Langkah kecil dan
perlahan Keisha membuat Arkan sedikit begerak. Saat ini Keisha sudah rapih
dengan pakaian kerja dan tasnya. Saat bangun tadi Keisha memang sedikit
terkejut karena dirinya berada di pelukan Arkan, Keisha tidak ingat apapun
kecuali saat dirinya menangis dan memeluk laki-laki itu saat duduk berdampingan,
tapi tadi Keisha berusaha tidak panik dan melepaskan diri dari pelukan Arkan
seperlahan mungkin.
Keisha mengambil peep
toe miliknya dan berjalan perlahan keluar dari kamar. Keisha bahkan tidak
langsung menggunakan sepatunya, Ia hanya menjinjing dan setelah berjalan agak
jauh dari kamar, Keisha segera mengenakan sepatunya.
Saat menuju dapur, Keisha melihat meja makan sudah
tertata dengan rapih, beberapa jenis masakan sudah tersedia disana.
“Bibi sepertinya sudah sehat” gumam Keisha seraya
melewati meja makan dan berjalan mendekat ke lemari es yang ada di dapur.
Keisha membuka lemari es dan langsung tersenyum bahagia
karena Ia menemukan yang Ia cari. Sebuah mentimun dingin, dengan cepat Keisha
mengambil mentimun itu dan mengirisnya. Keisha membawa irisan mentimun ke meja
makan, lalu saat dia duduk di kursi, tanpa berpikir panjang Keisha langsung
menempelkannya pada mata.
Runtukan pada dirinya sendiri sudah dilakukan Keisha
sejak bangun tidur saat mendapati matanya yang bengkak. Ia menyesal menangis
begitu bersemangat dan tidak ingat jika hari ini ada rapat penting di kantor.
“Apa yang sedang kau lakukan?” suara Alan membuat Keisha merubah
posisi duduknya menjadi membelakangi Alan yang tadi tepat berada disampingnya
“Tidak sedang apa-apa. Kau sudah ingin berangkat ke
kantor?” tanya Keisha dengan tetap membelakangi Alan
Alan mendekat dan duduk di samping Keisha, “Untuk apa
mentimun ini?” Alan mengambil salah satu irisan mentimun, “Kau memakannya atau
apa?” tanya Alan lagi tak menjawab pertanyaan Keisha
Keisha akhirnya menghembuskan nafas pasrah dan
membenarkan posisi duduknya, “Mataku sedikit bengkak. Ini untuk mataku” jawab
Keisha sambil menunjukan timun yang sedang menempel di matanya
Alan tersenyum geli, “Kau habis menangis? Apa Arkan
melakukan sesuatu padamu?”
Mendengar pertanyaan Alan, pipi Keisha langsung memerah
karena mengingat posisi tubuhnya tadi pagi, namun Keisha langsung menggeleng
“Tidak. Dia tidak melakukan apapun”
“Baguslah. Aku pikir dia membuat masalah lagi” Alan
membalik piring dihadapannya dan menyendokan nasi dan lauk pauk ke atas piring
itu
Keisha mengikuti Alan, “Alan, bolehkah aku bertanya
sesuatu padamu?”
Alan mengangguk, “tentu”
“Mengapa Ayah dan Paman Faustin membuat perjanjian untuk
aku dan Arkan? Bukankah kau anak sulung disini? Terlebih lagi kau juga belum
menikah?” tanya Keisha
Alan meletakan sendoknya yang tadi baru saja ingin masuk
ke dalam mulutnya, “Aku dan Arkan hanya berbeda satu tahun. Tidak akan jauh
berbeda bila itu aku atau Arkan”
Keisha menatap tidak mengerti, “Memang, tapi aku
penasaran. Aku kira tadinya Arkan itu anak sulung, tapi ternyata dia memiliki
seorang kakak. Aneh bukan, jika seorang Ayah menikahkan putra bungsunya
terlebih dahulu?”
Alan menelan makanan yang ada dimulutnya lalu menjawab,
“Kenapa kau begitu penasaran? Apa kau berharap yang akan dijodohkan denganmu
itu adalah aku? Apa itu akan lebih baik jika aku?” Alan menatap Keisha
Keisha hampir terdesak karena Alan menatapnya begitu
intens, namun Alan buru-buru memberikan segelas air mineral untuk Keisha dan
Keisha meminum itu.
“Aku tidak pernah berpikir begitu. Aku hanya penasaran
saja” jawab Keisha seolah tidak peduli dan melanjutkan makannya
Alan mengangguk berusaha percaya dengan apa yang
dikatakan Keisha. Sebenarnya bukan hanya Keisha yang penasara, Alan pun
penasaran, kenapa Ayahnya menikahkan Arkan lebih dulu jika dirinya juga belum
memiliki seorang wanita saat ini.
