Rabu, 02 November 2016

[NOVEL] Don't Love Me - Bab V

BAB V
            Kevin sudah duduk di cafe dekat Royal Hotel, Ia menunggu calon kakak iparnya yang tiba-tiba saja mengajak bertemu. Tak ada prasangka apapun di otak Kevin kecuali penyiksaan batin yang akan dilakukan calon kakak iparnya tersebut. Mungkin saja ini akan menjadi wawancara antara calon adik ipar dan calon kakak ipar dimana sang kakak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akan. Seperti, bagaimana ia bekerja? Mengapa ia harus menjadi pemilik Royal Hotel? Apa makanan kesukaanya? Apa hobinya?. Tunggu, itu semua sudah ditanyakan saat pertemuan pertama mereka berdua.

            “Kau cepat juga” mendengar suara orang yang ditunggu, Kevin langsung berdiri tegak dan mengangguk.
            Nathan Pratama, kakak kedua dari kekasih Kevin. Nathan bukan tipe orang yang akan mengorbankan waktu liburnya untuk bertemu calon adik iparnya dan mengobrol hal yang tidak penting. Namun saat ini, hanya Kevin lah yang bisa membantunya karena Nathan tidak ingin berbicara dengan Tuan Wijaya yang mungkin memang akan membantu namun Nathan tidak suka berbincang dengan laki-laki tua itu.
            “Sebenarnya ada apa? Tidak biasanya kau menelponku dan mengajak bertemu” Kevin memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu.
            “Santai saja Boy, aku tidak ingin bicara tentang kau dan Rina saat ini” Ucap Nathan seraya menunjuk salah satu menu di buku menu dan menunjukannya kepada pelayan.
            “lalu?” suara Kevin terdengar lebih santai
            “Aku ingin tahu lebih banyak mengenai Alexa” Nathan menyandarkan punggungnya ke kursi.
            “What?!” Kevin mebelalakan matanya. “Apa kakek yang menyuruhmu untuk ini? Oh kakek tua itu memang sudah berlebihan” Kevin menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya.
            “Bukan, tak ada yang menyuruhku. Dan bisakah kau langsung meneritakan tentang sepupumu itu? Jangan buang waktu liburku, Boy” Nathan menatap Kevin dan saat itu pula Kevin menatap Nathan dengan pandangan tidak percaya.
            Kevin menyesap Americano miliknya dan kembali menatap Nathan. “Aku tidak tahu harus mempercayai ini atau tidak. Tapi percayalah padaku kakak ipar, Alexa akan membunuhku jika dia tahu aku berada disini bersamamu dan menceritakan tentang dirinya”
            “Terimakasih” Nathan menerima Cappucino panas dari pelayan. “Kau hanya perlu memilih, lebih baik dibunuh oleh sepupumu atau aku yang membunuhmu saat ini juga karena telah membuang-buang waktu liburku secara percuma karena kau tidak mengiyakan apa kataku tadi”
            Kevin menelan ludahnya. “Baiklah, tapi aku punya beberapa syarat”
            Nathan menatap tajam ke Kevin. “Kau berani mengajukan syarat padaku?”
            “Hanya beberapa, untuk memastikan nyawaku aman dari manusia berdarah dingin” Seperti kau dan Alexa. Kalimat terakhir Kevin hanya di katakannya dalam hati.
            “oke, apa?” Nathan menyesap minumannya.
            “Pertama kau harus berhenti memanggilku Boy, karena aku bukan anak kecil lagi” Nathan mengangguk setuju. “Kedua, dengan alasan apapun dan dalam keadaan apapun, kau tidak akan memberitahu Alexa tentang pertemuan ini dan pembicaraan ini, terlebih lagi jika ia pertanya kau tahu darimana, jangan pernah sebut namaku” Nathan mengangguk lagi. “dan yang terakhir adalah kau tidak boleh dan tidak diizinkan menindasku dengan pertanyaanmu dan sindiranmu”
            “Oke, Call!”
            Kevin tersenyum, Ia akan terbebas dari Nathan. Terimakasih Alexa.
            “So, ceritakan” Nathan memperhatikan Kevin.
            “Aku tidak tahu harus mulai darimana, tapi jika alasanmu memintaku menceritakan ini karena kau tertarik pada sepupuku maka akan aku mulai dari sifat-sifatnya. Aku mengenal Alexa sejak Ia kecil, dia gadis yang pintar dan baik dan pastinya juga cantik. Sifatnya terbilang aneh, dia memiliki kata-kata yang tajam dia benar-benar sepertimu jika sedang berbicara. Namun, aku tahu jika itu bukan diri Alexa yang sebenarnya. Aku tidak tahu apa alsannya, Alexa selalu menutup dirinya terhadap pria yang mencintainya. Ia tidak ingin mencintai dan membenci orang lain selain mencintai aku dan kakekku. Alexa sangat anti dengan kata cinta, jadi jika kau berniat menyatakan cinta padanya kau harus siap dengan penolakan” Kevin kembali menyesap kopinya
            “Aku tahu itu, lalu apa dia punya kekasih saat ini?” Nathan bertanya
            “Sudah ku bilang, Alexa anti dengan cinta. Bagaimana mungkin Ia memiliki seorang kekasih” Kevin menggelengkan kepala.
            “aku melihatnya dicium oleh laki-laki di ruang kerjanya. Laki-laki itu seperti kekasihnya” Nathan sedikit memebenarkan posisi duduknya.
            “itu.. tunggu dulu. Kapan kau masuk ke ruang kerja Alexa? Apa kau sedekat itu?” Kevin hampir saja tersedak memikirkan bahwa Alexa dekat dengan laki-laki lain.
            “Bukan urusanmu, jelaskan saja!” Nathan sedikit membentak membuat Kevin memundurkan wajahnya agar menjauh dari Nathan. Kevin takut jika tiba-tibakeluar api dari mulur laki-laki itu.
            “oke oke.. ada dua laki-laki yang dekat dengan Alexa di Royal Resto”
            “Apa dua? Ohh tunggu. Laki-laki yang menutup mulutmu dengan buku menu itu?” Nathan menyelidik.
            “Ya laki-laki itu” Kevin memejamkan matanya manahan amarah pada Daniel yang seenaknya saja melakukan hal itu pada dirinya. “Laki-laki itu bernama Daniel, manajer Royal Resto dan mungkin saja laki-laki yang mencium Alexa itu adalah dia atau jika bukan berarti adalah Jo, kepala koki di Royal Resto.”
            “Jadi, Alexa sedang dekat dengan dua laki-laki itu? Bukankah kau bilang Alexa anti dengan kata cinta?” Nathan semakin tidak mengerti. Bukan tidak mengerti dengan perkataan Kevin tapi dengan sifat dan sikap Alexa.
            “Aku belum selesai. Mereka berdua memang sangat dekat dengan Alexa namun bukan kekasihnya. Memang dulu Daniel dan Jo pernah menyatakan cinta pada Alexa, tapi sepupuku itu menolak. Alexa lebih nyaman bersama Daniel dan Jo hanya sebagai sahabat.” Kevin menatap Nathan serius. “Kau harus hati-hati dengan mereka berdua, karena walau sudah di tolak mereka masih sangat dekat dengan Alexa, kau bisa saja di cincang hidup-hidup jika mereka tahu kau sedang berusaha mendekati Lexa”
            Nathan menerawang mencoba menerka gadis seperti apa Alexa. “Tapi Kevin, apa Alexa dengan senang hati dicium oleh lelaki manapun?”
            “Jangan berpikir macam-macam tentang sepupuku, segalak apapun dia, dia tetap sepupuku. Dia bukan wanita seperti itu, tapi mungkin karena dia lama di luar negeri bersama dua orang itu maka adegan seperti itu sudah biasa. Alexa menganggapnya sama seperti saat aku menciumnya. Hmm kau harus tahu bahwa pipi Alexa sangan lembut dan memiliki aroma yang berbeda saat kau menciumnya” Kevin memejamkan matanya dan tersenyum membayangkan saat-saat ia mencium Alexa “Auuu”
            Nathan memukup kepala Kevin dengan sendok. “Kau itu sepupunya, mana pantas kau membayangkan sepupumu sendiri seperti itu. Apalagi di depan calon kakak iparmu!” Nathan berdiri dari tempatnya.
            “haha, belum apa-apa kau sudah cemburu.” Kevin ikut berdiri, mereka berdua saling berhadapan. “Jika kau memang menyukai sepupuku, kau harus berusaha dengan keras. Aku akan senang jika kau bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. hidupnya terlalu menyedihkan di Royal Resto”
            “Khawatirkan saja dirimu!”
***
            Nathan duduk di sebuah cafe yang terletak di seberang Royal Resto. Setelah bertemu dengan Kevin entah dengan alasan apa Nathan ingin datang ke Royal Resto, namun saat Ia sudah berada di depan Restaurant tersebut langkah Nathan terhenti seperti ada sesuatu yang menarik diri Nathan untuk menjauh dari Restaurant tersebut dan akhirnya disinilah Nathan. Pemandangan Royal Resto sama seperti biasanya, ramai dan terlihat sibuk. Nathan memperhatikan sebuah jendela yang terletak di atas gedung restaurant tersebut, lantai tiga dimana ruang kerja Alexa berada disana dan tanpa bertanya pada siapapun Nathan tahu itu adalah ruang kerja Alexa karena terlihat jelas bayangan tumbuhan hijau yang ada di balik jendela tersebut.
            Semakin aku mengenalnya, semakin aku ingin lebih dekat pikiran Nathan melayang mengingat semua perkataan Kevin padanya. Nathan memperhatikan jendela tersebut, sebuah sosok wanita terlihat jelas sedang menatap keluar jendela. Alexa, mata Nathan melebar entah sudah berapa hari sejak kejadian di ruang kerja itu membuat Nathan terus memikirkan gadis itu. Akhirnya, walau samar tapi Nathan bisa melihat wajahnya lagi.
            Seperti apa kau?mengapa kau begitu menarik perhatianku Nathan berpikir seraya terus memandang Alexa. Mungkin Nathan bisa menghabiskan waktu sehari semalam di tempat ini jika Ia bisa melihat Alexa disana terus.
            “Nathan....” seseorang mencium pipi Nathan. Sontak Nathan menoleh dan memandang kaget.
            “Mia...” ucap Nathan, tidak percaya bahwa Ia akan bertemu Mia di tempat ini.
            “takdir macam apa ini Nathan, Kau menghindariku tapi Tuhan mempertemukan kita disini” Mia duduk tepat di hadapan Nathan memandang laki-laki itu dengan pandangan takjub.
            Nathan tak menjawab, Ia sama sekali tak ingin dan tak pernah ada niat untuk menjawab semua pertanyaan Mia saat ini. Nathan memperhatikan jendela lagi, namun sayang sekali karena sosok wanita yang Ia lihat tadi sudah menghilang tinggal bayangan tumbuhan hijau disana.
            “Kau melihat apa? Kau ingin ke Royal Resto? Biar aku pesan tempat disana jika kamu mau” Mia melihat sekilas ke arah pandangan Nathan lalu melihat laki-laki itu lagi.
            Nathan memandang sekilas wajah Mia lalu berdiri. “Aku masih banyak urusan, lain kali saja kita bertemu”
            “Kau selalu saja begitu!” Mia sedikit berteriak, membuat Nathan menghentikan langkahnya.
            “Aku akan menelponmu” Nathan mendekat dan mengusap pelan puncak kepala Mia. Saat itu Mia hanya diam dan pasrah.
            Mia tahu Nathan memang seperti itu, namun ini bukan yang Ia harapkan. Tuhan sudah mempertemukannya lagi dengan Nathan setelah hampir dua minggu Ia di Jakarta dan tak mendapat sambutan apapun dari laki-laki itu. Mengharapkan laki-laki itu memperhatikannya adalah mimpi, selama ini Mia yang memaksa Nathan, Mia yang menggandeng Nathan dan Mia pula yang dengan santai mencium Nathan. Dari semua tindakannya itu, tak ada satu kali pun Nathan tersenyum pada Mia karena senang apalagi membalas perlakuan yang sama.
            “Aku bosan, laki-laki macam apa itu!” gerutu Mia yang melihat Nathan sudah pergi dengan mobilnya.
            Mia berjalan keluar cafe dan menuju Royal Resto. Ada satu orang yang Ia kenal disana, jabatannya lumayan penting. Mungkin Mia bisa meminta satu meja VIP untuk malam minggu nanti.
            Saat Mia baru saja masuk pintu restaurant Ia melihat seorang wanita sedang bersama temannya itu. Ya, Daniel manajer Royal Resto adalah teman Mia dan tentu saja Mia tahu siapa wanita yang bersamanya kali ini.
            “Daniel...” Mia melambai pada Daniel. Laki-laki itu menatap Mia sesaat memastikan siapa yang memanggil dan saat itu juga Daniel membalas lambaian tangan Mia.
            Daniel merangkul Alexa sampai dihadapan Mia, berbisik pada Alexa dan mengusap rambut Alexa mesra lalu tersenyum. Alexa tak melihat Mia, gadis itu hanya pergi begitu saja tanpa menyapa atau bahkan tersenyum.
            “Kau sudah kembali dari Paris? Ayo keruanganku” Daniel mempersilahkan Mia dan menuntunnya ke ruang kerja Daniel.
            “sudah dua minggu, nomormu sama sekali tidak bisa dihubungi” Mia berjalan di belakang Daniel, mengikutinya sampai di ruang kerja Daniel.
            “duduklah” Daniel mempersilahkan Mia untuk duduk. “Sorry, ponselku jatuh di danau dan malas sekali untuk mengurusnya ke operator. Ini nomorku yang baru” Daniel mengambil satu kartu nama di saku jasnya lalu memberikannya pada Mia.
            Mia tersenyum dan langsung memasukan kartu nama itu ke dalam tas kecil miliknya.
            “Aku kesini ingin minta tolong Daniel” Mia memajukan sedikit posisi duduknya agar bisa menatap Daniel.
            “minta tolong apa?” Daniel menatap Mia curiga. Gadis ini memang sangat manja, bahkan tanpa bertanya pun sebenarnya Daniel sudah tahu apa yang Ia minta.
            “Sediakan satu tempat VIP di Royal Resto untuk malam minggu nanti, ya? Please” Mia menyatukan telapak tangannya di depan wajahnya seperti sedang bertapa, memasang wajah semanis mungkin yang bisa Ia lakukan.
            “Tidak bisa. Sudah full. Lagi pula itu bukan tanggung jawabku ada bagiannya sendiri. Kau harus memesannya sesuai prosedur” Benar, pikiran Daniel benar. Dan Daniel menjawab dengan sesantai mungkin. Malam minggu? Mimpi saja.
            “Kau ini.. untuk temanmu Daniel.. please” Mia masih memohon dan Daniel menggeleng dengan tegas.

            “Tidak!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar