Senin, 31 Oktober 2016

[CERBUNG] Fix Me -Part 3

Part 3

Langkah kecil dan perlahan Keisha membuat Arkan sedikit begerak. Saat ini Keisha sudah rapih dengan pakaian kerja dan tasnya. Saat bangun tadi Keisha memang sedikit terkejut karena dirinya berada di pelukan Arkan, Keisha tidak ingat apapun kecuali saat dirinya menangis dan memeluk laki-laki itu saat duduk berdampingan, tapi tadi Keisha berusaha tidak panik dan melepaskan diri dari pelukan Arkan seperlahan mungkin.
            Keisha mengambil peep toe miliknya dan berjalan perlahan keluar dari kamar. Keisha bahkan tidak langsung menggunakan sepatunya, Ia hanya menjinjing dan setelah berjalan agak jauh dari kamar, Keisha segera mengenakan sepatunya.
            Saat menuju dapur, Keisha melihat meja makan sudah tertata dengan rapih, beberapa jenis masakan sudah tersedia disana.

            “Bibi sepertinya sudah sehat” gumam Keisha seraya melewati meja makan dan berjalan mendekat ke lemari es yang ada di dapur.
            Keisha membuka lemari es dan langsung tersenyum bahagia karena Ia menemukan yang Ia cari. Sebuah mentimun dingin, dengan cepat Keisha mengambil mentimun itu dan mengirisnya. Keisha membawa irisan mentimun ke meja makan, lalu saat dia duduk di kursi, tanpa berpikir panjang Keisha langsung menempelkannya pada mata.
            Runtukan pada dirinya sendiri sudah dilakukan Keisha sejak bangun tidur saat mendapati matanya yang bengkak. Ia menyesal menangis begitu bersemangat dan tidak ingat jika hari ini ada rapat penting di kantor.
            “Apa yang sedang kau lakukan?” suara Alan membuat Keisha merubah posisi duduknya menjadi membelakangi Alan yang tadi tepat berada disampingnya
            “Tidak sedang apa-apa. Kau sudah ingin berangkat ke kantor?” tanya Keisha dengan tetap membelakangi Alan
            Alan mendekat dan duduk di samping Keisha, “Untuk apa mentimun ini?” Alan mengambil salah satu irisan mentimun, “Kau memakannya atau apa?” tanya Alan lagi tak menjawab pertanyaan Keisha
            Keisha akhirnya menghembuskan nafas pasrah dan membenarkan posisi duduknya, “Mataku sedikit bengkak. Ini untuk mataku” jawab Keisha sambil menunjukan timun yang sedang menempel di matanya
            Alan tersenyum geli, “Kau habis menangis? Apa Arkan melakukan sesuatu padamu?”
            Mendengar pertanyaan Alan, pipi Keisha langsung memerah karena mengingat posisi tubuhnya tadi pagi, namun Keisha langsung menggeleng “Tidak. Dia tidak melakukan apapun”
            “Baguslah. Aku pikir dia membuat masalah lagi” Alan membalik piring dihadapannya dan menyendokan nasi dan lauk pauk ke atas piring itu
            Keisha mengikuti Alan, “Alan, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
            Alan mengangguk, “tentu”
            “Mengapa Ayah dan Paman Faustin membuat perjanjian untuk aku dan Arkan? Bukankah kau anak sulung disini? Terlebih lagi kau juga belum menikah?” tanya Keisha
            Alan meletakan sendoknya yang tadi baru saja ingin masuk ke dalam mulutnya, “Aku dan Arkan hanya berbeda satu tahun. Tidak akan jauh berbeda bila itu aku atau Arkan”
            Keisha menatap tidak mengerti, “Memang, tapi aku penasaran. Aku kira tadinya Arkan itu anak sulung, tapi ternyata dia memiliki seorang kakak. Aneh bukan, jika seorang Ayah menikahkan putra bungsunya terlebih dahulu?”
            Alan menelan makanan yang ada dimulutnya lalu menjawab, “Kenapa kau begitu penasaran? Apa kau berharap yang akan dijodohkan denganmu itu adalah aku? Apa itu akan lebih baik jika aku?” Alan menatap Keisha
            Keisha hampir terdesak karena Alan menatapnya begitu intens, namun Alan buru-buru memberikan segelas air mineral untuk Keisha dan Keisha meminum itu.
            “Aku tidak pernah berpikir begitu. Aku hanya penasaran saja” jawab Keisha seolah tidak peduli dan melanjutkan makannya
            Alan mengangguk berusaha percaya dengan apa yang dikatakan Keisha. Sebenarnya bukan hanya Keisha yang penasara, Alan pun penasaran, kenapa Ayahnya menikahkan Arkan lebih dulu jika dirinya juga belum memiliki seorang wanita saat ini.
            “Kau tidak mengompres matamu lagi? Itu masih terlihat bengkak” Alan menunjuk mata Keisha
            Keisha dengan tergesa-gesa mengambil irisan mentimun yang baru dan meletakannya pada kedua matanya, namun Keisha merasa ada yang salah. “Ya Tuhan.. jika begini bagaimana aku makan?” keluah Keisha
            Alan tertawa, “Kau ingin aku suapi?”
            “Tidak!” Keisha meletakan lagi irisan mentimunnya, “Aku akan mengurus mataku nanti. Aku sangat lapar sekarang, jadi mari kita lanjutkan sarapan ini”
            Alan masih tertawa geli dengan tingkah Keisha, tadinya Alan pikir Keisha bukan tipe wanita yang easy going tapi ternyata dirinya salah. Keisha sangat bisa diajak bicara dan sangat mudah akrab dengannya.
            “Mengapa kau tertawa seperti itu?” suara Arkan.
            Keisha langsung buru-buru menelan makanan yang ada dimulutnya walau itu belum dikunyah dengan baik. “Kau sudah bangun?”
            Arkan tak menjawab, Ia menatap Alan menuntut jawaban.
            “Aku hanya sedang membicarakan hal lucu dengan Keisha. Jadi aku tertawa” jawab Alan, “duduklah. Kami sudah hampir selesai”
            Dengan agak kesal Arkan menarik kursi disisi Keisha yang lain dan menyendokan makanan kepiringnya. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan Keisha dan Alan, tapi karena ketidak tahuannya itu membuat dirinya bertambah kesal.
***
            “Kau baik-baik saja?” tanya Arkan pada Keisha saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil
            Keisha mengangguk, “Maaf untuk semalam”
            “Mengapa minta maaf, kau tidak melakukan kesalahan apapun. Lagi pula...”
            “Arkan...” Sela Keisha, “Bisakah kita tidak membahas itu? aku masih sangat malu saat ini”
            Arkan tersenyum lalu mengangguk, “Baiklah. Lalu apa yang harus kita bahas selama kemacetan ini” Arkan menoleh menatap Keisha
            Akhirnya mereka berdua hanya saling bertanya tentang keseharian sebelum mereka menikah. Arkan menceritakan versinya, dia bercerita tentang segala kesibukannya selama ini, Ayahnya memutuskan untuk menugaskan Arkan mengurus bagian ponsel dan Alan bagian komputer. Keluarga Faustin memang pemilik salah satu perusahaan IT terbesar di Indonesia, produk yang mereka keluarkan hanya berupa ponsel dan komputer ataupun laptop.
            Arkan juga bercerita tentang kematian Ibunya saat Ia masih kecil. Jadi sejak kecil Arkan sudah kehilangan sosok Ibu dan hanya dirawat oleh Ayah dan Bibi Aisyah. Arkan juga mengaku bahwa Ia sangat suka sekali datang ke pesta, dia bilang bahwa pesta adalah saat dia bisa melepaskan semua stress dan beban.
            Berbeda dengan Keisha yang mengaku tidak begitu suka pesta dan keramaian. Ia lebih baik mengurung diri di kamar jika harus menghadiri pesta, namun hal itu tidak berarti Keisha tidak bisa bersikap ramah jika Ia hadir di sebuah acara pesta. Keisha juga bercerita tentang kehidupannya dan Rasha, bahkan Keisha juga bercerita bahwa Ia merupakan salah satu model yang cukup dipertimbangkan di berbagai majalah.
            “Yang benar saja, aku belum pernah melihat wajahmu berada di majalah” komentar Arkan
            “Majalah apa yang kau baca?” Keisha menatap Arkan dengan menyipitkan mata
            Arkan gugup, “Apa yang kau pikirkan? Aku tidak membaca majalah seperti itu!” elaknya,
            “Aku tidak bilang kau membaca majalah seperti itu. aku hanya bertanya majalah apa yang kau baca. Jika kau mengelak seperti itu, aku justru yakin kau sering membeli majalah seperti itu” Keisha makin menatap penuh curiga
            “Sudahlah. Itu kantormu sudah terlihat. Bersiaplah”
            Keisha hanya tersenyum melihat ekspresi Arkan yang gugup
            Saat mereka sampai di depan kantor Keisha, Arkan membukakan pintu mobil untuk Keisha.
            “Kau tidak perlu seperti ini” ucap Keisha saat keluar dari mobi, “Tapi terimakasih”
            “Aku harus.” Jawab Arkan tegas, “Hubungi aku jam berapa kau akan pulang hari ini. Aku akan menjemputmu”
            Keisha mengangguk lalu berjalan menaiki beberapa anak tangga didepan kantornya dan melambai pada Arkan saat laki-laki itu pergi.
            “Duh pengantin baru” suara Sheryl
            Keisha berbalik dan memukul lengan Sheryl. “Ayo masuk”
***
            Kehidupan pernikahan Keisha beberapa hari ini masih seperti biasa. Arkan masih mengantar dan menjemputnya bekerja, mereka masih tidur dengan batas guling, Keisha juga semakin akrab dengan Alan.
            Hari ini merupakan hari terakhir Keisha tinggal di rumah Arkan, jadi dia begitu semangat pagi ini ingin cepat sampai kantor lalu pulang ke rumahnya sendiri. Sudah satu minggu Keisha tidak melihat kamarnya, Ia merindukan kasur dan beberapa tanamannya.
            Keisha menggunakan sepatu ­t-strap miliknya lalu keluar dari kamar dengan menjinjing tas kerjanya. Keisha memiliki mood yang bagus hari ini jadi Ia memutuskan untuk menggerai rambutnya yang panjang. Keisha berjalan dengan sedikit menahan sakit dikakinya, itu sudah biasa bagi Keisha karena hidupnya harus bergantung pada sepatu high heels dan risikonya adalah menahan rasa sakit dikakinya.
            “Selamat pagi Kei” sapa Alan yang datang dari arah berlawanan dengan Keisha
            Keisha tersenyum, “Selamat pagi Alan” Keisha berjalan mendahulu Alan, lalu masuk ke dapur
            “Apa yang kau cari?” tanya Alan setelah mengikuti Keisha ke dapur
            “Apa kau memiliki salap pegal? Kakiku sedikit pegal” Keisha berbalik menatap Alan
            “Sepertinya di lemari sebelah sana” Alan menunjuk salah satu lemari di belakang Keisha
            Keisha berbalik lagi lalu mendangak, lemarinya berada diatas. Keisha maju beberapa langkah lalu berjinjit. Keisha sedikit melompat namun tiba-tiba keseimbangannya terganggu dan langsung terjatuh dilantai dengan posisi duduk.
            “Kau tidak apa-apa?” Alan mendekat dan berjongkok memeriksa keadaan Keisha
            Keisha menggeleng lalu berusaha berdiri, namun rasa sakit menjalar di kakinya yang membuat Keisha limbung.
            “Sepertinya kakimu terkilir. Biar ku bantu”  Alan menuntun Keisha yang berjalan dengan pincang ke meja makan dan duduk disalah satu kursi.
            Alan berjongkok dan memeriksa kaki Keisha, “Ya Tuhan.. kakimu memar. Biar ku buka sepatumu”
            “Oh tidak perlu Alan. Aku bisa membukanya sendiri” tolak Keisha namun Alan langsung membuka strip sepatunya
            “Mengapa kau menggunakan sepatu setinggi ini? Lihat kakimu” Alan meletakan sepatu di sisi kursi dan memeriksa kaki Keisha lagi.
            “Apa yang sedang kau lakukan?” suara Arkan membuat Keisha menoleh dan Alan spontan berdiri.
            “Arkan kau sudah rapih?” tanya Keisha
            Arkan tak menjawab, melainkan langsung menghampiri Keisha. “Mengapa kau tidak menggunakan sepatu?” tanya Arkan saat menyadari Keisha bertelanjang kaki
            “Dia terkilir. Aku membuka sepatunya untuk memeriksa kakinya” jelas Alan
            Arkan menoleh pada Alan dan menatap Alan tajam. “Kau membuka sepatunya?” Arkan mendekat pada Alan lalu meraih kerah kemeja Alan, “Jangan pernah melakukan hal itu lagi!”
            Tanpa mendengar penjelasan Alan, Arkan mengambil sepatu Keisha dan memberikannya pada istrinya itu. “Pegang”
            Keisha menurut dan memegang sepatunya dengan tangan kananya, saat Keisha ingin bicara, Arkan dengan cepat membopoh tubuhnya yang otomatis Keisha langsung berpegang pada pundak Arkan dengan tangan kirinya. “Arkan apa yang kau lakukan?”
            Arkan tidak menjawab. Ia berjalan dengan cepat menuju kamar, meninggalkan Alan yang kebingungan dengan sikap Arkan.
            Arkan mendudukan Keisha di ranjang, “Mengapa kau bisa terkilir?” Arkan berjongkok dan memeriksa kaki Keisha
            “Aku mencoba mengambil salap untuk kakiku, tapi karena lemarinya terlalu tinggi, aku justru terjatuh” jelas Keisha
            Arkan berjalan kesebuah lemari kecil dan membuka salah satu laci, mengambil sesuatu didalamnya kemudian kembali berjongkok dihadapan Keisha. Arkan ternyata mengambil sebuah salap dan mengoleskannya dikaki Keisha, “Kau harusnya bertanya padaku. Lagi pula, mengapa kau tetap menggunakan sepatu yang menyakiti kakimu?”
            Keisha menunduk menatap Arkan yang tengah memegang kakinya, “Kau tahu aku tidak memiliki tinggi badan yang .... yaa.. you know”
            Arkan mendangak, saat itu pandangannya bertemu dengan tatapan Keisha. “Tapi kau juga harus melihat kondisi kakimu. Apa kau nyaman dengan rasa sakit setiap hari?”
            Keisha menggeleng
            “Baiklah. Hari ini kau tidak perlu ke kantor. Istirahatlah dulu”
            “Tidak” jawab Keisha cepat, “Aku masih bisa berjalan” Keisha dengan cepat mencoba berdiri namun kakinya justru terasa semakin sakit dan akhirnya Ia hampir jatuh jika Arkan tidak menahannya
            “See? Kau bahkan tidak bisa berdiri sendiri” Arkan memegang bahu Keisha dan membantunya duduk kembali.
            “Aku akan menelpon dokter untuk memeriksa kakimu.” Arkan duduk disebelah Keisha seraya melepas jas dan  dasinya.
            Keisha memperhatikan Arkan yang sedang menelpon seseorang, saat Arkan selesai Keisha langsung menanyakan sesuatu yang sejak tadi ingin Ia tanyakan. “Arkan, bolehkah aku bertanya sesuatu?”
            Arkan mengangguk
            “Apa kau dan Alan sedang ada masalah?” tanya Keisha seraya menatap Arkan
            Arkan balas menatap, “Tidak. Tapi jika dia tetap melakukan hal seperti tadi, aku akan memiliki masalah dengannya”
            Keisha mengerutkan keningnya bingung, “Mengapa?”
            Arkan tersenyum lalu mengelus puncak kepala Keisha, “Sebaiknya kau tidak perlu tahu”
***
            Seorang wanita seusia Arkan sibuk memeriksa kaki Keisha. Wanita itu adalah dokter yang tadi Arkan telepon, tubuhnya tinggi dan langsing, kulitnya putih bersinar, rambut wanita itu hanya sepanjang leher, warna yang sedikit kemerahan membuat wanita itu terlihat sangat dewasa.
            “Kau mengenal Arkan sudah lama?” suara wanita itu membuat Keisha mengernyit,
            “Mungkin satu bulan” jawab Keisha setelah menghitung asal awal pertama Ia bertemu dengan Arkan
            Wanita itu tersenyum seraya membebat kaki Keisha, “Perlukah aku mengatakan sesuatu padamu?”
            Keisha memiringkan kepalanya tidak mengerti, “Maksudmu?”
            “hmm Kau pasti bahagia karena Arkan sampai harus memanggilku untuk mengobati kakimu, dikamar laki-laki itu pula, tapi...” wanita itu menatap Keisha dengan intens, “Jangan pernah berharap lebih pada Arkan”
            Keisha mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud dari perkataan dokter itu.
            “Setelah beberapa hari kau akan dibuang, ditinggalkan, bahkan dilupakan olehnya. Begitulah Arkan” Wanita itu terenyum sinis seraya merapihkan semua perlengkapan pengobatannya.
            “Aku tidak mengerti maksudmu, apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan?” tanya Keisha dengan berani. Dia tidak mengenal dokter itu, bahkan lupa dengan nama yang tadi Arkan sebutkan, tapi wanita itu berbicara tidak jelas yang membuat Keisha bingung.
            Wanita itu mendekati Keisha lalu memegang rahang Keisha dengan tangan kanannya, perlahan mendekatkan wajahnya dengan wajah Keisha. “Yang ingin aku sampaikan adalah... kau jangan pernah berharap Arkan akan mencintaimu, karena yang harus kau tahu adalah.. hanya aku wanita yang dicintai Arkan sebelumnya, sekarang dan untuk selamanya”
            “Angel.. kau sudah selesai?” suara Arkan membuat wanita bernama Angel itu spontan melepaskan rahang Keisha dan mundur.
            Angel berbalik seraya mengambil tasnya, tersenyum semanis mungkin pada Arkan. “Tentu. Aku sudah mengobatinya, besok pasti dia sudah bisa berjalan, cideranya tidak parah”
            Arkan mendekat dan memperhatikan kaki Keisha, “Terimakasih.. aku akan mentrasfer biayanya ke rekeningmu”
            Angel lebih mendekat pada Arkan, “Tidak perlu. Kau selalu bisa mengandalkanku tanpa bayaran, Arkan” dengan cepat Angel mengecup pipi Arkan. “Aku harus segera pergi. See you Arkan” Angel beralih menatap Keisha, “Bye Kei”
            Keisha hanya bisa diam melihat kedekatan Angel dengan Arkan. Seharusnya dia baik-baik saja, seharusnya dia bisa bersikap normal dan seharusnya di tidak perlu memikirkan hal itu. namun, ada yang aneh dengan dirinya, seolah dia kesal karena miliknya berusaha direbut oleh orang lain.
            “Bagaimana? Kakimu sudah lebih baik kan?” pertanyaan Arkan membuyarkan lamunan Keisha.
            Keisha mengangguk
            “Kalau begitu istirahatlah. Aku akan membangunkanmu saat makan siang nanti” Arkan menarik selimut hingga menutupi setengak tubuh Keisha
            “Apa kau tidak bekerja?” tanya Keisha yang baru sadar bahwa pakaian Arkan sudah berganti
            “Bagaimana aku bisa bekerja saat kau terluka seperti ini”
            “Oh Ya Tuhan Arkan! Aku baik-baik saja, aku tidak ingin membuatmu repot dan khawatir”
            Arkan tersenyum, “Khawatir adalah kewajibanku dan aku sama sekali tidak merasa repot, Kei”
***
            Rasha menatap tajam Arkan. Dia berniat menjemput kakaknya untuk segera pindah ke rumah mereka, namun yang Ia dapati adalah Keisha yang tertidur tidak beradaya dengan kaki yang diperban. Seumur hidup Rasha, Ia tidak pernah melukai Keisha dan tidak mengizinkan Keisha untuk terluka sedikitpun. Namun, baru satu minggu Keisha bersama Arkan, kakaknya itu sudah melukai kakinya hingga tidak bisa berjalan dengan benar.
            “Kau bisa membunuhnya Rasha, jangan menatapnya seperti itu” Keisha meraih lengan Rasha
            Rasha menunduk menatap Keisha, “Diam”
            “Kau boleh memarahiku atau memukulku. Tapi tak bisakah kita makan malam terlebih dahulu, Keisha butuh makan” pinta Arkan yang sebenarnya sudah tidak tahan dengan tatapan Rasha
            “Aku menyerahkan wanita renta padamu bukan untuk kau lukai, tahu?”
            “Renta?” Mata Keisha melebar mendengar dirinya yang diibaratkan renta oleh adik kandungnya sendiri.
            “Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak menjaganya dengan baik” Arkan menahan emosinya, jika bukan karena Rasha adalah adik Keisha, dia mungkin sudah membalas membentak bahkan bisa langsung menendangnya keluar dari kamar.
            “Mengapa kau minta maaf? Kau harus memarahi si kerdil ini!” Rasha menunjuk pada Keisha yang masih berada di ranjang
            Keisha menarik tangan Rasha hingga adiknya itu menatapnya, “What??? Kerdil! Kau harus menjaga ucapanmu! Bagaimanapun juga, aku yang renta dan kerdil ini adalah kakakmu! KAKAKMU SATU-SATUNYA!”
            Arkan sedikit tersenyum mendengar teriakan Keisha pada Rasha.
            Rasha hanya menyengir tak merasa bersalah, “Berhentilah menggunakan sepatu tidak berguna itu. lihat bagimana kondisi kakimu sekarang, jangankan memakai sepatu, pakai sandalpun kau akan kesusahan” Rasha duduk di sisi ranjang dan memegang tangan Keisha
            Keisha cemberut, “Sepatu-sepatu itu sangat cantik. Kau tahu kan? Bagi wanita sepatu adalah benda yang paling berharga selain tasnya”
            Rasha mengacak-acak rambut Keisha lalu berdiri dan menatap kakak iparnya, “Kau memiliki banyak uang kan?”
            Arkan sedikit kaget mendengar pertanyaan Rasha, tapi dirinya tetap mengangguk mengiyakan.
            “Besok belikan sepatu yang nyaman dan cantik. Entah sepatu seperti apa yang bisa dikategorikan cantik. Mungkin kau harus mencari sepatu yang memiliki mata bulat, hidung yang mancung dan bibir yang sexy” Rasha berjalan menuju pintu, “Ayo makan, aku lapar!”
            Arkan mengamati Rasha yang keluar kamar, lalu kembali menatap Keisha.
            “Maafkan dia, dia hanya terlalu mengkhawatirkanku” Ucap Keisha lirih
            “Jadi.. dimana aku bisa menemukan sepatu bermata bulat, berhidung mancung dan berbibir sexy?”
BERSAMBUNG
***
            Arkan menurunkan semua tas miliknya dan Keisha dari bagasi mobil. Setelah keadaan kaki Keisha membaik, istrinya itu terus merengek untuk segera pindah karena sudah terlalu merindukan kamarnya.
            “Perlu bantuanku?” Keisha menghampiri Arkan dengan kaki yang masih sedikit pincang
            Arkan menaikkan sebelah alisnya, “Dengan kaki seperti itu? tidak perlu. Masuklah terlebih dahulu”
            Keisha hanya mengangkat bahu dan berjalan mendahulu Arkan yang membawa dua tas berisi pakaian.
            “Wah kalian datang di waktu yang tepat!” suara Rasha menyambut Keisha yang membuka pintu.
            “Kemana kau akan pergi malam-malam begini?” tanya Keisha menyelidik, mendapati adiknya itu berpakaian sangat rapih.
            “Well, karena aku terlalu populer di kampus, aku selalu mendapatkan undangan pesta. Aku ingin sekali mengajakmu Kei, tapi melihat kondisi kakimu, sepertinya lebih baik kau menjaga rumah saja” Rasha mengedipkan sebelah matanya lalu mengecup pipi Keisha cepat
            “Kau harus menghindari alkohol jika tidak ingin terlibat masalah” ucap Arkan
            Rahsa menyipit, memasukan kedua tangannya kedalam saku celana jeans yang Ia gunakan. “Oh God! Aku memiliki dua kakak yang cerewet sekarang” Rasha berjalan melewati Arkan
            Arkan hanya menggelang lalu masuk menyusul Keisha, “Kau bisa menutup pintunya”
            Keisha mengangguk dan segera menutup pintu utama rumahnya.
            Keisha menuntun Arkan menuju kamarnya dalam diam. Beberapa hari ini dirinya memang lebih pendiam, kata-kata dokter wanita itu membuat Keisha terus berpikir dan menerka seperti apa Arkan sebenarnya. Mereka hidup bersama, tidur di ranjang yang sama, namun Keisha bahkan tidak tahu apapun mengenai Arkan. Terlalu banyak yang Keisha tidak ketahui hingga Ia menjadi terlalu banyak berpikir.
            “Mengapa kau melamun?” Arkan bertanya
            Keisha membelalakan matanya karena saat itu Arkan sudah berada tepat di depan matanya, dekat, terlalu dekat hingga Keisha bisa medengar deru nafas laki-laki itu. Keisha mundur satu langkah, “Aku tidak melamun” elak Keisha
            “Kau tidak bisa membohongiku. Apa yang sedang kau pikirkan?”
            Keisha menelan ludahnya, berusaha tenang, “Aku hanya sedang berpikir, apa kamarku cukup besar untukmu? Aku ragu kau akan nyaman berada disini”
            Arkan menatap sekeliling, mereka sudah berada di kamar Keisha. “Aku suka dan karena kamar ini penuh dengan barang milikmu, aku lebih menyukainya”
            Keisha menatap mata Arkan yang juga menatapnya, saat itu kalimat Angel kembali teringiang di kepala Keisha.
            “Arkan. Boleh kah aku bertanya sesuatu?”
            “Sure” Arkan tersenyum
            Keisha menarik nafasnya, “apa...” Keisha berhenti bicara karena saat itu bel rumahnya berbunyi. “Aku akan mengeceknya”
            “Biar aku saja” Arkan sedikit berlari menuju pintu, Keisha hanya mengikuti dari belakang dengan lambat karena kakinya masih belum bisa digunakan untuk berlari.
            Arkan perlahan memutar kunci dan membuka pintu. “Kau?!” mata Arkan seketika melebar
            “Oh My God! Mengapa kau yang membukakan pintu? Kemana Kei?” suara laki-laki
            “Arkan. Siapa yang datang?” suara Keisha terdengar dibalik punggung Arkan, Keisha yang penasaran pun mengintip dari balik punggung itu. “Oh Tuhan. Darren? Apa yang...hm”
            Seketika Darren mendorong Arkan dan langsung memeluk Keisha, “Miss you princess! Aku tidak bisa berdiam diri di rumah dan memikirkan kau bersama pria lain selain aku”
            Keisha terkejut namun Arkan lebih terkejut, ada seorang laki-laki datang malam-malam dan langsung memeluk istrinya, terlebih lagi laki-laki itu mengatakan bahwa Ia merindukan istrinya.
            “Darren.. lepaskan aku dulu” Keisha menepuk-nepuk punggung Darren, dengan berat hati Darren hanya menuruti apa yang Keisha pinta.
            “Apa keperluanmu sampai datang malam-malam seperti ini?” suara Arkan berubah menjadi berat, matanyapun menatap Darren tajam
            Darren menoleh, “Aku tidak perlu alasan untuk bertemu dengan Keishaku, kapanpun aku mau, aku bisa bertemu dengannya”
            Tangan Arkan mengepal saat mendengar nama Keisha disebut begitu mesra oleh bibir Darren.
            “Oke, lebih baik kita duduk. Aku akan buatkan kopi untuk kita” Keisha berbalik dan berjalan menuju dapur
            “Tunggu!!!” Darren meraih tangan Keisha lalu menatap kaki Keisha, “Ada apa dengan kakimu? Siapa yang melukaimu? Laki-laki itu????!” Darren menunjuk Arkan
            “Jaga ucapanmu bung!!!” Arkan menarik tangan Keisha sehingga terlepas dari tangan Darren
            “Darren, please. Duduklah dulu, kita bisa bicara dengan tenang jika lebih santai. Oke?”
***
            Keisha, Darren dan Arkan sudah duduk di sofa ruang tamu. Keisha hanya diam melihat Darren yang terus menatap Arkan begitu pula sebalikya. Ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Menghadapi dua laki-laki yang marah, entah karena alasan apa, Keisha tidak pernah dalam situasi seperti ini.
            “Ehmm. Darren” ucap Keisha namun Arkan ikut menatapnya dengan tajam.
            Keisha meringis melihat tatapan Arkan, namun Ia harus tetap bertanya pada Darren. “Sebenarnya, ada perlu apa kau datang kemari? Kau tidak meneleponku lebih dulu.”
            “Sejak kapan aku perlu laporan padamu saat aku merindukanmu Kei? Aku selalu datang kesini sesuka hatiku”
            Jawaban Darren membuat Arkan mendesah kesal.
            “Tapi kau tahu bahwa aku...”
            “Tidak! Kau memang sudah menikah. Tapi bukan berarti itu menutup kemungkinan kau bisa bercerai kan? Aku bisa memberikan apapun untukmu Kei. Kau tidak perlu takut tentang masa depan Rasha. Aku bisa membiayainya sampai menjadi doktor jika kau mau” jelas Darren
            “Kau tidak pernah menyekolahkan mulutmu itu?” Arkan menatap tajam
            Keisha mendesah, “Darren, aku sangat bersyukur memiliki teman sepertimu yang sangat peduli denganku dan Rasha, aku juga sangat berterimakasih bahwa kau berniat membantuku, tetapi aku bisa mengatasi ini sendiri”
            Darren menatap Arkan tajam lalu kembali menatap Keisha. “Jika kau merasa sungkan karena adanya laki-laki ini, aku bisa menyingkirkannya sekarang juga”
            Arkan yang mendengar ucapan Darren itu langsung beranjak dan mencengkram lengan Darren. Namun Darren tidak mau kalah, Ia juga melakukan hal yang sama, membuat wajah keduanya begitu dekat.
            “STOP!” Keisha berteriak, “Darren, pulanglah. Aku akan menghubungimu nanti, kita akan bicara masalah ini”
            Darren mendorong tubuh Arkan, “Kau tidak ingin ikut denganku?”
            Arkan panas mendengar ucapan Darren, Ia hampir saja memukul Darren jika Keisha tidak menahan lengannya.
            “Aku akan menghubungimu. Aku janji. Kau tahu bahwa aku selalu menepati janjiku padamu bukan?” Keisha menatap Darren dengan tetap menahan Arkan
            “Baiklah. Aku akan menunggu teleponmu” Darren menatap tajam Arkan, “Jangan pernah kau menyentuh Keishaku. Dia milikku!”
            “Dia mengusirmu! Pergilah!” ucap Arkan.
            Darren mendekati Keisha namun matanya menatap Arkan. Darren tersenyum lalu dengan cepat Ia mengecup pipi Keisha. “Good night Princess”
***
            Arkan menarik tangan Keisha, membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamar.
            “Apa yang kau lakukan!!???” teriak Arkan saat mereka sudah berada di dalam kamar, menghempaskan gadis itu.
            Keisha mengernyit, “Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun”
            “Kau membiarkan laki-laki sialan itu menciummu!” Arkan berteriak menatap Keisha marah
            “What?” Keisha menyipitkan matanya tidak mengerti
            “Kau seharusnya sadar bahwa kau adalah istri seseorang sekarang. Bagaimana bisa kau membiarkan laki-laki lain menciummu? Dan apa yang dia lakukan malam ini benar-benar membuatku marah Kei!!”
            Keisha mendekat menatap mata Arkan, “Apa kau sedang memarahiku sekarang?”
            Arkan mencengkram rambutnya sendiri dan menggeleng, “Oh Tuhan. Maaf Kei aku tidak bermaksud” Arkan mendekati Keisha, berusaha menyentuh pundak istrinya itu, namun Keisha menghindar.
            “Apa kau sekarang marah karena Darren menciumku? Atau kau marah karena Darren menghinamu?”
            “Kei, maaf” Arkan melangkah lebih dekat namun keisha mundur menjauh.