“Kau tidak mengompres matamu lagi? Itu masih terlihat
bengkak” Alan menunjuk mata Keisha
Keisha dengan tergesa-gesa mengambil irisan mentimun yang
baru dan meletakannya pada kedua matanya, namun Keisha merasa ada yang salah.
“Ya Tuhan.. jika begini bagaimana aku makan?” keluah Keisha
Alan tertawa, “Kau ingin aku suapi?”
“Tidak!” Keisha meletakan lagi irisan mentimunnya, “Aku
akan mengurus mataku nanti. Aku sangat lapar sekarang, jadi mari kita lanjutkan
sarapan ini”
Alan masih tertawa geli dengan tingkah Keisha, tadinya
Alan pikir Keisha bukan tipe wanita yang easy
going tapi ternyata dirinya salah. Keisha sangat bisa diajak bicara dan
sangat mudah akrab dengannya.
“Mengapa kau tertawa seperti itu?” suara Arkan.
Keisha langsung buru-buru menelan makanan yang ada
dimulutnya walau itu belum dikunyah dengan baik. “Kau sudah bangun?”
Arkan tak menjawab, Ia menatap Alan menuntut jawaban.
“Aku hanya sedang membicarakan hal lucu dengan Keisha.
Jadi aku tertawa” jawab Alan, “duduklah. Kami sudah hampir selesai”
Dengan agak kesal Arkan menarik kursi disisi Keisha yang
lain dan menyendokan makanan kepiringnya. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan
Keisha dan Alan, tapi karena ketidak tahuannya itu membuat dirinya bertambah
kesal.
***
“Kau baik-baik saja?” tanya Arkan pada Keisha saat mereka
berdua sudah berada di dalam mobil
Keisha mengangguk, “Maaf untuk semalam”
“Mengapa minta maaf, kau tidak melakukan kesalahan
apapun. Lagi pula...”
“Arkan...” Sela Keisha, “Bisakah kita tidak membahas itu?
aku masih sangat malu saat ini”
Arkan tersenyum lalu mengangguk, “Baiklah. Lalu apa yang
harus kita bahas selama kemacetan ini” Arkan menoleh menatap Keisha
Akhirnya mereka berdua hanya saling bertanya tentang
keseharian sebelum mereka menikah. Arkan menceritakan versinya, dia bercerita
tentang segala kesibukannya selama ini, Ayahnya memutuskan untuk menugaskan
Arkan mengurus bagian ponsel dan Alan bagian komputer. Keluarga Faustin memang
pemilik salah satu perusahaan IT terbesar di Indonesia, produk yang mereka
keluarkan hanya berupa ponsel dan komputer ataupun laptop.
Arkan juga bercerita tentang kematian Ibunya saat Ia
masih kecil. Jadi sejak kecil Arkan sudah kehilangan sosok Ibu dan hanya
dirawat oleh Ayah dan Bibi Aisyah. Arkan juga mengaku bahwa Ia sangat suka
sekali datang ke pesta, dia bilang bahwa pesta adalah saat dia bisa melepaskan
semua stress dan beban.
Berbeda dengan Keisha yang mengaku tidak begitu suka
pesta dan keramaian. Ia lebih baik mengurung diri di kamar jika harus
menghadiri pesta, namun hal itu tidak berarti Keisha tidak bisa bersikap ramah
jika Ia hadir di sebuah acara pesta. Keisha juga bercerita tentang kehidupannya
dan Rasha, bahkan Keisha juga bercerita bahwa Ia merupakan salah satu model
yang cukup dipertimbangkan di berbagai majalah.
“Yang benar saja, aku belum pernah melihat wajahmu berada
di majalah” komentar Arkan
“Majalah apa yang kau baca?” Keisha menatap Arkan dengan
menyipitkan mata
Arkan gugup, “Apa yang kau pikirkan? Aku tidak membaca
majalah seperti itu!” elaknya,
“Aku tidak bilang kau membaca majalah seperti itu. aku
hanya bertanya majalah apa yang kau baca. Jika kau mengelak seperti itu, aku
justru yakin kau sering membeli majalah seperti itu” Keisha makin menatap penuh
curiga
“Sudahlah. Itu kantormu sudah terlihat. Bersiaplah”
Keisha hanya tersenyum melihat ekspresi Arkan yang gugup
Saat mereka sampai di depan kantor Keisha, Arkan
membukakan pintu mobil untuk Keisha.
“Kau tidak perlu seperti ini” ucap Keisha saat keluar
dari mobi, “Tapi terimakasih”
“Aku harus.” Jawab Arkan tegas, “Hubungi aku jam berapa
kau akan pulang hari ini. Aku akan menjemputmu”
Keisha mengangguk lalu berjalan menaiki beberapa anak
tangga didepan kantornya dan melambai pada Arkan saat laki-laki itu pergi.
“Duh pengantin baru” suara Sheryl
Keisha berbalik dan memukul lengan Sheryl. “Ayo masuk”
***
Kehidupan pernikahan Keisha beberapa hari ini masih
seperti biasa. Arkan masih mengantar dan menjemputnya bekerja, mereka masih
tidur dengan batas guling, Keisha juga semakin akrab dengan Alan.
Hari ini merupakan hari terakhir Keisha tinggal di rumah
Arkan, jadi dia begitu semangat pagi ini ingin cepat sampai kantor lalu pulang
ke rumahnya sendiri. Sudah satu minggu Keisha tidak melihat kamarnya, Ia
merindukan kasur dan beberapa tanamannya.
Keisha menggunakan sepatu t-strap miliknya lalu keluar dari kamar dengan menjinjing tas
kerjanya. Keisha memiliki mood yang bagus hari ini jadi Ia memutuskan untuk
menggerai rambutnya yang panjang. Keisha berjalan dengan sedikit menahan sakit
dikakinya, itu sudah biasa bagi Keisha karena hidupnya harus bergantung pada
sepatu high heels dan risikonya
adalah menahan rasa sakit dikakinya.
“Selamat pagi Kei” sapa Alan yang datang dari arah
berlawanan dengan Keisha
Keisha tersenyum, “Selamat pagi Alan” Keisha berjalan
mendahulu Alan, lalu masuk ke dapur
“Apa yang kau cari?” tanya Alan setelah mengikuti Keisha
ke dapur
“Apa kau memiliki salap pegal? Kakiku sedikit pegal”
Keisha berbalik menatap Alan
“Sepertinya di lemari sebelah sana” Alan menunjuk salah
satu lemari di belakang Keisha
Keisha berbalik lagi lalu mendangak, lemarinya berada diatas.
Keisha maju beberapa langkah lalu berjinjit. Keisha sedikit melompat namun
tiba-tiba keseimbangannya terganggu dan langsung terjatuh dilantai dengan
posisi duduk.
“Kau tidak apa-apa?” Alan mendekat dan berjongkok
memeriksa keadaan Keisha
Keisha menggeleng lalu berusaha berdiri, namun rasa sakit
menjalar di kakinya yang membuat Keisha limbung.
“Sepertinya kakimu terkilir. Biar ku bantu” Alan menuntun Keisha yang berjalan dengan
pincang ke meja makan dan duduk disalah satu kursi.
Alan berjongkok dan memeriksa kaki Keisha, “Ya Tuhan..
kakimu memar. Biar ku buka sepatumu”
“Oh tidak perlu Alan. Aku bisa membukanya sendiri” tolak
Keisha namun Alan langsung membuka strip sepatunya
“Mengapa kau menggunakan sepatu setinggi ini? Lihat kakimu”
Alan meletakan sepatu di sisi kursi dan memeriksa kaki Keisha lagi.
“Apa yang sedang kau lakukan?” suara Arkan membuat Keisha
menoleh dan Alan spontan berdiri.
“Arkan kau sudah rapih?” tanya Keisha
Arkan tak menjawab, melainkan langsung menghampiri
Keisha. “Mengapa kau tidak menggunakan sepatu?” tanya Arkan saat menyadari
Keisha bertelanjang kaki
“Dia terkilir. Aku membuka sepatunya untuk memeriksa
kakinya” jelas Alan
Arkan menoleh pada Alan dan menatap Alan tajam. “Kau
membuka sepatunya?” Arkan mendekat pada Alan lalu meraih kerah kemeja Alan,
“Jangan pernah melakukan hal itu lagi!”
Tanpa mendengar penjelasan Alan, Arkan mengambil sepatu
Keisha dan memberikannya pada istrinya itu. “Pegang”
Keisha menurut dan memegang sepatunya dengan tangan kananya,
saat Keisha ingin bicara, Arkan dengan cepat membopoh tubuhnya yang otomatis
Keisha langsung berpegang pada pundak Arkan dengan tangan kirinya. “Arkan apa
yang kau lakukan?”
Arkan tidak menjawab. Ia berjalan dengan cepat menuju
kamar, meninggalkan Alan yang kebingungan dengan sikap Arkan.
Arkan mendudukan Keisha di ranjang, “Mengapa kau bisa
terkilir?” Arkan berjongkok dan memeriksa kaki Keisha
“Aku mencoba mengambil salap untuk kakiku, tapi karena
lemarinya terlalu tinggi, aku justru terjatuh” jelas Keisha
Arkan berjalan kesebuah lemari kecil dan membuka salah
satu laci, mengambil sesuatu didalamnya kemudian kembali berjongkok dihadapan
Keisha. Arkan ternyata mengambil sebuah salap dan mengoleskannya dikaki Keisha,
“Kau harusnya bertanya padaku. Lagi pula, mengapa kau tetap menggunakan sepatu
yang menyakiti kakimu?”
Keisha menunduk menatap Arkan yang tengah memegang
kakinya, “Kau tahu aku tidak memiliki tinggi badan yang .... yaa.. you know”
Arkan mendangak, saat itu pandangannya bertemu dengan
tatapan Keisha. “Tapi kau juga harus melihat kondisi kakimu. Apa kau nyaman
dengan rasa sakit setiap hari?”
Keisha menggeleng
“Baiklah. Hari ini kau tidak perlu ke kantor.
Istirahatlah dulu”
“Tidak” jawab Keisha cepat, “Aku masih bisa berjalan”
Keisha dengan cepat mencoba berdiri namun kakinya justru terasa semakin sakit
dan akhirnya Ia hampir jatuh jika Arkan tidak menahannya
“See? Kau bahkan tidak bisa berdiri sendiri” Arkan
memegang bahu Keisha dan membantunya duduk kembali.
“Aku akan menelpon dokter untuk memeriksa kakimu.” Arkan
duduk disebelah Keisha seraya melepas jas dan
dasinya.
Keisha memperhatikan Arkan yang sedang menelpon
seseorang, saat Arkan selesai Keisha langsung menanyakan sesuatu yang sejak
tadi ingin Ia tanyakan. “Arkan, bolehkah aku bertanya sesuatu?”
Arkan mengangguk
“Apa kau dan Alan sedang ada masalah?” tanya Keisha
seraya menatap Arkan
Arkan balas menatap, “Tidak. Tapi jika dia tetap
melakukan hal seperti tadi, aku akan memiliki masalah dengannya”
Keisha mengerutkan keningnya bingung, “Mengapa?”
Arkan tersenyum lalu mengelus puncak kepala Keisha,
“Sebaiknya kau tidak perlu tahu”
***
Seorang wanita seusia Arkan sibuk memeriksa kaki Keisha.
Wanita itu adalah dokter yang tadi Arkan telepon, tubuhnya tinggi dan langsing,
kulitnya putih bersinar, rambut wanita itu hanya sepanjang leher, warna yang
sedikit kemerahan membuat wanita itu terlihat sangat dewasa.
“Kau mengenal Arkan sudah lama?” suara wanita itu membuat
Keisha mengernyit,
“Mungkin satu bulan” jawab Keisha setelah menghitung asal
awal pertama Ia bertemu dengan Arkan
Wanita itu tersenyum seraya membebat kaki Keisha,
“Perlukah aku mengatakan sesuatu padamu?”
Keisha memiringkan kepalanya tidak mengerti, “Maksudmu?”
“hmm Kau pasti bahagia karena Arkan sampai harus
memanggilku untuk mengobati kakimu, dikamar laki-laki itu pula, tapi...” wanita
itu menatap Keisha dengan intens, “Jangan pernah berharap lebih pada Arkan”
Keisha mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud dari
perkataan dokter itu.
“Setelah beberapa hari kau akan dibuang, ditinggalkan,
bahkan dilupakan olehnya. Begitulah Arkan” Wanita itu terenyum sinis seraya merapihkan
semua perlengkapan pengobatannya.
“Aku tidak mengerti maksudmu, apa sebenarnya yang ingin
kau sampaikan?” tanya Keisha dengan berani. Dia tidak mengenal dokter itu,
bahkan lupa dengan nama yang tadi Arkan sebutkan, tapi wanita itu berbicara
tidak jelas yang membuat Keisha bingung.
Wanita itu mendekati Keisha lalu memegang rahang Keisha
dengan tangan kanannya, perlahan mendekatkan wajahnya dengan wajah Keisha.
“Yang ingin aku sampaikan adalah... kau jangan pernah berharap Arkan akan
mencintaimu, karena yang harus kau tahu adalah.. hanya aku wanita yang dicintai
Arkan sebelumnya, sekarang dan untuk selamanya”
“Angel.. kau sudah selesai?” suara Arkan membuat wanita
bernama Angel itu spontan melepaskan rahang Keisha dan mundur.
Angel berbalik seraya mengambil tasnya, tersenyum semanis
mungkin pada Arkan. “Tentu. Aku sudah mengobatinya, besok pasti dia sudah bisa
berjalan, cideranya tidak parah”
Arkan mendekat dan memperhatikan kaki Keisha,
“Terimakasih.. aku akan mentrasfer biayanya ke rekeningmu”
Angel lebih mendekat pada Arkan, “Tidak perlu. Kau selalu
bisa mengandalkanku tanpa bayaran, Arkan” dengan cepat Angel mengecup pipi
Arkan. “Aku harus segera pergi. See you Arkan” Angel beralih menatap Keisha,
“Bye Kei”
Keisha hanya bisa diam melihat kedekatan Angel dengan
Arkan. Seharusnya dia baik-baik saja, seharusnya dia bisa bersikap normal dan
seharusnya di tidak perlu memikirkan hal itu. namun, ada yang aneh dengan
dirinya, seolah dia kesal karena miliknya berusaha direbut oleh orang lain.
“Bagaimana? Kakimu sudah lebih baik kan?” pertanyaan
Arkan membuyarkan lamunan Keisha.
Keisha mengangguk
“Kalau begitu istirahatlah. Aku akan membangunkanmu saat
makan siang nanti” Arkan menarik selimut hingga menutupi setengak tubuh Keisha
“Apa kau tidak bekerja?” tanya Keisha yang baru sadar
bahwa pakaian Arkan sudah berganti
“Bagaimana aku bisa bekerja saat kau terluka seperti ini”
“Oh Ya Tuhan Arkan! Aku baik-baik saja, aku tidak ingin
membuatmu repot dan khawatir”
Arkan tersenyum, “Khawatir adalah kewajibanku dan aku
sama sekali tidak merasa repot, Kei”
***
Rasha menatap tajam Arkan. Dia berniat menjemput kakaknya
untuk segera pindah ke rumah mereka, namun yang Ia dapati adalah Keisha yang
tertidur tidak beradaya dengan kaki yang diperban. Seumur hidup Rasha, Ia tidak
pernah melukai Keisha dan tidak mengizinkan Keisha untuk terluka sedikitpun.
Namun, baru satu minggu Keisha bersama Arkan, kakaknya itu sudah melukai
kakinya hingga tidak bisa berjalan dengan benar.
“Kau bisa membunuhnya Rasha, jangan menatapnya seperti
itu” Keisha meraih lengan Rasha
Rasha menunduk menatap Keisha, “Diam”
“Kau boleh memarahiku atau memukulku. Tapi tak bisakah
kita makan malam terlebih dahulu, Keisha butuh makan” pinta Arkan yang
sebenarnya sudah tidak tahan dengan tatapan Rasha
“Aku menyerahkan wanita renta padamu bukan untuk kau
lukai, tahu?”
“Renta?” Mata Keisha melebar mendengar dirinya yang
diibaratkan renta oleh adik kandungnya sendiri.
“Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak menjaganya dengan
baik” Arkan menahan emosinya, jika bukan karena Rasha adalah adik Keisha, dia
mungkin sudah membalas membentak bahkan bisa langsung menendangnya keluar dari
kamar.
“Mengapa kau minta maaf? Kau harus memarahi si kerdil
ini!” Rasha menunjuk pada Keisha yang masih berada di ranjang
Keisha menarik tangan Rasha hingga adiknya itu
menatapnya, “What??? Kerdil! Kau harus menjaga ucapanmu! Bagaimanapun juga, aku
yang renta dan kerdil ini adalah kakakmu! KAKAKMU SATU-SATUNYA!”
Arkan sedikit tersenyum mendengar teriakan Keisha pada
Rasha.
Rasha hanya menyengir tak merasa bersalah, “Berhentilah
menggunakan sepatu tidak berguna itu. lihat bagimana kondisi kakimu sekarang,
jangankan memakai sepatu, pakai sandalpun kau akan kesusahan” Rasha duduk di
sisi ranjang dan memegang tangan Keisha
Keisha cemberut, “Sepatu-sepatu itu sangat cantik. Kau
tahu kan? Bagi wanita sepatu adalah benda yang paling berharga selain tasnya”
Rasha mengacak-acak rambut Keisha lalu berdiri dan
menatap kakak iparnya, “Kau memiliki banyak uang kan?”
Arkan sedikit kaget mendengar pertanyaan Rasha, tapi
dirinya tetap mengangguk mengiyakan.
“Besok belikan sepatu yang nyaman dan cantik. Entah
sepatu seperti apa yang bisa dikategorikan cantik. Mungkin kau harus mencari
sepatu yang memiliki mata bulat, hidung yang mancung dan bibir yang sexy” Rasha
berjalan menuju pintu, “Ayo makan, aku lapar!”
Arkan mengamati Rasha yang keluar kamar, lalu kembali
menatap Keisha.
“Maafkan dia, dia hanya terlalu mengkhawatirkanku” Ucap
Keisha lirih
“Jadi.. dimana aku bisa menemukan sepatu bermata bulat,
berhidung mancung dan berbibir sexy?”
BERSAMBUNG
***
Arkan menurunkan semua tas miliknya dan Keisha dari
bagasi mobil. Setelah keadaan kaki Keisha membaik, istrinya itu terus merengek
untuk segera pindah karena sudah terlalu merindukan kamarnya.
“Perlu bantuanku?” Keisha menghampiri Arkan dengan kaki
yang masih sedikit pincang
Arkan menaikkan sebelah alisnya, “Dengan kaki seperti
itu? tidak perlu. Masuklah terlebih dahulu”
Keisha hanya mengangkat bahu dan berjalan mendahulu Arkan
yang membawa dua tas berisi pakaian.
“Wah kalian datang di waktu yang tepat!” suara Rasha
menyambut Keisha yang membuka pintu.
“Kemana kau akan pergi malam-malam begini?” tanya Keisha
menyelidik, mendapati adiknya itu berpakaian sangat rapih.
“Well, karena aku terlalu populer di kampus, aku selalu
mendapatkan undangan pesta. Aku ingin sekali mengajakmu Kei, tapi melihat
kondisi kakimu, sepertinya lebih baik kau menjaga rumah saja” Rasha mengedipkan
sebelah matanya lalu mengecup pipi Keisha cepat
“Kau harus menghindari alkohol jika tidak ingin terlibat
masalah” ucap Arkan
Rahsa menyipit, memasukan kedua tangannya kedalam saku
celana jeans yang Ia gunakan. “Oh God! Aku memiliki dua kakak yang cerewet
sekarang” Rasha berjalan melewati Arkan
Arkan hanya menggelang lalu masuk menyusul Keisha, “Kau
bisa menutup pintunya”
Keisha mengangguk dan segera menutup pintu utama
rumahnya.
Keisha menuntun Arkan menuju kamarnya dalam diam.
Beberapa hari ini dirinya memang lebih pendiam, kata-kata dokter wanita itu
membuat Keisha terus berpikir dan menerka seperti apa Arkan sebenarnya. Mereka
hidup bersama, tidur di ranjang yang sama, namun Keisha bahkan tidak tahu
apapun mengenai Arkan. Terlalu banyak yang Keisha tidak ketahui hingga Ia
menjadi terlalu banyak berpikir.
“Mengapa kau melamun?” Arkan bertanya
Keisha membelalakan matanya karena saat itu Arkan sudah
berada tepat di depan matanya, dekat, terlalu dekat hingga Keisha bisa medengar
deru nafas laki-laki itu. Keisha mundur satu langkah, “Aku tidak melamun” elak
Keisha
“Kau tidak bisa membohongiku. Apa yang sedang kau
pikirkan?”
Keisha menelan ludahnya, berusaha tenang, “Aku hanya
sedang berpikir, apa kamarku cukup besar untukmu? Aku ragu kau akan nyaman
berada disini”
Arkan menatap sekeliling, mereka sudah berada di kamar
Keisha. “Aku suka dan karena kamar ini penuh dengan barang milikmu, aku lebih
menyukainya”
Keisha menatap mata Arkan yang juga menatapnya, saat itu
kalimat Angel kembali teringiang di kepala Keisha.
“Arkan. Boleh kah aku bertanya sesuatu?”
“Sure” Arkan tersenyum
Keisha menarik nafasnya, “apa...” Keisha berhenti bicara
karena saat itu bel rumahnya berbunyi. “Aku akan mengeceknya”
“Biar aku saja” Arkan sedikit berlari menuju pintu,
Keisha hanya mengikuti dari belakang dengan lambat karena kakinya masih belum
bisa digunakan untuk berlari.
Arkan perlahan memutar kunci dan membuka pintu. “Kau?!”
mata Arkan seketika melebar
“Oh My God! Mengapa kau yang membukakan pintu? Kemana
Kei?” suara laki-laki
“Arkan. Siapa yang datang?” suara Keisha terdengar
dibalik punggung Arkan, Keisha yang penasaran pun mengintip dari balik punggung
itu. “Oh Tuhan. Darren? Apa yang...hm”
Seketika Darren mendorong Arkan dan langsung memeluk
Keisha, “Miss you princess! Aku tidak bisa berdiam diri di rumah dan memikirkan
kau bersama pria lain selain aku”
Keisha terkejut namun Arkan lebih terkejut, ada seorang
laki-laki datang malam-malam dan langsung memeluk istrinya, terlebih lagi
laki-laki itu mengatakan bahwa Ia merindukan istrinya.
“Darren.. lepaskan aku dulu” Keisha menepuk-nepuk
punggung Darren, dengan berat hati Darren hanya menuruti apa yang Keisha pinta.
“Apa keperluanmu sampai datang malam-malam seperti ini?”
suara Arkan berubah menjadi berat, matanyapun menatap Darren tajam
Darren menoleh, “Aku tidak perlu alasan untuk bertemu
dengan Keishaku, kapanpun aku mau, aku bisa bertemu dengannya”
Tangan Arkan mengepal saat mendengar nama Keisha disebut
begitu mesra oleh bibir Darren.
“Oke, lebih baik kita duduk. Aku akan buatkan kopi untuk
kita” Keisha berbalik dan berjalan menuju dapur
“Tunggu!!!” Darren meraih tangan Keisha lalu menatap kaki
Keisha, “Ada apa dengan kakimu? Siapa yang melukaimu? Laki-laki itu????!”
Darren menunjuk Arkan
“Jaga ucapanmu bung!!!” Arkan menarik tangan Keisha
sehingga terlepas dari tangan Darren
“Darren, please. Duduklah dulu, kita bisa bicara dengan
tenang jika lebih santai. Oke?”
***
Keisha, Darren dan Arkan sudah duduk di sofa ruang tamu.
Keisha hanya diam melihat Darren yang terus menatap Arkan begitu pula
sebalikya. Ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Menghadapi dua laki-laki
yang marah, entah karena alasan apa, Keisha tidak pernah dalam situasi seperti
ini.
“Ehmm. Darren” ucap Keisha namun Arkan ikut menatapnya
dengan tajam.
Keisha meringis melihat tatapan Arkan, namun Ia harus
tetap bertanya pada Darren. “Sebenarnya, ada perlu apa kau datang kemari? Kau
tidak meneleponku lebih dulu.”
“Sejak kapan aku perlu laporan padamu saat aku
merindukanmu Kei? Aku selalu datang kesini sesuka hatiku”
Jawaban Darren membuat Arkan mendesah kesal.
“Tapi kau tahu bahwa aku...”
“Tidak! Kau memang sudah menikah. Tapi bukan berarti itu
menutup kemungkinan kau bisa bercerai kan? Aku bisa memberikan apapun untukmu
Kei. Kau tidak perlu takut tentang masa depan Rasha. Aku bisa membiayainya
sampai menjadi doktor jika kau mau” jelas Darren
“Kau tidak pernah menyekolahkan mulutmu itu?” Arkan menatap
tajam
Keisha mendesah, “Darren, aku sangat bersyukur memiliki
teman sepertimu yang sangat peduli denganku dan Rasha, aku juga sangat
berterimakasih bahwa kau berniat membantuku, tetapi aku bisa mengatasi ini
sendiri”
Darren menatap Arkan tajam lalu kembali menatap Keisha.
“Jika kau merasa sungkan karena adanya laki-laki ini, aku bisa menyingkirkannya
sekarang juga”
Arkan yang mendengar ucapan Darren itu langsung beranjak
dan mencengkram lengan Darren. Namun Darren tidak mau kalah, Ia juga melakukan hal
yang sama, membuat wajah keduanya begitu dekat.
“STOP!” Keisha berteriak, “Darren, pulanglah. Aku akan
menghubungimu nanti, kita akan bicara masalah ini”
Darren mendorong tubuh Arkan, “Kau tidak ingin ikut
denganku?”
Arkan panas mendengar ucapan Darren, Ia hampir saja
memukul Darren jika Keisha tidak menahan lengannya.
“Aku akan menghubungimu. Aku janji. Kau tahu bahwa aku
selalu menepati janjiku padamu bukan?” Keisha menatap Darren dengan tetap
menahan Arkan
“Baiklah. Aku akan menunggu teleponmu” Darren menatap
tajam Arkan, “Jangan pernah kau menyentuh Keishaku. Dia milikku!”
“Dia mengusirmu! Pergilah!” ucap Arkan.
Darren mendekati Keisha namun matanya menatap Arkan.
Darren tersenyum lalu dengan cepat Ia mengecup pipi Keisha. “Good night Princess”
***
Arkan menarik tangan Keisha, membawa gadis itu untuk
masuk ke dalam kamar.
“Apa yang kau lakukan!!???” teriak Arkan saat mereka
sudah berada di dalam kamar, menghempaskan gadis itu.
Keisha mengernyit, “Apa maksudmu? Aku tidak melakukan
apapun”
“Kau membiarkan laki-laki sialan itu menciummu!” Arkan
berteriak menatap Keisha marah
“What?” Keisha menyipitkan matanya tidak mengerti
“Kau seharusnya sadar bahwa kau adalah istri seseorang
sekarang. Bagaimana bisa kau membiarkan laki-laki lain menciummu? Dan apa yang
dia lakukan malam ini benar-benar membuatku marah Kei!!”
Keisha mendekat menatap mata Arkan, “Apa kau sedang
memarahiku sekarang?”
Arkan mencengkram rambutnya sendiri dan menggeleng, “Oh
Tuhan. Maaf Kei aku tidak bermaksud” Arkan mendekati Keisha, berusaha menyentuh
pundak istrinya itu, namun Keisha menghindar.
“Apa kau sekarang marah karena Darren menciumku? Atau kau
marah karena Darren menghinamu?”
“Kei, maaf” Arkan melangkah lebih dekat namun keisha
mundur menjauh.
“Aku tidak mengerti Arkan. Kita dalam hubungan seperti
apa, aku tidak tahu. Aku pikir awalnya kita akan baik-baik saja. Menjalani
semuanya dengan normal, mendekatkan diri satu sama lain, memahami satu sama
lain. tapi pada titik ini aku sama sekali tak bisa memahamimu” Keisha menatap
Arkan tajam
Arkan tidak mengerti, Ia menatap Keisha bingung. “Apa
maksudmu?”
“Apa maksudku?” Keisha menarik nafas sejenak, “Kau
bersikap baik padaku, ramah padaku dan selalu memperlakukanku dengan sangat
sopan. Aku kira, aku kira kita bisa berhubungan layaknya pasangan pada umumnya”
“Kei..” Arkan bergumam
“Tapi ternyata aku salah. Kau hanya ingin bermain-main
denganku bukan? Setelah kau puas, kau akan membuangku. Aku bahkan tidak tahu
apa....”
“Diam!” Arkan berlari dan memeluk Keisha erat. “hentikan.
Jangan bicara lagi”
Keisha berusaha mendorong tubuh Arkan, namun kekuatannya
tidak cukup.
“aku tidak mengerti apa maksudmu. Aku hanya tidak suka
ada laki-laki lain yang menyentuhmu, menciummu dan berkata mesra padamu. Aku
benar-benar tidak suka..” ucap Arkan tetap memeluk Keisha erat, “Mengapa kau
justru berpikir bahwa aku hanya mempermainkanmu?”
Keisha akhirnya diam, pasrah dengan pelukan Arkan. “Apa
kau menyukai wanita lain? tidak maksudku, apa kau sedang mencintai wanita
lain?” tanya Keisha lirih
Arkan melepas pelukannya lalu memegang kedua bahu Keisha.
“Apa sikapku tidak bisa menunjukkannya Kei?”
Keisha menggeleng, “Aku tidak tahu. Aku tidak tahu siapa
yang harus aku percaya”
Arkan menyipit, “Maksudmu?”
“Beberapa hari ini aku berpikir, tentang seperti apa
dirimu sebenarnya, bagaimana perasaanmu, bagaimana kehidupanmu sebelumnya, aku
berpikir tentang dirimu. Namun aku tidak menemukan jawabannya. Aku hanya fokus
pada kata-kata dokter itu, dia...”
“Dokter? Angel?” sela Arkan, “Apa yang Angel katakan
padamu?”
Keisha mendangak menatap Arkan, “Dia bilang, aku tidak
boleh berharap terlalu banyak padamu, karena kau hanya mencintai dia
sebelumnya, saat ini dan selamanya”
Arkan menggeram, “Shit!.. tidak seharusnya aku biarkan
kau bertemu dengannya”
“So, apa itu benar?” tanya Keisha
Arkan menatap Keisha intens, “Jangn pernah percaya
kata-katanya, mungkin dia tidak salah sepenuhnya.. tapi...”
“Tidak salah? Jadi benar?”
“Kei. Dengarkan aku dulu” Arkan membelai rambut Keisha,
“Aku dulu memang sempat mencintainya, namun tidak saat ini ataupun besok,
selamanya aku tidak akan memiliki perasaan itu lagi”
Keisha mengerutkan kening tidak mengerti,
“Karena, saat ini aku hanya mencintaimu, karena besok aku
hanya akan mencintaimu dan karena selamanya aku hanya akan mencintaimu Kei”
Keisha menggigit bibir bawahnya, “Apa kau sedang
menyatakan perasaanmu padaku?”
Arkan tersenyum lalu menarik Keisha kembali pada
pelukannya, “Ya..”
Keisha tersenyum dalam pelukan Arkan
“So? Kau akan tetap menelepon laki-laki sialan itu?”
tanya Arkan
“Tentu. Aku sudah berjanji”
Arkan mendorong tubuh Keisha, “Are you crazy? Kau tidak
sadar jika kita bertengkar karena...hm” Arkan terdiam dan meutup mulutnya saat
tiba-tiba Keisha mengecup bibirnya.
“Stop it.” Keisha mundur satu langkah namun Arkan menarik
tubuh Keisha lagi.
“Aku harus mendengarkan obrolan kalian dan kau harus
berjanji padaku bahwa laki-laki itu tidak akan datang kesini apalagi sampai
menciummu”
“Kau berciuman dengan Angel” sahut Keisha
Arka mengangkat sebelah alisnya, “Hanya sebuah kecupan”
“So, Darren juga hanya mengecupku”
Arkan menggeram.”Stop it.” Arkan mendorong punggung
Keisha sehingga mereka sangat dekat dan dengan cepat Arkan mencium Keisha.
Bukan hanya kecupan, namun ciuman yang sesungguhnya, melumat dan begitulah.
SELESAI

Tidak ada komentar:
Posting Komentar