” Nathan berdiri tepat di samping Alexa. Namun pandangannya menatap Mia.
            “Tidak, aku saja yang terlalu bersemangat. Sini kamu duduk” Mia menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya.
            Namun sebelum Nathan duduk di sampng Mia, Ia sadar ada seseorang yang mungkin Ia kenal. Akhirnya Nathan menoleh kekiri dan mendapati Alexa tengan menyesap minumannya. “Alexa....”
            Alexa mendongak kaget. Ia memang tak mendengar apapun tadi, ya tadi sebelum akhirnya iya mendengar namanya di sebut.
            “Senang sekali bertemu kau disini.” Nathan menarik bangku di samping Alexa. “Mia, disini saja..” Nathan menunjuk-menunjuk meja di depannya sekarang.
            “Kau sendirian kan? Kita gabung saja biar lebih ramai” Alexa masih tidak menjawab pertanyaan Nathan. Gadis itu masih terkejut dengan kedatangan Nathan.
            “Kamu kenal dia Nat?” ucap Mia yang akhirnya sudah duduk di sebelah Nathan.
            “Iya.. dia sepupunya Kevin” Nathan tak menatap Mia, Ia hanya menjawab seperlunya, Ia hanya menatap Alexa yang masih tidak berbicara apapun.
            “Tapi Nathan, sepertinya Alexa sedang sibuk, bukankah sebaiknya kita tidak merepotkannya” Mia yang sadar bahwa Nathan terus menatap Alexa pun akhirnya mulai protes.
            “Hmm? Eh? Ohhhhh iya aku sibuk. Aku pergi dulu” Alexa berdiri dari tempat duduknya namun Nathan reflek memegang pergelangan tangan kanan Alexa.
            “Kau bahkan tak terlihat sibuk Miss. Duduklah!” tangan Alexa di tarik ke bawah sehingga dirinya kembali duduk di tempatnya semula.
            Mia memperhatikan kejadian itu, Aneh Pikir Mia. Nathan tidak pernah seperti ini, tidak pernah memaksa seseorang seperti ini. Mia mulai gelisah, Ia merasa Nathan menyukai Alexa mulai dari tatapan laki-laki itu pada Alexa, cara Nathan memegang tangan Alexa dan caranya berbicara pada Alexa. Mia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini selama bertahun-tahun mengenal Nathan.
            “Nathan ini untuk mu, kemarin aku tidak sempat memberikannya” Mia mengambil sebuah paper bag dan langsung meletakannya di atas meja.
            Nathan tersenyum sambil berterimakasih lalu mengambil paper bag itu kemudian di taruhnya di bawah meja. “Kau tidak berada di kantormu, tidak biasanya aku melihatmu disini” Nathan mengubah arah pandangannya kembali, ya Ia kembali menatap Alexa yang sedang memutar-mutarkan jarinya di pingiran cangkir.
            “Tidak biasanya aku melihatmu disini, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Bisakah seorang dokter bersantai disini sementara mungkin pasiennya sedang kesakitan di rumah sakit?”  Alexa tak membalas tatapan Nathan, Ia masih fokus dengan kegiatannya.
            Mendengar perkataan Alexa tidak membuat Nathan marah, Ia justru tersenyum.
            “Mengapa kau tersenyum?” suara Mia. Nathan baru sadar jika masih ada Mia disini.
            “Tidak..” Nathan memandang Mia sekilas. “Miss, dokter juga manusia. Mereka juga harus menjaga kondisi tubuh mereka. Lagi pula di rumah sakit itu sudah banyak sekali dokter, kehilangan satu tidak akan berarti apa-apa” Nathan tersenyum menghadap Alexa.
            Alexa tak menjawab, masih sibuk dengan kegiatannya. “Kau teman Daniel kan?” tiba-tiba Alexa menatap Mia.
            Mia mengangguk “Ya.. bisa dibilang begitu”
            Percakapan mereka bergeser seputar pekerjaan masing-masing. Mia antusias menceritakan kegiatannya di Paris pada Nathan namun pria itu tak memberi tanggapan serupa. Nathan lebih suka mendengar beberapa kata yang keluar dari bibir Alexa, walau singkat dan terkesan cuek, itu tetap membuat Nathan tersenyum sepanjang obrolan.
            “Nathan. Aku harus kembali ke hotel. Temanku menunggu..” Mia akhirnya berdiri dari tempat duduknya.
            “Hmm hati-hati di jalan...” Nathan mendongak menatap Mia. Saat itu juga Mia langsung mencium pipi kanan Nathan. Hampir saja Nathan mendorong tubuh wanita itu.
            “See You Alexa...” Mia pergi sambil melambai.
            Nathan tak berbicara apapun, sama seperti Alexa. Mereka berdua diam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun Nathan langsung tersadar setelah beberapa saat diam.
            “Apa yang dia lakukan? Dia sudah gila. Dia terlalu lama di luar negeri” Nathan mengumpat sendiri.
            Alexa melirik jam tangannya spertinya Ia menunggu sesuatu. “Kau tidak pulang?” tanyanya pada Nathan
            “Tidak. Aku menunggumu.” Jawaban Nathan membuat Alexa menoleh.
            “Kau bahkan tidak datang kesini karena ingin menemuiku. Untuk apa kau menungguku?” Alexa kembali memalingkan wajahnya, ya Dia tidak ingin melihat laki-laki ini. Laki-laki yang tahu tentang dirinya, tentang satu hal yang orang lain bahkan Kevin pun tidak tahu.
            “Takdir. Aku datang dengan maksud lain, namun saat aku melihatmu sepertinya aku merubah maksud awalku datang kesini” Nathan masih memandang Alexa yang masih sibuk memandang ke luar jendela.
            “Maaf Lexa.. pekerjaanku baru selesai” tiba-tiba suara seorang laki-laki mengagetkan Alexa dan Nathan. “Loh, Nathan? Kau disini juga?” Kevin menjabat tangan Nathan sekilas.
            “Ya seperti yang kau lihat” ucap Nathan
            “Aku hampir mati bosan karenamu” Alexa menengadah menatap Kevin dengan tatapan yang tajam.
            “Maaf kan aku sepupuku sayang” Kevin memberi ciuman di pipi kiri Alexa. “Pekerjaanku hari ini banyak sekali, aku bahkan tidak bisa mengantar Rina pulang” Kevin menjelaskan seraya duduk di hadapan Alexa, tempat dimana tadi Mia duduk.
            Nathan kesal, entah mengapa melihat Kevin yang mencium Alexa, melihat Alexa yang bernafas dengan lega saat Kevin datang dan tatapan mereka berdua yang sangat dalam. Nathan tidak mengerti hubungan antar sepupu ini. Mungkin jika Ia menjadi Rina, Ia tidak akan membiarkan Kevin berdekatan dengan Alexa. Karena Kevin sangat terlihat menyayangi Alexa, Ya terlihat jelas dengan sikap dan cara bicaranya.
            “Kau tidak bilang jika kau bersama Nathan, sepupu” Kevin membuka pembicaraan.
            “Tidak penting bukan? Bahkan jika aku bersama seorang presiden, aku tetap tidak akan memberitahumu. Kau ingin menjemputku bukan menjemput siapa yang bersamaku” ucap Alexa, spontan Kevin tersenyum dan memajukan tubuhnya lalu mengusap-usap puncak kepala Alexa.
            Nathan menyipit, “Kau kesini untuk menjemput Alexa?” tanya Nathan akhirnya
            “Ya seperti itulah.. aku sepupu yang baik bukan? Haha” tawa Kevin tak diikuti oleh tawa Nathan maupun Alexa. “Ohh aku hanya tertawa sendiri”
            Alexa berdiri dari kursinya “Ayo Kevin”
            “Sekarang? Kau akan pulang sekarang?” Tanya Nathan dengan nada kecewa
            “Lexa, bisakah kita duduk sebentar disini? Kau tahu aku ingin memakan sesuatu. Pancake disini lumayan enak. Aku akan memesan dulu” Kevin yang sadar apa yang diinginkan Nathan langsung berjalan ke kasir.
            Alexa memandang Nathan “Mengapa aku masih harus berada disini?” tanyanya seraya duduk kembali di kursinya
            Nathan tersenyum, “Kau dengar alasannya tadi, Kevin ingin makan” ucap Nathan yang dibalas dengan gelengan kecil dari Alexa.
            Nathan memandang wajah Alexa yang terus menatap jalanan di luar jendela. Nathan benar-benar tertarik dengan gadis ini. Alexa sulit ditebak, apa yang ia mau? Apa yang ia pikirkan? Dan apa yang ia rasakan? Itu semua sangat bertolak belakang dengan Mia. Mia gadis yang mudah sekali ditebak, sangat mudah.
            “Kau dan Mia berpacaran?” Alexa menatap Nathan. Pertanyaan gadis ini membuat Nathan sontak membelalakan matanya.
            “Tidak.. mengapa kau bertanya begitu?” Nathan menahan senyumnya
            “Tidak, hanya bertanya.”
***
            Alexa tidur diranjangnya, Ia sudah menggunakan baju tidur dan sudah membersihkan tubuhnya. Entah mengapa Alexa tidak bisa tidur. Jo masih bersikap dingin padanya, namun bukan itu alasan Alexa tidak bisa tidur. Nathan, laki-laki yang baru dikenalnya membuat Alexa harus berhati-hati, membuatnya tidak berani untuk menatap laki-laki itu, walaupun Alexa tahu bahwa Nathan selalu memperhatikannya tapi Ia tidak berani untuk menatapnya balik.
            Saat Alexa memejamkan matanya, sebuah pesan yang masuk dari Line membuatnya kembali membuka mata. Saat membaca pesan itu Alexa langsung membelalakan matanya. Sebuah pesan dari laki-laki bernama Nathan, Ia bahkan tidak tahu kapan Nathan memiliki kontaknya. Sudah sampai? Kalimat itu tertulis jelas disana. Alexa bingung, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Apa yang harus ia lakukan, membalasnya atau membiarkannya?
            Ya, Sudah hanya itu yang Ia tulis dengan sigap Alexa langsung menghubungi Kevin. Namun nomor Kevin tidak aktif, tidak bisa dihubungi. Sudah jelas, ini pasti ulah Kevin.
            Tak berapa lama ada lagi pesan masuk dari orang yang sama. Alexa membukanya, Istirahatlah, selamat malam. Alexa diam, Ia tak membalas pesan itu, Ia tidak ingin laki-laki itu melangkah terlalu jauh, tidak ingin dan tidak akan membiarkannya terjadi.
***
            Nathan mengacak-acak rambutnya, “Ini gila! Aku melakukannya! Sejak kapan kau se frontal ini Nathan! Kau benar-benar gilaaa!!!!!” Nathan berteriak frustasi. Tak ada yang mendengarnya karena Ia mengirim pesan Line pada pada Alexa di kamar mandi sambil menatap dirinya di cermin.
            Nathan tahu Alexa tak akan membalas pesan terakhirnya, Ya sangat tahu. Maka Nathan berjalan lesu keluar dari kamar mandi. Status pesannya hanya terbaca, berarti Alexa membacanya. Bukankah lebih baik Ia tak membacanya? Mungkin aku tidak sedepresi ini pikiran Nathan mulai kacau. Besok hari yang sibuk karena banyak jadwal operasi untuknya jadi Ia harus mulai tidur dari sekarang. Nathan meletakan ponselnya di atas meja kecil di samping ranjangnya lalu menarik selimut dan memejamkan mata. Nathan baru terlelap lima menit namun sebuah nada pesan Line yang singkat bisa langsung membangunkannya seolah Ia memang menunggu itu terjadi.
            Nathan membuka pesan tersebut,
Alexa
Aku tidak bisa istirahat, terimakasih.
Selamat malam.
            Nathan membelalakan matanya, ini tidak seperti dugaannya. Tidak, Nathan tidak akan bisa tidur sama sekali jika seperti ini.
Alexa
Aku tidak bisa istirahat, terimakasih.
Selamat malam.
Me
Mengapa? Kau sakit?
Alexa
Tidak, hanya tidak bisa tidur.
Me
Tidurlah. Sebagai dokter aku menyarankan
Kau untuk tidur sekarang.
Ini sudah sangat larut Lexa.
Alexa
Terimakasih. Kau saja
         
   Nathan benar-benar tidak akan tidur. Oh Tuhan apa yang akan terjadi padanya besok jika Ia seperti ini. Alexa membalas pesannya, ya gadis itu membalas dan membuat Nathan tidak bisa berhenti untuk mengirimkan balasan pesan lainnya.
Me
Tidak.
Aku akan menemanimu.
         
   Nathan dan Alexa bertukar pesan hingga pukul tiga dini hari. Itu berhenti karena Nathan tiba-tiba saja tertidur. Namun percayalah, Nathan tertidur dengan senyum di bibirnya.
***
            Nathan sudah sangat lelah, ini sudah pukul lima sore dan jadwal operasi masih ada satu lagi. Kepalanya sudah sangat pusing. Tadi pagi Ia kesiangan dan lupa membawa ponselnya. Sepertinya wajah yang lesu dan tidak bersemangat yang ada di wajah Nathan bukan karena Ia kurang tidur, namun karena Ia lupa membawa ponselnya. Mungkin saja Ia bisa melanjutkan pembicaraan dengan Alexa saat ini, itu bisa membuatnya lebih bersemangat.
            Nathan berjalan menuju ruangan Dr.Lee, Ia langsung membuka pintu tanpa mengetuk.
            “Tak bisakah kau gantikan aku Dokter, kau lihat keadaanku saat ini” Nathan tak melihat ke meja Dr.Lee, Ia hanya menunduk seraya bersandar di pintu.
            “Nathan?” suara Alexa. Aku masih bermimpi pikiran Nathan belum pulih. “Dokter Nathan?” suaranya lagi.
            “Dokter, percayalah aku sudah tidak kuat. Aku mulai mendengar hal-hal yang tidak mungkin” Nathan mulai duduk di lantai. Ia menekuk kakinya lalu memeluknya.
            “Nat. Kau baik-baik saja? Aku sedang ada pasien. Kau bisa menungguku disana” Dr. Lee berdiri dan menghampiri Nathan. Nathan tak menjawab, Ia hanya menggeleng lalu mengangguk. Ia pun mulai berdiri.
            Nathan menegakan kepalanya melihat ke depan, “Ya Tuhan! Dokter, aku sepertinya sudah gila!” Nathan berteriak.
            “Nathan. Are you okay?” Tanya Alexa. Ternyata yang berada di hadapannya adalah Alexa.
            Nathan menatap dengan seksama, benar dia Alexa. “ohh eh oh Kau disini?”
            Alexa sedikit tersenyum, “Ya, sejak kau membuka pintu tanpa mengetuk lalu mengeluh lalu kau tergeletak di lantai. Sampai kau mengakui kau gila” ucapan Alexa membuat wajah Nathan memerah.
            “Kau sepertinya harus istirahat. Aku akan menggantikanmu, aku akan mengurusnya sekarang. Kau beristirahatlah di ruanganmu” Dr. Lee memberi penjelasan seraya menepuk bahu Nathan. “Jaga dirimu Alexa.” Lalu Dr.Lee pergi dari ruangannya setelah melihat ke arah Alexa.
            Alexa menatap Nathan, keadaannya benar-benar miris. “Kau sepertinya butuh bantuan” Alexa memegang tangan Nathan dan menuntunnya keluar ruangan.
            Nathan tak bisa berbicara, ini jarak terdekatnya dengan Alexa. Jika Ia tak mengatur detak jantungnya mungkin Alexa akan mendengarnya dan bertanya.
            “Dimana ruanganmu?” tanya Alexa. Nathan hanya menunjuk ruangan yang tak jauh dari ruangan Dr.Lee.
            Alexa kembali menuntun Nathan. Perasaan Alexa sangat tidak enak, ini mungkin karena dirinya yang mengganggu tidur malam laki-laki ini. Alexa memang tidak bisa melihat orang lain menderita apalagi karena dirinya.
            Alexa dan Nathan memasuki ruangan yang tertulis jelas di depan pintu ruangan Dr. Nathan. Perlahan Alexa mendudukan Nathan di sofa putih yang terletak disana.
            “Terimakasih” ucap Nathan. Laki-laki ini sedang berpikir apa yang harus Ia katakan. Ini di luar dugaannya. Alexa ada di rumah sakit, menolongnya sampai duduk di sofa, ini seperti mimpi.
            “Aku bukan dokter, tapi aku bisa membuatkan teh hangat untukmu. Hmm ada teh dan kopi. Kau mau yang mana?” Alexa sudah berada di meja kecil di ujung ruangan, di meja tersebut terdapat teh celup, kopi bubuk, bubuk cream, gula dan beberapa gelas dan sendok serta tentu saja terdapat dispenser di sebelah meja tersebut.
            Nathan memandang Alexa yang sudah memegang toples berisi teh celup di tangan kirinya dan toples berisi kopi di tangan kanannya. Gadis itu memandang lurus ke arah Nathan, menunggu jawabab dirinya. Nathan merasa ini benar-benar mimpi, selama Ia mengenal Alexa, hari ini adalah pertama kalinya Nathan melihat gadis itu begitu ramah.
            “kopi mungkin lebih baik saat ini” ucap Nathan
            Alexa tersenyum lalu mengangguk, “Kau ingin pakai cream atau tidak? Kau suka gula nya berapa sendok?” Alexa sudah memasukan beberapa sendok kopi ke dalam sebuah cangkir berwarna putih.
            “Tidak usah. Dua sendok saja” Nathan menjawab seraya merebahkan tubuhnya di sandaran sofa. “Kau memiliki jadwal check up?” Nathan memejamkan matanya sejenak
            “Tidak, hanya sedikit berkonsultasi” Alexa memasukan dua sendok gula, “Apakah aku harus datang ke pesta yang Royal adakan atau tidak.” Alexa lalu menekan tombol dispenser berwarna merah untuk mendapatkan air panas untuk kopi nya.
            “Hal seperti itu saja kau harus konsultasi?” Nathan menengok ke arah Alexa.
            Alexa berjalan menuju sofa, “Ini minumlah” Alexa lalu duduk di sofa lain yang ada di depan Nathan, “Ya, kejadian tahun lalu mungkin saja terjadi”
            Nathan menyesap kopi buatan Alexa, “Kejadian apa?” ada nada ke hati-hatian di kalimat Nathan. Ia terlalu takut bertanya terlalu dalam pada Alexa, gadis yang dihadapinya sekarang bukanlah Mia yang selalu senang di tanya tentang apapun.
            “hm kau juga sudah tahu apa yang terjadi pada tubuhku, mungkin ini lebih baik jika aku menceritakannya” Alexa berdiri berjalan ke arah jendela di ruangan Nathan yang menhadap ke luar gedung rumah sakit. “Tahun lalu aku datang tanpa kontrol keadaanku, di tengah-tengah acara aku merasa tubuhku melemah untung saja aku langsung berlari keluar dan mencari taxi untuk pergi ke rumah sakit. Dr.Lee bilang aku bisa saja tak sadarkan diri jika memaksa berada disana, disana terlalu ramai dan berbahaya, terlebih lagi aku belum mendapatkan transfusi saat itu. Mungkin, bisa saja aku mati saat itu juga”
            Nathan menatap punggung Alexa. Nathan berpikir apa yang ditakutkan gadis ini bukanlah kematian, namun hal lain. “Alexa, sebenarnya apa yang kau takuti?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Nathan tanpa dapat Ia kontrol.
            “satu yang harus kau tahu, aku tidak takut mati.” Alexa berbalik dan menatap Nathan, namun detik berikutnya Ia kembali menatap ke luar jendela “Aku takut, kakek dan Kevin menangis karena keadaanku”
            Nathan kembali menyesap kopinya, tebakannya benar. Alexa bukan gadis yang takut akan kematian. “Lalu, apa yang Dr.Lee sarankan padamu?” Nathan kembali menyandarkan punggungnya.
            “Aku akan mempercepat transfusi dan tidak boleh terlalu lama berada di dalam pesta itu. Karena akan mencurigakan jika aku tidak datang sama sekali... Aauuu” Alexa merintih. Lengannya terluka terkena besi tajam yang entah dari mana berada dicelah jendela.
            Nathan kaget, “Kenapa? Oh Ya Tuhan!” Nathan berlari mendekati Alexa. Dengan cepat Nathan menarik Alexa ke wastafel, menyiramnya dengan air lalu mengangkan lengan Alexa. “Tunggu sebentar, biarkan tetap berada di atas seperti ini”
            Alexa kaget, darah dari lengannya sama sekali tidak bisa berhenti, terus mengalir seakan seluruh darah di tubuh Alexa akan keluar. Lantai ruangan Nathan sudah penuh dengan darahnya, Apa yang harus kulakukan? Alexa bertanya pada dirinya. Alexa tak mengatakan apapun hanya terus memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan.
            Nathan kembali dengan dua es batu di dalam baskom dan beberapa kain. Nathan langsung menutup lengan Alexa yang terluka. Darahnya sama sekali tak berhenti, lukanya tidak parah hanya kecil namun darah yang keluar dari sana sama sekali tidak berhenti. Nathan memasukan beberapa es batu ke dalam kain lainnya dan langsung meletakannya di lengan Alexa.
            Luka Alexa dekat dengan pergelangan tangan, membuat gadis itu lebih mudah mengangkat lengannya. Alexa masih shock dan tak dapat berbicara apapun, dia menahan air matanya. Ini tidak sakit namun darah yang keluar begitu banyak membuatnya ingin menangis.
            “Tekan seperti” Nathan menarik tangan kiri Alexa untuk menekan kain yang berisi es batu tadi. “berjalan ke sofa” perintah Nathan.
            Alexa menurut, dengan lengan tangan kanannya yang diangkat dan tangan kirinya memegang kain berisi es batu, gadis itu berjalan dan kembali duduk di sofa.
            Nathan berjongkok di hadapan Alexa, “Sini” Nathan mengambil kain berisi es batu yang Alexa pegang, kain itu sudah penuh dengan darah. “rendam lenganmu disini” Nathan menarik tangan Alexa untuk masuk ke dalam baskom yang sudah penuh dengan es batu.
            Nathan mengganti kain es batu yang sudah penuh dengan darah Alexa dengan kain yang baru, “Jangan terlalu banyak menggerakannya” Nathan kembali menekan kain berisi es batu yang baru pada luka Alexa yang masih terendam es batu.
            Jantung Alexa berdebar, hal ini memang pernah terjadi tapi itu sudah lama sekali. Bertahun-tahun Alexa menjaga dirinya agar tidak terluka, namun hari ini karena kecerobohannya Ia harus terluka dan merepotkan orang lain.
            Darah yang keluar dari luka Alexa mulai membeku, saat itu Nathan langsung menutup luka tersebut dengan obat dan perban. “Jangan di gerakan dulu.” Nathan merapihkan semuanya dan meletakannya di dalam wastafel.
            “Terimakasih” ucap Alexa saat Nathan sudah berada di sampingnya “Maaf membuat ruanganmu menjadi kotor, aku akan membersihkannya”
            “Tidak perlu” Nathan tersenyum “Aku bisa membersihkannya sendiri”
            “Maaf sekali lagi. Lihat bajumu juga terkena darahku” Alexa mengambil tisu di atas meja dan melap kantung kemeja Nathan yang terkena darahnya.
            “Jangan bergerak!” Nathan sedikit membentak lalu mengambil paksa tisu yang di pegang Alexa. Nathan melihat Alexa yang shock, “Maaf, tapi kau benar-benar tidak boleh menggerakan lenganmu dulu”
            Alexa menangis, entah mengapa Ia ingin menangis saat ini. “maaf”
            “Mengapa kau menangis? Oh Ya Tuhan Alexa.. ku mohon jangan menangis” Nathan memandang wajah Alexa, perlahan telapak tangannya sudah menyentuh pipi Alexa yang basah karena air mata.
            Alexa tak bisa menahan diri untuk tidak menangis, “Maafkan aku..”
            “Lexa.. maafkan aku maaf, aku tidak bermaksud membentakmu, sungguh” Nathan
            Alexa hanya diam, wajahnya tertutup oleh rambutnya karena saat ini kepalanya menunduk. Alexa tidak ingin menangis di depan siapapun termasuk Nathan.  Ini kecerobohannya yang sangat memalukan.
            Tangan Alexa gemetar, Ia mulai ketakutan. Dalam hidupnya, ini pertama kalinya ada yang membantunya mengobati luka dan ini pula pertama kalinya Ia di bentak oleh orang lain. Sejak kecil Alexa memang tidak bisa di marahi atau dibentak, Ia akan langsung menangis bukan karena Ia takut tapi karena Ia kaget dan sangat sensitif.
            “Maaf” ucap Alexa lirih.
            “Oh bukan kau yang salah, aku yang salah. Aku yang meminta maaf padamu” Nathan menuntun Alexa untuk duduk kembali. Di usapnya kembali pipi Alexa yang sudah basah dengan air mata.
            “Maaf Nat...” ucap Alexa lirih
            “Jika kau minta maaf sekali lagi, aku akan membungkam mulutmu” Nathan merapihkan rambut Alexa yang sedikit berantakan.
            “Terimakasih” Alexa sadar dengan apa yang dilakukan Nathan pada dirinya. Ini terlalu jauh, Alexa tak boleh membiarkan ini. Alexa menggeser sedikit posisi duduknya agar lebih jauh dari Nathan.
            Nathan menyadari pergerakan Alexa. Nathan tahu dengan jelas bahwa gadis dihadapannya sedang menarik diri. Nathan tahu dan Ia membiarkan apapun yang gadis itu inginkan.
***
            Kevin mondar-mandir di depan Royal Resto. Dia sudah membawakan satu buket bunga mawar merah untuk meminta maaf pada sepupunya. Kevin tahu sepupunya itu pasti sedang sangat marah pada dirinya karena dengan bodohnya Kevin memberikan nomor ponsel Alexa pada Nathan. Tak ada pilihan lain, jika Kevin tidak memberikannya maka hubungannya dengan Rina akan terganjal lagi dengan sikap dingin calon kakak iparnya itu.
            “Oh God! Daniel.. kemana sebenarnya sepupuku tercinta itu?” keluhnya pada Daniel yang mendatanginya setelah setangah jam Ia beridiri disana.
            “Sudah ku bilang, jangan menunggu disini Kevin. Kau membuat semua pelanggan mengira restaurant ini sedang kau sewa untuk melamar gadismu.” Daniel berjalan selangkah lebih jauh dari Kevin lalu berbalik menjadi berhadapan dengannya. “Lihat tampilanmu. Memakai setelan jas lengkap, rambut klimis, membawa buket bunga. Kau mau menemui sepupumu atau kekasihmu? Yang benar saja!”
            Kevin tak mengacuhkan perkataan Daniel, Ia justru sibuk menengok kiri dan kanan berharap sepupunya itu cepat datang. Namun, setelah sekitar satu menit Daniel tak bergeming dari hadapannya, Kevin pun menatap pria itu dan pada saat itu sebuah mobil putih berhenti tepat di depannya.
            “Lexa....!” Kevin berlari mendekati Alexa “Ada apa denganmu? Oh God! Tanganmu terluka? Ada apa ini?” Kevin memegang pergelangan tangan Alexa tidak sabaran.
            “Hati-hati dengan lukanya Kevin!” ucap Nathan yang ternyata sudah keluar dari mobil juga.
            Kevin menatap Nathan curiga, sejak kapan kedua orang ini menjadi dekat.
            “Ini semua karenamu!” Alexa mendorong tubuh Kevin lalu berjalan memasuki restaurant.
            “Aku akan bicara denganmu nanti Nat!” Kevin memandang calon kakak iparnya itu dengan pandangan menuntut. “Oh Sepupuku tercinta. Tunggu aku” Kevin berlari menyusul Alexa.
            Daniel yang sejak tadi hanya mengamati apa yang terjadi akhirnya menatap Nathan dengan tatapan yang sangat tajam dan penuh kebencian. Sainganku bertambah satu.
            Di ruang kerjanya Alexa sudah duduk manis di sofa seraya menatap sepupunya dengan pandangan menuntut banyak penjelasan. Tanpa bertanya Alexa sudah tahu bahwa kedatangan Kevin kesini adalah untuk meminta maaf dengan tindakan semena-menanya, terlihat jelas dengan buket bunga yang ia pegangi sejak tadi.
            “Oke oke oke. Aku akan jelaskan. Jadi hentikan tatapan itu. kau bisa membunuhku Lexa sayang” Kevin duduk di sebelah Alexa
            “Aku memang berniat membunuhmu” ucap Alexa
            “Aku terpaksa memberikan nomormu Lexa. Kau tahu laki-laki itu hampir tidak setuju dengan hubunganku dengan Rina.”
            “Jadi kau menjadikan aku tumbal untuk mendapatkan restunya?” Alexa memotong penjelasan Kevin
            “Tidak tidak. Hanya, menjadikan nomor ponselmu sebagai umpan agar dia bersikap manis padaku” Kevin tersenyum jahil
            “Itu sama saja!” Alexa melemparkan bantal tepat di muka Kevin.
            Alexa berdiri lalu merebut buket bunga dari tangan Kevin “Aku akan mengurus bungan ini dulu”
            Kevin tersenyum senang, Ia sangat tahu bahwa sepupuya tak akan pernah bisa menolak mawar. Semarah apapun gadis itu, jika dihadapkan dengan mawar merah pastilah emosinya bisa teredam.
            “ngomong-ngomong, bagaimana bisa kau di antar oleh calon kakak iparku? Kalian tidak menghabiskan malam bersama bukan?”
            Plakk
            Sebuah pulpen terbang sempurna ke kepala Kevin.
            “Jaga bicaramu! Kau pikir aku semurahan itu untuk menghabiskan malam dengan laki-laki yang baru ku kenal?!” Alexa kembali sibuk dengan bunga mawar miliknya
            “Oke oke.. maaf. Tapi bisa kau jelaskan padaku sekarang?”
            Alexa berjalan menuju kursi kerjanya. Menengadah dan mengamati Kevin yang mulai bergerak duduk di hadapannya.
            “Aku hanya bertemu dia di apotek. Untuk membeli beberapa vitamin dan dia menawariku untuk di antar. Yaa.. menurutku itu suatu keuntungan bagiku”
            Kevin menyipitkan mata. Itu bukan alasan yang sesungguhnya. Bahka Alexa akan menolak mentah-mentah tawaran seperti itu sebelumnya, sepupunya ini hanya akan naik ke dalam mobilnya, Daniel, Jo dan tentu saja taxi. Namun baru saja Alexa bilang dia mengambil keuntungan dari Nathan, tidak mungkin, Alexa bukan gadis seperti itu. Kevin ingin mendebat, namun diurungkan karena dia pikir ini akan bagus untuk hubungan Alexa dengan Nathan nantinya.
            “begitu” ucap Kevin akhirnya, “Oh yaa.. kau harus datang bersama seseorang di pesta nanti, kurasa Nathan cukup baik”

            Alexa tak menjawab. Namun, memang hanya Nathan yang terbaik untuk di sampingnya saat ini. Laki-laki itu sudah tahu segalanya dan itu akan lebih mudah untuk Alexa.

1 komentar:


  1. Hanya di ICG88.COM dimana kamu bisa mainkan berbagai permainan di HKB Gaming,IDNPLAY, dan Gudang Poker! tentunya dengan inovasi terbaik.gabung dan buktikan sendiri promo dan bonusnya :

    Bonus New Member 20%
    * Min Deposit IDR 50.000,-
    * Max Bonus IDR 300.000,-
    * TurnOver 4X TO Termasuk Modal Dan Bonus
    * Bonus Di Berikan Di Depan
    * Jika Tidak Mencapai Ketentuan Bonus Maka Bonus Akan Di Tarik Melalui Nominal Withdraw

    Bonus Deposit Kedua & Selanjutnya 5%
    * Min Deposit IDR 50.000,-
    * Max Bonus IDR 100.000,-
    * TurnOver 5X TO Termasuk Modal Dan Bonus
    * Bonus Diberikan Di Depan

    Tunggu apa lagi,gabung dan dapatkan bonus serta jackpotnya!

    hubungi kami di :
    BBM : e3a9c049
    LINE: icg88poker
    Whattsapp : 081360618788

    BalasHapus