            “Aku tidak mengerti Arkan. Kita dalam hubungan seperti apa, aku tidak tahu. Aku pikir awalnya kita akan baik-baik saja. Menjalani semuanya dengan normal, mendekatkan diri satu sama lain, memahami satu sama lain. tapi pada titik ini aku sama sekali tak bisa memahamimu” Keisha menatap Arkan tajam
            Arkan tidak mengerti, Ia menatap Keisha bingung. “Apa maksudmu?”
            “Apa maksudku?” Keisha menarik nafas sejenak, “Kau bersikap baik padaku, ramah padaku dan selalu memperlakukanku dengan sangat sopan. Aku kira, aku kira kita bisa berhubungan layaknya pasangan pada umumnya”
            “Kei..” Arkan bergumam
            “Tapi ternyata aku salah. Kau hanya ingin bermain-main denganku bukan? Setelah kau puas, kau akan membuangku. Aku bahkan tidak tahu apa....”
            “Diam!” Arkan berlari dan memeluk Keisha erat. “hentikan. Jangan bicara lagi”
            Keisha berusaha mendorong tubuh Arkan, namun kekuatannya tidak cukup.
            “aku tidak mengerti apa maksudmu. Aku hanya tidak suka ada laki-laki lain yang menyentuhmu, menciummu dan berkata mesra padamu. Aku benar-benar tidak suka..” ucap Arkan tetap memeluk Keisha erat, “Mengapa kau justru berpikir bahwa aku hanya mempermainkanmu?”
            Keisha akhirnya diam, pasrah dengan pelukan Arkan. “Apa kau menyukai wanita lain? tidak maksudku, apa kau sedang mencintai wanita lain?” tanya Keisha lirih
            Arkan melepas pelukannya lalu memegang kedua bahu Keisha. “Apa sikapku tidak bisa menunjukkannya Kei?”
            Keisha menggeleng, “Aku tidak tahu. Aku tidak tahu siapa yang harus aku percaya”
            Arkan menyipit, “Maksudmu?”
            “Beberapa hari ini aku berpikir, tentang seperti apa dirimu sebenarnya, bagaimana perasaanmu, bagaimana kehidupanmu sebelumnya, aku berpikir tentang dirimu. Namun aku tidak menemukan jawabannya. Aku hanya fokus pada kata-kata dokter itu, dia...”
            “Dokter? Angel?” sela Arkan, “Apa yang Angel katakan padamu?”
            Keisha mendangak menatap Arkan, “Dia bilang, aku tidak boleh berharap terlalu banyak padamu, karena kau hanya mencintai dia sebelumnya, saat ini dan selamanya”
            Arkan menggeram, “Shit!.. tidak seharusnya aku biarkan kau bertemu dengannya”
            “So, apa itu benar?” tanya Keisha
            Arkan menatap Keisha intens, “Jangn pernah percaya kata-katanya, mungkin dia tidak salah sepenuhnya.. tapi...”
            “Tidak salah? Jadi benar?”
            “Kei. Dengarkan aku dulu” Arkan membelai rambut Keisha, “Aku dulu memang sempat mencintainya, namun tidak saat ini ataupun besok, selamanya aku tidak akan memiliki perasaan itu lagi”
            Keisha mengerutkan kening tidak mengerti,
            “Karena, saat ini aku hanya mencintaimu, karena besok aku hanya akan mencintaimu dan karena selamanya aku hanya akan mencintaimu Kei”
            Keisha menggigit bibir bawahnya, “Apa kau sedang menyatakan perasaanmu padaku?”
            Arkan tersenyum lalu menarik Keisha kembali pada pelukannya, “Ya..”
            Keisha tersenyum dalam pelukan Arkan
            “So? Kau akan tetap menelepon laki-laki sialan itu?” tanya Arkan
            “Tentu. Aku sudah berjanji”
            Arkan mendorong tubuh Keisha, “Are you crazy? Kau tidak sadar jika kita bertengkar karena...hm” Arkan terdiam dan meutup mulutnya saat tiba-tiba Keisha mengecup bibirnya.
            “Stop it.” Keisha mundur satu langkah namun Arkan menarik tubuh Keisha lagi.
            “Aku harus mendengarkan obrolan kalian dan kau harus berjanji padaku bahwa laki-laki itu tidak akan datang kesini apalagi sampai menciummu”
            “Kau berciuman dengan Angel” sahut Keisha
            Arka mengangkat sebelah alisnya, “Hanya sebuah kecupan”
            “So, Darren juga hanya mengecupku”
            Arkan menggeram.”Stop it.” Arkan mendorong punggung Keisha sehingga mereka sangat dekat dan dengan cepat Arkan mencium Keisha. Bukan hanya kecupan, namun ciuman yang sesungguhnya, melumat dan begitulah.
SELESAI
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar