BAB V
Kevin sudah duduk
di cafe dekat Royal Hotel, Ia menunggu calon kakak iparnya yang tiba-tiba saja
mengajak bertemu. Tak ada prasangka apapun di otak Kevin kecuali penyiksaan
batin yang akan dilakukan calon kakak iparnya tersebut. Mungkin saja ini akan
menjadi wawancara antara calon adik ipar dan calon kakak ipar dimana sang kakak
akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akan. Seperti, bagaimana
ia bekerja? Mengapa ia harus menjadi pemilik Royal Hotel? Apa makanan
kesukaanya? Apa hobinya?. Tunggu, itu semua sudah ditanyakan saat pertemuan
pertama mereka berdua.
“Kau
cepat juga” mendengar suara orang yang ditunggu, Kevin langsung berdiri tegak
dan mengangguk.
Nathan
Pratama, kakak kedua dari kekasih Kevin. Nathan bukan tipe orang yang akan mengorbankan
waktu liburnya untuk bertemu calon adik iparnya dan mengobrol hal yang tidak
penting. Namun saat ini, hanya Kevin lah yang bisa membantunya karena Nathan
tidak ingin berbicara dengan Tuan Wijaya yang mungkin memang akan membantu
namun Nathan tidak suka berbincang dengan laki-laki tua itu.
“Sebenarnya
ada apa? Tidak biasanya kau menelponku dan mengajak bertemu” Kevin memberanikan
diri untuk bertanya lebih dulu.
“Santai
saja Boy, aku tidak ingin bicara tentang kau dan Rina saat ini” Ucap Nathan seraya
menunjuk salah satu menu di buku menu dan menunjukannya kepada pelayan.
“lalu?”
suara Kevin terdengar lebih santai
“Aku
ingin tahu lebih banyak mengenai Alexa” Nathan menyandarkan punggungnya ke
kursi.
“What?!”
Kevin mebelalakan matanya. “Apa kakek yang menyuruhmu untuk ini? Oh kakek tua
itu memang sudah berlebihan” Kevin menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya.
“Bukan,
tak ada yang menyuruhku. Dan bisakah kau langsung meneritakan tentang sepupumu
itu? Jangan buang waktu liburku, Boy” Nathan menatap Kevin dan saat itu pula
Kevin menatap Nathan dengan pandangan tidak percaya.
Kevin
menyesap Americano miliknya dan kembali menatap Nathan. “Aku tidak tahu harus
mempercayai ini atau tidak. Tapi percayalah padaku kakak ipar, Alexa akan membunuhku
jika dia tahu aku berada disini bersamamu dan menceritakan tentang dirinya”
“Terimakasih”
Nathan menerima Cappucino panas dari pelayan. “Kau hanya perlu memilih, lebih
baik dibunuh oleh sepupumu atau aku yang membunuhmu saat ini juga karena telah membuang-buang
waktu liburku secara percuma karena kau tidak mengiyakan apa kataku tadi”
Kevin
menelan ludahnya. “Baiklah, tapi aku punya beberapa syarat”
Nathan
menatap tajam ke Kevin. “Kau berani mengajukan syarat padaku?”
“Hanya
beberapa, untuk memastikan nyawaku aman dari manusia berdarah dingin” Seperti kau dan Alexa. Kalimat terakhir
Kevin hanya di katakannya dalam hati.
“oke,
apa?” Nathan menyesap minumannya.
“Pertama
kau harus berhenti memanggilku Boy, karena aku bukan anak kecil lagi” Nathan
mengangguk setuju. “Kedua, dengan alasan apapun dan dalam keadaan apapun, kau
tidak akan memberitahu Alexa tentang pertemuan ini dan pembicaraan ini,
terlebih lagi jika ia pertanya kau tahu darimana, jangan pernah sebut namaku”
Nathan mengangguk lagi. “dan yang terakhir adalah kau tidak boleh dan tidak
diizinkan menindasku dengan pertanyaanmu dan sindiranmu”
“Oke,
Call!”
