BAB II
“Aku
sudah tampankan? Jas ini cocok sekali untukku, aku terlihat sepuluh tahun lebih
muda” tuan Wijaya, Kakek dari Kevin dan Alexa tengah memandang dirinya di spion
mobil milik Kevin.
“Ya
kakek, kau sangat tampan. Jadi, bisakah kau segera masuk. Aku yakin Rina dan
keluarganya sudah menunggu” Kevin membukakan pintu mobil untuk kakeknya, dengan
sedikit menggerutu namun kakeknya tetap menurutin perkataan Kevin dan segera
masuk dan menggunakan sabuk pengaman.
Kevin
tahu bahwa kakeknya sangat menyayanginya, teramat sangat sampai beliau harus
terus ikut campur dalam kehidupan pribadi Kevin. Awalnya, Kakeknya meragukan
Rina namun saat kakeknya tahu Rina adalah cucu dari teman lamanya Ia berubah
drastis dan sangat menyetujui hubungan mereka. Kakek Kevin memang selalu ikut
campur dengan kehidupan Kevin, namun itu karena kakeknya sangat menyayangi
Kevin dan ingin cucunya itu selalu bahagia. Kevin tahu tentang itu, sangat
tahu.
Setibanya
di rumah keluarga Rina, kakek Kevin segera menekan bel seraya merapihkan jas
yang ia gunakan. Kakek selalu lebih
bersemangat dari pada aku, Kevin tahu itu. Kevin sudah sering mengajak
makan malam kakeknya bersama Rina, namun kali ini keluarga Rina hadir semua,
kedua kakaknya turut hadir. Kakek Rina seumuran dengan Kakek Kevin, Ayahnya
juga seumuran dengan Ayah Kevin jika beliau masih hidup. Ibu Rina sudah
meninggal sekitar lima tahun yang lalu akibat kecelakaan di jalan tol.
“Kakek
sudah datang, mari masuk” Rina tersenyum pada tuan Wijaya dan beralih memandang
Kevin dan mencium pipi nya singkat. “Aku tidak tahu bahwa kau terlihat lebih
tampan hari ini, kau menggunakan produk kecantikan apa?” Kakek Kevin sudah
berjalan masuk namun Kevin masih berdiri di luar berhadapan dengan Rina.
“Kau
mau tahu rahasianya?” Rina mengangguk, “Karena kau selalu berada di sisiku”
Kevin mencium pipi Rina singkat lalu menggandengnya masuk.
“Sepertinya
kau tergila-gila pada adikku Kevin, segeralah duduk sebelum aku melemparkan sayur
sop panas kepadamu” laki-laki berambut cokelat dengan warna mata yang sama
mencibir ke arah Kevin. Nathan Pratama, kakak kedua Rina, kakak yang paling protektif
terhadap Rina.
“Haha,
kau terlalu kejam Nathan, kita bisa bermain dengannya setelah makan nanti” Benny
pratama. Kakak pertama Rina, sama protektif namun ia sudah menikah saat ini
dengan kasandra aditya, wanita yang duduk disebelahnya.
Jantung
Kevin beredebar lebih cepat, selalu seperti ini jika bertemu Benny dan Nathan.
Mereka berdua manusia, namun seperti monster bagi Kevin. Awal bertemu, mereka
menanyakan banyak hal termasuk bagaimana ia bisa menjadi pemilik dari Royal
Hotel. Kevin menjawab dengan santai bahwa Ia salah satu cucu pendirinya. Namun,
jika kebanyakan orang akan kagum yang berarti Kevin adalah anak seorang yang
kaya raya, berbeda dengan Benny dan Nathan yang justru mencibir dan berkomentar
pedas.
“Sudahlah,
kenalkan dulu. Dia kakek Kevin, dan kakek dia kakak pertamaku Benny dan Kakak
keduaku Nathan disampingnya istri Benny kek, kasandra” Rina memperkanalkan
Benny , Nathan dan Kasandra secara bergantian. Mereka bertiga juga menjabat
tangan Tuan Wijaya bergantian.
“Kau
sangat tampan, apa kau sudah memiliki seorang kekasih?” tanya kakek Kevin. Tuan
Wijaya memang sangat terkenal dengan sifatnya yang frontal dan terus terang.
“Kakek,
tidak sekarang” Kevin memandang kakeknya penuh harap.
“Haha,
dia belum memiliki kekasih kek.” Ucap Rina seraya memincingkan mata ke arah
Nathan. Nathan pemuda yang tampan dan pintar. Ia seorang Dokter disalah satu
rumah sakit swasta di Jakarta.
“Wah
kebetulan aku memiliki seorang cucu yang sangat cantik dan...” sebelum Kakek
Kevin melanjutkan perkataannya, Kevin sudah menyela.
“Oke
kakek, kau baru mengenalnya. Tidak semua orang suka dengan leluconmu Kek” Kevin
memandang kakeknya.
“aku
tidak sedang membuat lelucon, Nathan pasti menyukai sepupumu” Kakek memang tidak pernah mau kalah.
Kevin menggelengkan kepalanya.
“Baiklah,
bicarakan ini lagi nanti. Karena aku yakin sepupuku tidak akan menyukai ide
gila mu kek” Kevin langsung merapihkan pakaian kakeknya dan meletakan serbet di
pangkuannya.
Nathan
sangat kaget saat mendengar percakapan Kevin dan Kakeknya. Ia memang orang yang
sinis apalagi menyangkut Rina, namun jika berurusan dengan kakek-kakek tua dia
tidak tahu harus bagaimana.
Selesai
makan, Nathan kembali ke rumah sakit karena harus mengecek pasiennya yang baru
saja selesai di operasi. Seharusnya Ia menjaga pasiennya, namun karena Rina
merengek Ia tak bisa berbuat apapun kecuali menurutinya. Baginya, perkataan
Rina adalah perintah yang wajib di turuti.
Nathan
berjalan menuju ruang pasca operasi. Sudah sepi, mungkin memang karena sudah
larut dan penjenguk sudah pulang semua. Namun, Nathan melihat seseorang keluar
dari ruangan Dr.Lee. Wanita itu menggunakan rok mini berwarna putih dan jaket
tebal berwarna cokelat. Rambutnya di ikat, terlihat jelas wajah wanita itu. Cantik. Nathan sering melihatnya
memasuki ruang Dr.Lee, mungkin karena Ia adalah pasiennya.
Wanita
itu mendekat ke arah Nathan, saat berpapasan Nathan bisa mencium aroma parfum
wanita tersebut, sesaat dada Nathan terasa sesak. Oh Tuhan.... Nathan menoleh kebelakang, memperhatikan wanita itu
keluar dari rumah sakit.
Nathan
memasuki ruangan Dr. Lee. Ia langsung duduk tanpa meminta persetujuan, “Kau
lembur hari ini?” tanya Nathan seraya menatap Dr.Lee yang tengah sibuk membaca
sesuatu.
“Kau
bisa lihat sendiri, jadwal operasi hari ini sangat padat dan kau bahkan
menghilang entah kemana.” Dr.Lee menatap Nathan dengan pandangan kesal. Nathan memang
seharusnya mengikuti beberapa operasi, namun karena permintaan Rina tadi Ia
harus meminta izin dan meminta orang lain menggantikannya.
“haha
Sorry sorry, tapi baru saja aku melihat gadis cantik keluar dari ruanganmu. Kau
yakin kau sibuk dengan pekerjaan?” Dr.Lee memndang Nathan dengan pandangan
seperti menuntut penjelasan.
“Kau
tahu aku seorang suami dan ayah dari dua orang putri Nat” Dr.Lee menggeleng.
Nathan dan Dr.Lee memang terpaut umur yang sangat jauh. Sekitar dua belas
tahun, namun karena Dr.Lee adalah dokter pembimbingnya dulu, Nathan bisa bicara
santai kepadanya.
“lalu,
siapa gadis itu?” Nathan memainkan pulpen yang terletak di meja Dr.Lee.
“Kau
tertarik padanya?”
“Tidak,
hanya aku sering melihatnya keluar masuk ruanganmu” Nathan berdiri dan berjalan
mengambil air mineral di meja lain.
“Namanya
Alexandra. Mengidap Hemofilia. Orang tuanya sudah meninggal dunia dan Ia hidup
sendiri dengan beberapa pembantu. Itu yang aku tahu” Dr.Lee berdiri dan
berjalan menuju jendela di ruangannya yang menghadap ke jalan raya.
“Dia
tidak terlihat sakit sama sekali. Kau tahu Dia seperti gadis biasa yang mungkin
saja kau goda hehe” Nathan berjalan mendekat pada Dr.Lee.
“Dia
berusaha dengan keras terhilat senormal mungkin, dia juga rutin mendapatkan
tranfusi. Sangat mudah bagi orang kaya melakukannya bukan? Dan aku tidak pernah
menggodanya Nathan.” Dr.Lee menghadap ke
Nathan.
“Ya..Ya
Ya” Nathan kembali meminum air mineralnya dan menatap suasana Jakarta di saat
malam
***
Nathan
duduk di kursi kerjanya, tak ada pasien yang harus ditangani dan semua pasien
sudah di cek, tak ada lagi jadwal operasi. Nathan mengamati laptopnya, namun
tak melakukan apa pun. Tiba-tiba Nathan teringat wanita tadi, “Alexandra” gumam
Nathan. Aroma parfumnya masih bisa di hirup Nathan. Nathan sangat ingat aroma
itu sampai detik ini, dia tak pernah begitu penasaran dengan seorang wanita. Ia
tidak biasanya memikirkan wanita yang tidak dikenalnya apalagi wanita yang
hanya dilihatnya beberapa kali, bahkan Ia baru mencium aroma parfumnya satu
kali namun membuat Nathan terus mengingatnya. Wanita itu berbeda, pikir Nathan.
Ponsel
Nathan berdering, “Hallo..”
“Sedang
apa?” tanya seseorang, suara wanita dan bukan suara Rina.
“Ada
apa menelponku?” walau nomor nya tidak dikenal, namun Nathan tahu betul suara
itu.
“Ayolah
Nathan, aku hanya perlu mengobrol denganmu. Aku baru kembali dari Paris dan kau
justru berbicara sinis seperti itu padaku?” wanita itu berbicara dengan manja.
Nathan memijat pelipis matanya, mendengar suara wanita tersebut membuat kepala
Nathan tiba-tiba pusing.
“Aku
sangat lelah Mia, besok saja” tanpa mendengar jawaban dari wanita bernama Mia
tadi, Nathan langsung mematikan ponselnya.
Bianca
Mia, wanita keturunan Indonesia Autralia itu memang cukup dekat dengan Nathan.
Mia selalu meminta Nathan menemaninya kemanapun, membuat janji sesuka hatinya
dan menyuruh Nathan tanpa meminta tolong. Aku
berharap gadis itu tidak seperti Mia. Tiba-tiba saja Nathan membandingkan
Alexandra dan Mia. “Ya Tuhan! Aku sudah gila! Apa yang aku pikirkan barusan?”
Nathan
keluar dari ruangannya dan menuju ruangan Dr.Lee. “Boleh aku lihat catatan
medis Alexandran” pinta Nathan yang langsung membuat Dr.Lee hampir jatuh dari
kursi kerjanya.
“Kau
sungguh tertarik pada Alexa?” Dr.Lee membenarkan posisi duduknya. “Setidaknya
kau bisa mengetuk pintu terlebih dahulu, untung saja aku tak memiliki penyakit
jantung” Dr.Lee berdiri dan menuju lemari arsip miliknya. Tanpa menunggu
jawaban Nathan, Dr.Lee segera mencari catatan medis Alexandra.
“Jadi
gadis itu di panggil Alexa?” Tanya Nathan sera duduk di sofa berwarna hitam di
ruangan Dr.Lee.
“Ini
dia...” Dr.Lee mengambil sebuah arsip dan menaruhnya di meja di depan Nathan.
“sepertinya begitu, sejak awal aku memanggilnya Alexa”
Nathan
membuaka catatan tersebut, membacanya secara teliti. Menyipitkan matanya
kemudian mengangguk seolah dia bertanya dan menemukan jawabannya sendiri. “dia
tidak pernah kritis sebelumnya” Dr.Lee tahu itu adalah pernyataan karena Nathan
terus membaca catatan medis tersebut.
“Ya,
sudah kubilang Ia bersikap senormal mungkin yang bisa Ia lakukan. Termasuk
menuruti semua prosedur agar penyakitnya tidak memburuk.” Dr.Lee berdiri dan
berjalan meuju pintu keluar. “Aku akan keluar untuk makan, aku sudah makan
malam namun tiba-tiba saja aku lapar lagi, kau ingin ikut?” Nathan menggeleng
dengan cepat Dr.Lee pun sudah menghilang di ambang pintu.
Nathan
membaca dengan teliti, semuanya Ia baca hingga Ia mengerti apa yang terjadi pada
Alexandra. Sebenarnya, Nathan juga bepikir tentang apa yang Ia lakukan saat
ini. Ia jelas-jelas menolak bahwa Ia tertarik pada seorang wanita hanya karena
aroma parfumnya yang terus terngiang di otak dan indra penciumannya. Ini bukan
Nathan, Ia tak pernah bertindak seperti ini dan Dia harap tidak melakukan hal
yang lebih dari ini, tidak dan jangan!.
Nathan
menatap foto yang ada di halaman depan catatan tersebut. Foto Alexandra yang
tersenyum manis, foto formal namun itu bisa membuat Nathan menahan nafasnya
beberapa detik. Tidak banyak orang yang menarik saat berfoto formal, namun foto
Alexandra sangat menarik perhatian Nathan. Cantik....
gumam Nathan yang bahkan tidak bisa Ia dengar sendiri.
Nathan
berjalan kembali keruangannya, Ia kembali mengingat sosok Alexandra yang keluar
dari ruangan Dr.Lee tersenyum dan wajahnya sangat cerah. Tak akan ada yang
mengira bahwa Alexandra mengidap kelainan pendarahan. Ia menatap lorong yang
dilewati Alexandra tadi, kembali teringat tentang aroma parfumnya. “Ahhh ini membuatku
gila!!!”
“Siapa
yang gila dok?” Nathan terperanjat kaget, seorang suster menepuknya dari
belakang.
“ohh
bukan siapa-siapa. Kau shift malam?” tanya Nathan untuk berbasa-basi
“Yaa.
Anda belum pulang?”
“Masih
banyak yang harus aku kerjakan. Aku masuk dulu” dengan secepat kilat Nathan
masuk keruangannya dan menutup pintu.
Bodoh

Hanya di ICG88.COM dimana kamu bisa mainkan berbagai permainan di HKB Gaming,IDNPLAY, dan Gudang Poker! tentunya dengan inovasi terbaik.gabung dan buktikan sendiri promo dan bonusnya :
BalasHapusBonus New Member 20%
* Min Deposit IDR 50.000,-
* Max Bonus IDR 300.000,-
* TurnOver 4X TO Termasuk Modal Dan Bonus
* Bonus Di Berikan Di Depan
* Jika Tidak Mencapai Ketentuan Bonus Maka Bonus Akan Di Tarik Melalui Nominal Withdraw
Bonus Deposit Kedua & Selanjutnya 5%
* Min Deposit IDR 50.000,-
* Max Bonus IDR 100.000,-
* TurnOver 5X TO Termasuk Modal Dan Bonus
* Bonus Diberikan Di Depan
Tunggu apa lagi,gabung dan dapatkan bonus serta jackpotnya!
hubungi kami di :
BBM : e3a9c049
LINE: icg88poker
Whattsapp : 081360618788