BAB VII
Mia
menunggu dengan senyum yang mengembang sejak Ia keluar dari hotel. Hari ini
keinginannya untuk bersama Nathan akan terwujud. Bukan Mia namanya jika tidak
berhasil memaksa Nathan untuk menemuinya.
Mia
menatap seorang gadis yang duduk tepat dihadapannya, gadis itu Ia kenal
wajahnya. Alexa, Mia tahu itu dari Daniel, Ia mengenalnya namun Mia tak ingin
menyapanya karena jika Ia menyapa gadis itu berarti Ia akan mengobrol dengannya
dan jika pada saat itu Nathan datang Ia tidak akan berduaan saja dengan Nathan
karena tidak mungkin secara tiba-tiba Ia pamit atau bahkan mengusir Alexa.
Namun mengingat Alexa adalah pemilik Royal Resto, Mia berpikir untuk menyapanya
nanti setelah Ia mengobrol dengan Nathan.
“Maaf
aku terlambat ya?” Nathan berdiri tepat di samping Alexa. Namun pandangannya
menatap Mia.
“Tidak,
aku saja yang terlalu bersemangat. Sini kamu duduk” Mia menepuk-nepuk kursi
yang ada di sampingnya.
Namun
sebelum Nathan duduk di sampng Mia, Ia sadar ada seseorang yang mungkin Ia
kenal. Akhirnya Nathan menoleh kekiri dan mendapati Alexa tengan menyesap
minumannya. “Alexa....”
Alexa
mendongak kaget. Ia memang tak mendengar apapun tadi, ya tadi sebelum akhirnya
iya mendengar namanya di sebut.
“Senang
sekali bertemu kau disini.” Nathan menarik bangku di samping Alexa. “Mia,
disini saja..” Nathan menunjuk-menunjuk meja di depannya sekarang.
“Kau
sendirian kan? Kita gabung saja biar lebih ramai” Alexa masih tidak menjawab
pertanyaan Nathan. Gadis itu masih terkejut dengan kedatangan Nathan.
“Kamu
kenal dia Nat?” ucap Mia yang akhirnya sudah duduk di sebelah Nathan.
“Iya..
dia sepupunya Kevin” Nathan tak menatap Mia, Ia hanya menjawab seperlunya, Ia
hanya menatap Alexa yang masih tidak berbicara apapun.
“Tapi
Nathan, sepertinya Alexa sedang sibuk, bukankah sebaiknya kita tidak
merepotkannya” Mia yang sadar bahwa Nathan terus menatap Alexa pun akhirnya
mulai protes.
“Hmm?
Eh? Ohhhhh iya aku sibuk. Aku pergi dulu” Alexa berdiri dari tempat duduknya
namun Nathan reflek memegang pergelangan tangan kanan Alexa.
“Kau
bahkan tak terlihat sibuk Miss. Duduklah!” tangan Alexa di tarik ke bawah
sehingga dirinya kembali duduk di tempatnya semula.
Mia
memperhatikan kejadian itu, Aneh
Pikir Mia. Nathan tidak pernah seperti ini, tidak pernah memaksa seseorang
seperti ini. Mia mulai gelisah, Ia merasa Nathan menyukai Alexa mulai dari
tatapan laki-laki itu pada Alexa, cara Nathan memegang tangan Alexa dan caranya
berbicara pada Alexa. Mia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini selama
bertahun-tahun mengenal Nathan.
“Nathan
ini untuk mu, kemarin aku tidak sempat memberikannya” Mia mengambil sebuah
paper bag dan langsung meletakannya di atas meja.
Nathan
tersenyum sambil berterimakasih lalu mengambil paper bag itu kemudian di
taruhnya di bawah meja. “Kau tidak berada di kantormu, tidak biasanya aku
melihatmu disini” Nathan mengubah arah pandangannya kembali, ya Ia kembali
menatap Alexa yang sedang memutar-mutarkan jarinya di pingiran cangkir.
“Tidak
biasanya aku melihatmu disini, seharusnya aku yang bertanya seperti itu.
Bisakah seorang dokter bersantai disini sementara mungkin pasiennya sedang
kesakitan di rumah sakit?” Alexa tak
membalas tatapan Nathan, Ia masih fokus dengan kegiatannya.
Mendengar
perkataan Alexa tidak membuat Nathan marah, Ia justru tersenyum.
“Mengapa
kau tersenyum?” suara Mia. Nathan baru sadar jika masih ada Mia disini.
“Tidak..”
Nathan memandang Mia sekilas. “Miss, dokter juga manusia. Mereka juga harus
menjaga kondisi tubuh mereka. Lagi pula di rumah sakit itu sudah banyak sekali
dokter, kehilangan satu tidak akan berarti apa-apa” Nathan tersenyum menghadap
Alexa.
Alexa
tak menjawab, masih sibuk dengan kegiatannya. “Kau teman Daniel kan?” tiba-tiba
Alexa menatap Mia.
Mia
mengangguk “Ya.. bisa dibilang begitu”
Percakapan
mereka bergeser seputar pekerjaan masing-masing. Mia antusias menceritakan
kegiatannya di Paris pada Nathan namun pria itu tak memberi tanggapan serupa.
Nathan lebih suka mendengar beberapa kata yang keluar dari bibir Alexa, walau
singkat dan terkesan cuek, itu tetap membuat Nathan tersenyum sepanjang
obrolan.
“Nathan.
Aku harus kembali ke hotel. Temanku menunggu..” Mia akhirnya berdiri dari
tempat duduknya.
“Hmm
hati-hati di jalan...” Nathan mendongak menatap Mia. Saat itu juga Mia langsung
mencium pipi kanan Nathan. Hampir saja Nathan mendorong tubuh wanita itu.
“See
You Alexa...” Mia pergi sambil melambai.
Nathan
tak berbicara apapun, sama seperti Alexa. Mereka berdua diam sibuk dengan
pikirannya masing-masing. Namun Nathan langsung tersadar setelah beberapa saat
diam.
“Apa
yang dia lakukan? Dia sudah gila. Dia terlalu lama di luar negeri” Nathan
mengumpat sendiri.
Alexa
melirik jam tangannya spertinya Ia menunggu sesuatu. “Kau tidak pulang?”
tanyanya pada Nathan
“Tidak.
Aku menunggumu.” Jawaban Nathan membuat Alexa menoleh.
“Kau
bahkan tidak datang kesini karena ingin menemuiku. Untuk apa kau menungguku?”
Alexa kembali memalingkan wajahnya, ya Dia tidak ingin melihat laki-laki ini.
Laki-laki yang tahu tentang dirinya, tentang satu hal yang orang lain bahkan
Kevin pun tidak tahu.
“Takdir.
Aku datang dengan maksud lain, namun saat aku melihatmu sepertinya aku merubah
maksud awalku datang kesini” Nathan masih memandang Alexa yang masih sibuk
memandang ke luar jendela.
“Maaf
Lexa.. pekerjaanku baru selesai” tiba-tiba suara seorang laki-laki mengagetkan
Alexa dan Nathan. “Loh, Nathan? Kau disini juga?” Kevin menjabat tangan Nathan
sekilas.
“Ya
seperti yang kau lihat” ucap Nathan
“Aku
hampir mati bosan karenamu” Alexa menengadah menatap Kevin dengan tatapan yang
tajam.
“Maaf
kan aku sepupuku sayang” Kevin memberi ciuman di pipi kiri Alexa. “Pekerjaanku
hari ini banyak sekali, aku bahkan tidak bisa mengantar Rina pulang” Kevin
menjelaskan seraya duduk di hadapan Alexa, tempat dimana tadi Mia duduk.
Nathan
kesal, entah mengapa melihat Kevin yang mencium Alexa, melihat Alexa yang
bernafas dengan lega saat Kevin datang dan tatapan mereka berdua yang sangat
dalam. Nathan tidak mengerti hubungan antar sepupu ini. Mungkin jika Ia menjadi
Rina, Ia tidak akan membiarkan Kevin berdekatan dengan Alexa. Karena Kevin
sangat terlihat menyayangi Alexa, Ya terlihat jelas dengan sikap dan cara
bicaranya.
“Kau
tidak bilang jika kau bersama Nathan, sepupu” Kevin membuka pembicaraan.
“Tidak
penting bukan? Bahkan jika aku bersama seorang presiden, aku tetap tidak akan
memberitahumu. Kau ingin menjemputku bukan menjemput siapa yang bersamaku” ucap
Alexa, spontan Kevin tersenyum dan memajukan tubuhnya lalu mengusap-usap puncak
kepala Alexa.
Nathan
menyipit, “Kau kesini untuk menjemput Alexa?” tanya Nathan akhirnya
“Ya
seperti itulah.. aku sepupu yang baik bukan? Haha” tawa Kevin tak diikuti oleh
tawa Nathan maupun Alexa. “Ohh aku hanya tertawa sendiri”
Alexa
berdiri dari kursinya “Ayo Kevin”
“Sekarang?
Kau akan pulang sekarang?” Tanya Nathan dengan nada kecewa
“Lexa,
bisakah kita duduk sebentar disini? Kau tahu aku ingin memakan sesuatu. Pancake
disini lumayan enak. Aku akan memesan dulu” Kevin yang sadar apa yang
diinginkan Nathan langsung berjalan ke kasir.
Alexa
memandang Nathan “Mengapa aku masih harus berada disini?” tanyanya seraya duduk
kembali di kursinya
Nathan
tersenyum, “Kau dengar alasannya tadi, Kevin ingin makan” ucap Nathan yang
dibalas dengan gelengan kecil dari Alexa.
Nathan
memandang wajah Alexa yang terus menatap jalanan di luar jendela. Nathan
benar-benar tertarik dengan gadis ini. Alexa sulit ditebak, apa yang ia mau?
Apa yang ia pikirkan? Dan apa yang ia rasakan? Itu semua sangat bertolak
belakang dengan Mia. Mia gadis yang mudah sekali ditebak, sangat mudah.
“Kau
dan Mia berpacaran?” Alexa menatap Nathan. Pertanyaan gadis ini membuat Nathan
sontak membelalakan matanya.
“Tidak..
mengapa kau bertanya begitu?” Nathan menahan senyumnya
“Tidak,
hanya bertanya.”
***
Alexa
tidur diranjangnya, Ia sudah menggunakan baju tidur dan sudah membersihkan
tubuhnya. Entah mengapa Alexa tidak bisa tidur. Jo masih bersikap dingin
padanya, namun bukan itu alasan Alexa tidak bisa tidur. Nathan, laki-laki yang
baru dikenalnya membuat Alexa harus berhati-hati, membuatnya tidak berani untuk
menatap laki-laki itu, walaupun Alexa tahu bahwa Nathan selalu memperhatikannya
tapi Ia tidak berani untuk menatapnya balik.
Saat
Alexa memejamkan matanya, sebuah pesan yang masuk dari Line membuatnya kembali membuka mata. Saat membaca pesan itu Alexa
langsung membelalakan matanya. Sebuah pesan dari laki-laki bernama Nathan, Ia
bahkan tidak tahu kapan Nathan memiliki kontaknya. Sudah sampai? Kalimat itu tertulis jelas disana. Alexa bingung,
jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Apa yang harus ia
lakukan, membalasnya atau membiarkannya?
Ya, Sudah hanya itu yang Ia tulis dengan
sigap Alexa langsung menghubungi Kevin. Namun nomor Kevin tidak aktif, tidak
bisa dihubungi. Sudah jelas, ini pasti ulah Kevin.
Tak
berapa lama ada lagi pesan masuk dari orang yang sama. Alexa membukanya, Istirahatlah, selamat malam. Alexa diam,
Ia tak membalas pesan itu, Ia tidak ingin laki-laki itu melangkah terlalu jauh,
tidak ingin dan tidak akan membiarkannya terjadi.
***
Nathan
mengacak-acak rambutnya, “Ini gila! Aku melakukannya! Sejak kapan kau se
frontal ini Nathan! Kau benar-benar gilaaa!!!!!” Nathan berteriak frustasi. Tak
ada yang mendengarnya karena Ia mengirim pesan Line pada pada Alexa di kamar mandi sambil menatap dirinya di
cermin.
Nathan
tahu Alexa tak akan membalas pesan terakhirnya, Ya sangat tahu. Maka Nathan
berjalan lesu keluar dari kamar mandi. Status pesannya hanya terbaca, berarti
Alexa membacanya. Bukankah lebih baik Ia
tak membacanya? Mungkin aku tidak sedepresi ini pikiran Nathan mulai kacau.
Besok hari yang sibuk karena banyak jadwal operasi untuknya jadi Ia harus mulai
tidur dari sekarang. Nathan meletakan ponselnya di atas meja kecil di samping
ranjangnya lalu menarik selimut dan memejamkan mata. Nathan baru terlelap lima
menit namun sebuah nada pesan Line yang
singkat bisa langsung membangunkannya seolah Ia memang menunggu itu terjadi.
Nathan
membuka pesan tersebut,
Alexa
Aku tidak bisa istirahat, terimakasih.
Selamat malam.
Nathan
membelalakan matanya, ini tidak seperti dugaannya. Tidak, Nathan tidak akan
bisa tidur sama sekali jika seperti ini.
Alexa
Aku tidak bisa istirahat, terimakasih.
Selamat malam.
Me
Mengapa? Kau sakit?
Alexa
Tidak, hanya tidak
bisa tidur.
Me
Tidurlah. Sebagai dokter aku menyarankan
Kau untuk tidur sekarang.
Ini sudah sangat larut Lexa.
Alexa
Terimakasih. Kau saja
Nathan
benar-benar tidak akan tidur. Oh Tuhan apa yang akan terjadi padanya besok jika
Ia seperti ini. Alexa membalas pesannya, ya gadis itu membalas dan membuat
Nathan tidak bisa berhenti untuk mengirimkan balasan pesan lainnya.
Me
Tidak.
Aku akan menemanimu.
Nathan
dan Alexa bertukar pesan hingga pukul tiga dini hari. Itu berhenti karena
Nathan tiba-tiba saja tertidur. Namun percayalah, Nathan tertidur dengan senyum
di bibirnya.
***
Nathan
sudah sangat lelah, ini sudah pukul lima sore dan jadwal operasi masih ada satu
lagi. Kepalanya sudah sangat pusing. Tadi pagi Ia kesiangan dan lupa membawa
ponselnya. Sepertinya wajah yang lesu dan tidak bersemangat yang ada di wajah
Nathan bukan karena Ia kurang tidur, namun karena Ia lupa membawa ponselnya.
Mungkin saja Ia bisa melanjutkan pembicaraan dengan Alexa saat ini, itu bisa
membuatnya lebih bersemangat.
Nathan
berjalan menuju ruangan Dr.Lee, Ia langsung membuka pintu tanpa mengetuk.
“Tak
bisakah kau gantikan aku Dokter, kau lihat keadaanku saat ini” Nathan tak
melihat ke meja Dr.Lee, Ia hanya menunduk seraya bersandar di pintu.
“Nathan?”
suara Alexa. Aku masih bermimpi
pikiran Nathan belum pulih. “Dokter Nathan?” suaranya lagi.
“Dokter,
percayalah aku sudah tidak kuat. Aku mulai mendengar hal-hal yang tidak
mungkin” Nathan mulai duduk di lantai. Ia menekuk kakinya lalu memeluknya.
“Nat.
Kau baik-baik saja? Aku sedang ada pasien. Kau bisa menungguku disana” Dr. Lee
berdiri dan menghampiri Nathan. Nathan tak menjawab, Ia hanya menggeleng lalu
mengangguk. Ia pun mulai berdiri.
Nathan
menegakan kepalanya melihat ke depan, “Ya Tuhan! Dokter, aku sepertinya sudah
gila!” Nathan berteriak.
“Nathan.
Are you okay?” Tanya Alexa. Ternyata yang berada di hadapannya adalah Alexa.
Nathan
menatap dengan seksama, benar dia Alexa. “ohh eh oh Kau disini?”
Alexa
sedikit tersenyum, “Ya, sejak kau membuka pintu tanpa mengetuk lalu mengeluh
lalu kau tergeletak di lantai. Sampai kau mengakui kau gila” ucapan Alexa
membuat wajah Nathan memerah.
“Kau
sepertinya harus istirahat. Aku akan menggantikanmu, aku akan mengurusnya
sekarang. Kau beristirahatlah di ruanganmu” Dr. Lee memberi penjelasan seraya
menepuk bahu Nathan. “Jaga dirimu Alexa.” Lalu Dr.Lee pergi dari ruangannya
setelah melihat ke arah Alexa.
Alexa
menatap Nathan, keadaannya benar-benar miris. “Kau sepertinya butuh bantuan” Alexa
memegang tangan Nathan dan menuntunnya keluar ruangan.
Nathan
tak bisa berbicara, ini jarak terdekatnya dengan Alexa. Jika Ia tak mengatur
detak jantungnya mungkin Alexa akan mendengarnya dan bertanya.
“Dimana
ruanganmu?” tanya Alexa. Nathan hanya menunjuk ruangan yang tak jauh dari
ruangan Dr.Lee.
Alexa
kembali menuntun Nathan. Perasaan Alexa sangat tidak enak, ini mungkin karena
dirinya yang mengganggu tidur malam laki-laki ini. Alexa memang tidak bisa
melihat orang lain menderita apalagi karena dirinya.
Alexa
dan Nathan memasuki ruangan yang tertulis jelas di depan pintu ruangan Dr.
Nathan. Perlahan Alexa mendudukan Nathan di sofa putih yang terletak disana.
“Terimakasih”
ucap Nathan. Laki-laki ini sedang berpikir apa yang harus Ia katakan. Ini di
luar dugaannya. Alexa ada di rumah sakit, menolongnya sampai duduk di sofa, ini
seperti mimpi.
“Aku
bukan dokter, tapi aku bisa membuatkan teh hangat untukmu. Hmm ada teh dan
kopi. Kau mau yang mana?” Alexa sudah berada di meja kecil di ujung ruangan, di
meja tersebut terdapat teh celup, kopi bubuk, bubuk cream, gula dan beberapa
gelas dan sendok serta tentu saja terdapat dispenser di sebelah meja tersebut.
Nathan
memandang Alexa yang sudah memegang toples berisi teh celup di tangan kirinya
dan toples berisi kopi di tangan kanannya. Gadis itu memandang lurus ke arah
Nathan, menunggu jawabab dirinya. Nathan merasa ini benar-benar mimpi, selama
Ia mengenal Alexa, hari ini adalah pertama kalinya Nathan melihat gadis itu
begitu ramah.
“kopi
mungkin lebih baik saat ini” ucap Nathan
Alexa
tersenyum lalu mengangguk, “Kau ingin pakai cream atau tidak? Kau suka gula nya
berapa sendok?” Alexa sudah memasukan beberapa sendok kopi ke dalam sebuah
cangkir berwarna putih.
“Tidak
usah. Dua sendok saja” Nathan menjawab seraya merebahkan tubuhnya di sandaran
sofa. “Kau memiliki jadwal check up?” Nathan memejamkan matanya sejenak
“Tidak,
hanya sedikit berkonsultasi” Alexa memasukan dua sendok gula, “Apakah aku harus
datang ke pesta yang Royal adakan atau tidak.” Alexa lalu menekan tombol
dispenser berwarna merah untuk mendapatkan air panas untuk kopi nya.
“Hal
seperti itu saja kau harus konsultasi?” Nathan menengok ke arah Alexa.
Alexa
berjalan menuju sofa, “Ini minumlah” Alexa lalu duduk di sofa lain yang ada di
depan Nathan, “Ya, kejadian tahun lalu mungkin saja terjadi”
Nathan
menyesap kopi buatan Alexa, “Kejadian apa?” ada nada ke hati-hatian di kalimat
Nathan. Ia terlalu takut bertanya terlalu dalam pada Alexa, gadis yang
dihadapinya sekarang bukanlah Mia yang selalu senang di tanya tentang apapun.
“hm
kau juga sudah tahu apa yang terjadi pada tubuhku, mungkin ini lebih baik jika
aku menceritakannya” Alexa berdiri berjalan ke arah jendela di ruangan Nathan
yang menhadap ke luar gedung rumah sakit. “Tahun lalu aku datang tanpa kontrol
keadaanku, di tengah-tengah acara aku merasa tubuhku melemah untung saja aku
langsung berlari keluar dan mencari taxi untuk pergi ke rumah sakit. Dr.Lee
bilang aku bisa saja tak sadarkan diri jika memaksa berada disana, disana
terlalu ramai dan berbahaya, terlebih lagi aku belum mendapatkan transfusi saat
itu. Mungkin, bisa saja aku mati saat itu juga”
Nathan
menatap punggung Alexa. Nathan berpikir apa yang ditakutkan gadis ini bukanlah
kematian, namun hal lain. “Alexa, sebenarnya apa yang kau takuti?” kalimat itu
meluncur begitu saja dari bibir Nathan tanpa dapat Ia kontrol.
“satu
yang harus kau tahu, aku tidak takut mati.” Alexa berbalik dan menatap Nathan,
namun detik berikutnya Ia kembali menatap ke luar jendela “Aku takut, kakek dan
Kevin menangis karena keadaanku”
Nathan
kembali menyesap kopinya, tebakannya benar. Alexa bukan gadis yang takut akan
kematian. “Lalu, apa yang Dr.Lee sarankan padamu?” Nathan kembali menyandarkan
punggungnya.
“Aku
akan mempercepat transfusi dan tidak boleh terlalu lama berada di dalam pesta
itu. Karena akan mencurigakan jika aku tidak datang sama sekali... Aauuu” Alexa
merintih. Lengannya terluka terkena besi tajam yang entah dari mana berada
dicelah jendela.
Nathan
kaget, “Kenapa? Oh Ya Tuhan!” Nathan berlari mendekati Alexa. Dengan cepat Nathan
menarik Alexa ke wastafel, menyiramnya dengan air lalu mengangkan lengan Alexa.
“Tunggu sebentar, biarkan tetap berada di atas seperti ini”
Alexa
kaget, darah dari lengannya sama sekali tidak bisa berhenti, terus mengalir
seakan seluruh darah di tubuh Alexa akan keluar. Lantai ruangan Nathan sudah
penuh dengan darahnya, Apa yang harus
kulakukan? Alexa bertanya pada dirinya. Alexa tak mengatakan apapun hanya
terus memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan.
Nathan
kembali dengan dua es batu di dalam baskom dan beberapa kain. Nathan langsung
menutup lengan Alexa yang terluka. Darahnya sama sekali tak berhenti, lukanya
tidak parah hanya kecil namun darah yang keluar dari sana sama sekali tidak
berhenti. Nathan memasukan beberapa es batu ke dalam kain lainnya dan langsung
meletakannya di lengan Alexa.
Luka
Alexa dekat dengan pergelangan tangan, membuat gadis itu lebih mudah mengangkat
lengannya. Alexa masih shock dan tak dapat berbicara apapun, dia menahan air
matanya. Ini tidak sakit namun darah yang keluar begitu banyak membuatnya ingin
menangis.
“Tekan
seperti” Nathan menarik tangan kiri Alexa untuk menekan kain yang berisi es
batu tadi. “berjalan ke sofa” perintah Nathan.
Alexa
menurut, dengan lengan tangan kanannya yang diangkat dan tangan kirinya
memegang kain berisi es batu, gadis itu berjalan dan kembali duduk di sofa.
Nathan
berjongkok di hadapan Alexa, “Sini” Nathan mengambil kain berisi es batu yang
Alexa pegang, kain itu sudah penuh dengan darah. “rendam lenganmu disini”
Nathan menarik tangan Alexa untuk masuk ke dalam baskom yang sudah penuh dengan
es batu.
Nathan
mengganti kain es batu yang sudah penuh dengan darah Alexa dengan kain yang
baru, “Jangan terlalu banyak menggerakannya” Nathan kembali menekan kain berisi
es batu yang baru pada luka Alexa yang masih terendam es batu.
Jantung
Alexa berdebar, hal ini memang pernah terjadi tapi itu sudah lama sekali.
Bertahun-tahun Alexa menjaga dirinya agar tidak terluka, namun hari ini karena
kecerobohannya Ia harus terluka dan merepotkan orang lain.
Darah
yang keluar dari luka Alexa mulai membeku, saat itu Nathan langsung menutup
luka tersebut dengan obat dan perban. “Jangan di gerakan dulu.” Nathan
merapihkan semuanya dan meletakannya di dalam wastafel.
“Terimakasih”
ucap Alexa saat Nathan sudah berada di sampingnya “Maaf membuat ruanganmu
menjadi kotor, aku akan membersihkannya”
“Tidak
perlu” Nathan tersenyum “Aku bisa membersihkannya sendiri”
“Maaf
sekali lagi. Lihat bajumu juga terkena darahku” Alexa mengambil tisu di atas
meja dan melap kantung kemeja Nathan yang terkena darahnya.
“Jangan
bergerak!” Nathan sedikit membentak lalu mengambil paksa tisu yang di pegang
Alexa. Nathan melihat Alexa yang shock, “Maaf, tapi kau benar-benar tidak boleh
menggerakan lenganmu dulu”
Alexa
menangis, entah mengapa Ia ingin menangis saat ini. “maaf”
“Mengapa
kau menangis? Oh Ya Tuhan Alexa.. ku mohon jangan menangis” Nathan memandang
wajah Alexa, perlahan telapak tangannya sudah menyentuh pipi Alexa yang basah
karena air mata.
Alexa
tak bisa menahan diri untuk tidak menangis, “Maafkan aku..”
“Lexa..
maafkan aku maaf, aku tidak bermaksud membentakmu, sungguh” Nathan
Alexa
hanya diam, wajahnya tertutup oleh rambutnya karena saat ini kepalanya menunduk.
Alexa tidak ingin menangis di depan siapapun termasuk Nathan. Ini kecerobohannya yang sangat memalukan.
Tangan
Alexa gemetar, Ia mulai ketakutan. Dalam hidupnya, ini pertama kalinya ada yang
membantunya mengobati luka dan ini pula pertama kalinya Ia di bentak oleh orang
lain. Sejak kecil Alexa memang tidak bisa di marahi atau dibentak, Ia akan
langsung menangis bukan karena Ia takut tapi karena Ia kaget dan sangat
sensitif.
“Maaf”
ucap Alexa lirih.
“Oh
bukan kau yang salah, aku yang salah. Aku yang meminta maaf padamu” Nathan menuntun
Alexa untuk duduk kembali. Di usapnya kembali pipi Alexa yang sudah basah
dengan air mata.
“Maaf
Nat...” ucap Alexa lirih
“Jika
kau minta maaf sekali lagi, aku akan membungkam mulutmu” Nathan merapihkan
rambut Alexa yang sedikit berantakan.
“Terimakasih”
Alexa sadar dengan apa yang dilakukan Nathan pada dirinya. Ini terlalu jauh,
Alexa tak boleh membiarkan ini. Alexa menggeser sedikit posisi duduknya agar
lebih jauh dari Nathan.
Nathan
menyadari pergerakan Alexa. Nathan tahu dengan jelas bahwa gadis dihadapannya
sedang menarik diri. Nathan tahu dan Ia membiarkan apapun yang gadis itu
inginkan.
***
Kevin
mondar-mandir di depan Royal Resto. Dia sudah membawakan satu buket bunga mawar
merah untuk meminta maaf pada sepupunya. Kevin tahu sepupunya itu pasti sedang
sangat marah pada dirinya karena dengan bodohnya Kevin memberikan nomor ponsel
Alexa pada Nathan. Tak ada pilihan lain, jika Kevin tidak memberikannya maka
hubungannya dengan Rina akan terganjal lagi dengan sikap dingin calon kakak
iparnya itu.
“Oh
God! Daniel.. kemana sebenarnya sepupuku tercinta itu?” keluhnya pada Daniel
yang mendatanginya setelah setangah jam Ia beridiri disana.
“Sudah
ku bilang, jangan menunggu disini Kevin. Kau membuat semua pelanggan mengira
restaurant ini sedang kau sewa untuk melamar gadismu.” Daniel berjalan
selangkah lebih jauh dari Kevin lalu berbalik menjadi berhadapan dengannya.
“Lihat tampilanmu. Memakai setelan jas lengkap, rambut klimis, membawa buket
bunga. Kau mau menemui sepupumu atau kekasihmu? Yang benar saja!”
Kevin
tak mengacuhkan perkataan Daniel, Ia justru sibuk menengok kiri dan kanan
berharap sepupunya itu cepat datang. Namun, setelah sekitar satu menit Daniel
tak bergeming dari hadapannya, Kevin pun menatap pria itu dan pada saat itu
sebuah mobil putih berhenti tepat di depannya.
“Lexa....!”
Kevin berlari mendekati Alexa “Ada apa denganmu? Oh God! Tanganmu terluka? Ada
apa ini?” Kevin memegang pergelangan tangan Alexa tidak sabaran.
“Hati-hati
dengan lukanya Kevin!” ucap Nathan yang ternyata sudah keluar dari mobil juga.
Kevin
menatap Nathan curiga, sejak kapan kedua
orang ini menjadi dekat.
“Ini
semua karenamu!” Alexa mendorong tubuh Kevin lalu berjalan memasuki restaurant.
“Aku
akan bicara denganmu nanti Nat!” Kevin memandang calon kakak iparnya itu dengan
pandangan menuntut. “Oh Sepupuku tercinta. Tunggu aku” Kevin berlari menyusul
Alexa.
Daniel
yang sejak tadi hanya mengamati apa yang terjadi akhirnya menatap Nathan dengan
tatapan yang sangat tajam dan penuh kebencian. Sainganku bertambah satu.
Di
ruang kerjanya Alexa sudah duduk manis di sofa seraya menatap sepupunya dengan
pandangan menuntut banyak penjelasan. Tanpa bertanya Alexa sudah tahu bahwa
kedatangan Kevin kesini adalah untuk meminta maaf dengan tindakan
semena-menanya, terlihat jelas dengan buket bunga yang ia pegangi sejak tadi.
“Oke
oke oke. Aku akan jelaskan. Jadi hentikan tatapan itu. kau bisa membunuhku Lexa
sayang” Kevin duduk di sebelah Alexa
“Aku
memang berniat membunuhmu” ucap Alexa
“Aku
terpaksa memberikan nomormu Lexa. Kau tahu laki-laki itu hampir tidak setuju
dengan hubunganku dengan Rina.”
“Jadi
kau menjadikan aku tumbal untuk mendapatkan restunya?” Alexa memotong
penjelasan Kevin
“Tidak
tidak. Hanya, menjadikan nomor ponselmu sebagai umpan agar dia bersikap manis
padaku” Kevin tersenyum jahil
“Itu
sama saja!” Alexa melemparkan bantal tepat di muka Kevin.
Alexa
berdiri lalu merebut buket bunga dari tangan Kevin “Aku akan mengurus bungan
ini dulu”
Kevin
tersenyum senang, Ia sangat tahu bahwa sepupuya tak akan pernah bisa menolak
mawar. Semarah apapun gadis itu, jika dihadapkan dengan mawar merah pastilah
emosinya bisa teredam.
“ngomong-ngomong,
bagaimana bisa kau di antar oleh calon kakak iparku? Kalian tidak menghabiskan
malam bersama bukan?”
Plakk
Sebuah
pulpen terbang sempurna ke kepala Kevin.
“Jaga
bicaramu! Kau pikir aku semurahan itu untuk menghabiskan malam dengan laki-laki
yang baru ku kenal?!” Alexa kembali sibuk dengan bunga mawar miliknya
“Oke
oke.. maaf. Tapi bisa kau jelaskan padaku sekarang?”
Alexa
berjalan menuju kursi kerjanya. Menengadah dan mengamati Kevin yang mulai
bergerak duduk di hadapannya.
“Aku
hanya bertemu dia di apotek. Untuk membeli beberapa vitamin dan dia menawariku
untuk di antar. Yaa.. menurutku itu suatu keuntungan bagiku”
Kevin
menyipitkan mata. Itu bukan alasan yang sesungguhnya. Bahka Alexa akan menolak
mentah-mentah tawaran seperti itu sebelumnya, sepupunya ini hanya akan naik ke
dalam mobilnya, Daniel, Jo dan tentu saja taxi. Namun baru saja Alexa bilang
dia mengambil keuntungan dari Nathan, tidak mungkin, Alexa bukan gadis seperti
itu. Kevin ingin mendebat, namun diurungkan karena dia pikir ini akan bagus
untuk hubungan Alexa dengan Nathan nantinya.
“begitu”
ucap Kevin akhirnya, “Oh yaa.. kau harus datang bersama seseorang di pesta
nanti, kurasa Nathan cukup baik”
Alexa
tak menjawab. Namun, memang hanya Nathan yang terbaik untuk di sampingnya saat
ini. Laki-laki itu sudah tahu segalanya dan itu akan lebih mudah untuk Alexa.

BalasHapusHanya di ICG88.COM dimana kamu bisa mainkan berbagai permainan di HKB Gaming,IDNPLAY, dan Gudang Poker! tentunya dengan inovasi terbaik.gabung dan buktikan sendiri promo dan bonusnya :
Bonus New Member 20%
* Min Deposit IDR 50.000,-
* Max Bonus IDR 300.000,-
* TurnOver 4X TO Termasuk Modal Dan Bonus
* Bonus Di Berikan Di Depan
* Jika Tidak Mencapai Ketentuan Bonus Maka Bonus Akan Di Tarik Melalui Nominal Withdraw
Bonus Deposit Kedua & Selanjutnya 5%
* Min Deposit IDR 50.000,-
* Max Bonus IDR 100.000,-
* TurnOver 5X TO Termasuk Modal Dan Bonus
* Bonus Diberikan Di Depan
Tunggu apa lagi,gabung dan dapatkan bonus serta jackpotnya!
hubungi kami di :
BBM : e3a9c049
LINE: icg88poker
Whattsapp : 081360618788