Kevin
tersenyum, Ia akan terbebas dari Nathan. Terimakasih
Alexa.
“So,
ceritakan” Nathan memperhatikan Kevin.
“Aku
tidak tahu harus mulai darimana, tapi jika alasanmu memintaku menceritakan ini
karena kau tertarik pada sepupuku maka akan aku mulai dari sifat-sifatnya. Aku
mengenal Alexa sejak Ia kecil, dia gadis yang pintar dan baik dan pastinya juga
cantik. Sifatnya terbilang aneh, dia memiliki kata-kata yang tajam dia
benar-benar sepertimu jika sedang berbicara. Namun, aku tahu jika itu bukan
diri Alexa yang sebenarnya. Aku tidak tahu apa alsannya, Alexa selalu menutup
dirinya terhadap pria yang mencintainya. Ia tidak ingin mencintai dan membenci
orang lain selain mencintai aku dan kakekku. Alexa sangat anti dengan kata
cinta, jadi jika kau berniat menyatakan cinta padanya kau harus siap dengan
penolakan” Kevin kembali menyesap kopinya
“Aku
tahu itu, lalu apa dia punya kekasih saat ini?” Nathan bertanya
“Sudah
ku bilang, Alexa anti dengan cinta. Bagaimana mungkin Ia memiliki seorang
kekasih” Kevin menggelengkan kepala.
“aku
melihatnya dicium oleh laki-laki di ruang kerjanya. Laki-laki itu seperti
kekasihnya” Nathan sedikit memebenarkan posisi duduknya.
“itu..
tunggu dulu. Kapan kau masuk ke ruang kerja Alexa? Apa kau sedekat itu?” Kevin
hampir saja tersedak memikirkan bahwa Alexa dekat dengan laki-laki lain.
“Bukan
urusanmu, jelaskan saja!” Nathan sedikit membentak membuat Kevin memundurkan
wajahnya agar menjauh dari Nathan. Kevin takut jika tiba-tibakeluar api dari
mulur laki-laki itu.
“oke
oke.. ada dua laki-laki yang dekat dengan Alexa di Royal Resto”
“Apa
dua? Ohh tunggu. Laki-laki yang menutup mulutmu dengan buku menu itu?” Nathan
menyelidik.
“Ya
laki-laki itu” Kevin memejamkan matanya manahan amarah pada Daniel yang
seenaknya saja melakukan hal itu pada dirinya. “Laki-laki itu bernama Daniel,
manajer Royal Resto dan mungkin saja laki-laki yang mencium Alexa itu adalah
dia atau jika bukan berarti adalah Jo, kepala koki di Royal Resto.”
“Jadi,
Alexa sedang dekat dengan dua laki-laki itu? Bukankah kau bilang Alexa anti
dengan kata cinta?” Nathan semakin tidak mengerti. Bukan tidak mengerti dengan
perkataan Kevin tapi dengan sifat dan sikap Alexa.
“Aku
belum selesai. Mereka berdua memang sangat dekat dengan Alexa namun bukan
kekasihnya. Memang dulu Daniel dan Jo pernah menyatakan cinta pada Alexa, tapi
sepupuku itu menolak. Alexa lebih nyaman bersama Daniel dan Jo hanya sebagai
sahabat.” Kevin menatap Nathan serius. “Kau harus hati-hati dengan mereka
berdua, karena walau sudah di tolak mereka masih sangat dekat dengan Alexa, kau
bisa saja di cincang hidup-hidup jika mereka tahu kau sedang berusaha mendekati
Lexa”
Nathan
menerawang mencoba menerka gadis seperti apa Alexa. “Tapi Kevin, apa Alexa
dengan senang hati dicium oleh lelaki manapun?”
“Jangan
berpikir macam-macam tentang sepupuku, segalak apapun dia, dia tetap sepupuku.
Dia bukan wanita seperti itu, tapi mungkin karena dia lama di luar negeri
bersama dua orang itu maka adegan seperti itu sudah biasa. Alexa menganggapnya
sama seperti saat aku menciumnya. Hmm kau harus tahu bahwa pipi Alexa sangan
lembut dan memiliki aroma yang berbeda saat kau menciumnya” Kevin memejamkan
matanya dan tersenyum membayangkan saat-saat ia mencium Alexa “Auuu”
Nathan
memukup kepala Kevin dengan sendok. “Kau itu sepupunya, mana pantas kau
membayangkan sepupumu sendiri seperti itu. Apalagi di depan calon kakak
iparmu!” Nathan berdiri dari tempatnya.
“haha,
belum apa-apa kau sudah cemburu.” Kevin ikut berdiri, mereka berdua saling
berhadapan. “Jika kau memang menyukai sepupuku, kau harus berusaha dengan
keras. Aku akan senang jika kau bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. hidupnya
terlalu menyedihkan di Royal Resto”
“Khawatirkan
saja dirimu!”
***
Nathan
duduk di sebuah cafe yang terletak di seberang Royal Resto. Setelah bertemu
dengan Kevin entah dengan alasan apa Nathan ingin datang ke Royal Resto, namun
saat Ia sudah berada di depan Restaurant tersebut langkah Nathan terhenti
seperti ada sesuatu yang menarik diri Nathan untuk menjauh dari Restaurant
tersebut dan akhirnya disinilah Nathan. Pemandangan Royal Resto sama seperti
biasanya, ramai dan terlihat sibuk. Nathan memperhatikan sebuah jendela yang
terletak di atas gedung restaurant tersebut, lantai tiga dimana ruang kerja
Alexa berada disana dan tanpa bertanya pada siapapun Nathan tahu itu adalah
ruang kerja Alexa karena terlihat jelas bayangan tumbuhan hijau yang ada di
balik jendela tersebut.
Semakin aku mengenalnya, semakin aku ingin
lebih dekat pikiran Nathan melayang mengingat semua perkataan Kevin
padanya. Nathan memperhatikan jendela tersebut, sebuah sosok wanita terlihat
jelas sedang menatap keluar jendela. Alexa,
mata Nathan melebar entah sudah berapa hari sejak kejadian di ruang kerja itu
membuat Nathan terus memikirkan gadis itu. Akhirnya, walau samar tapi Nathan
bisa melihat wajahnya lagi.
Seperti apa kau?mengapa kau begitu menarik
perhatianku Nathan berpikir seraya terus memandang Alexa. Mungkin Nathan
bisa menghabiskan waktu sehari semalam di tempat ini jika Ia bisa melihat Alexa
disana terus.
“Nathan....”
seseorang mencium pipi Nathan. Sontak Nathan menoleh dan memandang kaget.
“Mia...”
ucap Nathan, tidak percaya bahwa Ia akan bertemu Mia di tempat ini.
“takdir
macam apa ini Nathan, Kau menghindariku tapi Tuhan mempertemukan kita disini”
Mia duduk tepat di hadapan Nathan memandang laki-laki itu dengan pandangan
takjub.
Nathan
tak menjawab, Ia sama sekali tak ingin dan tak pernah ada niat untuk menjawab
semua pertanyaan Mia saat ini. Nathan memperhatikan jendela lagi, namun sayang
sekali karena sosok wanita yang Ia lihat tadi sudah menghilang tinggal bayangan
tumbuhan hijau disana.
“Kau
melihat apa? Kau ingin ke Royal Resto? Biar aku pesan tempat disana jika kamu
mau” Mia melihat sekilas ke arah pandangan Nathan lalu melihat laki-laki itu
lagi.
Nathan
memandang sekilas wajah Mia lalu berdiri. “Aku masih banyak urusan, lain kali
saja kita bertemu”
“Kau
selalu saja begitu!” Mia sedikit berteriak, membuat Nathan menghentikan
langkahnya.
“Aku
akan menelponmu” Nathan mendekat dan mengusap pelan puncak kepala Mia. Saat itu
Mia hanya diam dan pasrah.
Mia
tahu Nathan memang seperti itu, namun ini bukan yang Ia harapkan. Tuhan sudah
mempertemukannya lagi dengan Nathan setelah hampir dua minggu Ia di Jakarta dan
tak mendapat sambutan apapun dari laki-laki itu. Mengharapkan laki-laki itu memperhatikannya
adalah mimpi, selama ini Mia yang memaksa Nathan, Mia yang menggandeng Nathan
dan Mia pula yang dengan santai mencium Nathan. Dari semua tindakannya itu, tak
ada satu kali pun Nathan tersenyum pada Mia karena senang apalagi membalas
perlakuan yang sama.
“Aku
bosan, laki-laki macam apa itu!” gerutu Mia yang melihat Nathan sudah pergi
dengan mobilnya.
Mia
berjalan keluar cafe dan menuju Royal Resto. Ada satu orang yang Ia kenal
disana, jabatannya lumayan penting. Mungkin Mia bisa meminta satu meja VIP
untuk malam minggu nanti.
Saat
Mia baru saja masuk pintu restaurant Ia melihat seorang wanita sedang bersama
temannya itu. Ya, Daniel manajer Royal Resto adalah teman Mia dan tentu saja
Mia tahu siapa wanita yang bersamanya kali ini.
“Daniel...”
Mia melambai pada Daniel. Laki-laki itu menatap Mia sesaat memastikan siapa yang
memanggil dan saat itu juga Daniel membalas lambaian tangan Mia.
Daniel
merangkul Alexa sampai dihadapan Mia, berbisik pada Alexa dan mengusap rambut
Alexa mesra lalu tersenyum. Alexa tak melihat Mia, gadis itu hanya pergi begitu
saja tanpa menyapa atau bahkan tersenyum.
“Kau
sudah kembali dari Paris? Ayo keruanganku” Daniel mempersilahkan Mia dan
menuntunnya ke ruang kerja Daniel.
“sudah
dua minggu, nomormu sama sekali tidak bisa dihubungi” Mia berjalan di belakang Daniel,
mengikutinya sampai di ruang kerja Daniel.
“duduklah”
Daniel mempersilahkan Mia untuk duduk. “Sorry, ponselku jatuh di danau dan
malas sekali untuk mengurusnya ke operator. Ini nomorku yang baru” Daniel
mengambil satu kartu nama di saku jasnya lalu memberikannya pada Mia.
Mia
tersenyum dan langsung memasukan kartu nama itu ke dalam tas kecil miliknya.
“Aku
kesini ingin minta tolong Daniel” Mia memajukan sedikit posisi duduknya agar
bisa menatap Daniel.
“minta
tolong apa?” Daniel menatap Mia curiga. Gadis ini memang sangat manja, bahkan
tanpa bertanya pun sebenarnya Daniel sudah tahu apa yang Ia minta.
“Sediakan
satu tempat VIP di Royal Resto untuk malam minggu nanti, ya? Please” Mia
menyatukan telapak tangannya di depan wajahnya seperti sedang bertapa, memasang
wajah semanis mungkin yang bisa Ia lakukan.
“Tidak
bisa. Sudah full. Lagi pula itu bukan tanggung jawabku ada bagiannya sendiri.
Kau harus memesannya sesuai prosedur” Benar, pikiran Daniel benar. Dan Daniel
menjawab dengan sesantai mungkin. Malam
minggu? Mimpi saja.
“Kau
ini.. untuk temanmu Daniel.. please” Mia masih memohon dan Daniel menggeleng
dengan tegas.
“Tidak!”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar