SEMOGA PARA PEMBACA DAPAT MENGAMBIL PEMBELAJARAN DARI CERPEN INI ^^
Tema
: Kehamilan tidak diinginkan
Judul
: Cinta tak mengerti Cinta
“kenapa
aku?” suara bingung seorang gadis terdengar di sebuah sudut sekolah
“karena aku maunya kamu, cinta”
jawab pria yang berada di hadapannya.
Cinta Indah Dewi, gadis yang sedang
menatap seorang pria yang baru saja mengatakan cinta padanya. Cinta bingung, Ia
kira Dhika hanya seperti teman laki-lakinya yang lain, Cinta tidak pernah tahu
apa itu perasaan menyukai sesorang yang disebut cinta.
“tapi...” perkataan Cinta di sela
“di
coba dulu yaa Cinta..” Dhika memotong perkataan Cinta dengan menempelkan jari
telunjuknya di bbir Cinta. Cinta hanya mengangguk dan senyum bahagiapun
tersimpul dari bibir Dhika.
***
“aku
anter pulang yuk” Dhika tiba-tiba saja menggandeng tangan Cinta.
“ehh?”
Cinta terkejut. Ia tidak pernah bersentuhan dengan seorang pria seperti ini.
Ada perasaan yang aneh saat Dhika menyentuhnya, ada sesuatu yang belum pernah
Cinta rasakan sebelumnya.
“Ayo
Cinta..” Dhika sedikit menarik tangan Cinta.
Ini
sudah satu minggu Cinta dan Dhika resmi berpacaran. Baru sekarang Dhika
menyentuh tangan Cinta dan sentuhan itu membuat jantung Cinta berpacu sepuluh
kali lipat dari biasanya.
“Sudah
sampai Cinta...” lagi.. Dhika menyentuh tangan Cinta yang memegang erat
jaketnya.
“ohh
hehe maaf.. makasih ya Dhika” Cinta perlahan turun dan motor Dhika.
***
Cinta
duduk sendiri di taman yang terletak di belakang sekolah. Ia duduk seraya
membaca buku matematika miliknya. Maklum, Cinta sudah kelas 12 dan sebentar
lagi Ujian Nasional, mau tidak mau Ia harus belajar lebih giat dari sebelumnya
agar dapat masuk ke Universitas yang ia inginkan.
Gelap,
ada seseorang yang menutup mata Cinta. Ia sama sekali tidak bisa melihat,
spontan Cinta menjatuhkan buku matematikanya.
“siapa
sih? aku lagi belajar nih” Cinta meraba tangan yang terus saja menutupin
matanya. Tangan laki-laki, batin
Cinta.
“Aku
kayaknya tahu nih ini siapa” ucap Cinta yang otomatis membuat pemilik tangan
itu menarik tangannya
“kok
kamu curang sih, masa tahu..” Dhika, sudah pasti itu dia. Cinta tersenyum manis
pada Dhika, Ia mulai merasakan perasaan itu, perasaan yang sebelumnya belum
pernah ia ketahui bahkan belum pernah ia rasakan.
“kamu
lagi belajar ya? Ikut aku bentar yuk” tanpa menunggu jawaban Cinta, Dhika
langsung memegang pergelangan tangan kiri Cinta dan menariknya.
“Kita
mau kemana Dhik? Bentar lagi kan masuk?” tanya Cinta yang ternyata tak
mendapatkan jawaban apapun dari Dhika.
Dhika
terus menarik Cinta, membawanya kesebuah ruangan yang terletak di belakang
sekolah. Cinta bingung, ia menatap Dhika dengan tatapan bertanya. Ada sedikit
perasaan takut pada diri Cinta.
“Tenang
aja, aku cuma mau kasih ini aja kok ke kamu” Dhika mengeluarkan sesuatu dari
saku celana abu-abunya.
“coklat?
Kamu bawa aku kesini cuma buat kasih aku ini?” Cinta mengambil coklat yang di
sodorkan padanya dan bertanya dengan nada bingung.
“kamu
bukannya bilang makasih yaa”
“oh
oh iya iya.. makasih yaa” Cinta tersenyum pada Dhika, seolah melupakan
kebingungannya tadi.
“udah
gitu doang?” tanya Dhika
“emangnya?”
Cinta kembali bingung. Ini pertanya kalinya ia pacaran dan Ia sama sekali tidak
mengerti tentang isyarat-isyarat dalam sebuah hubungan seperti ini.
“ini
looohh” Dhika tiba-tiba memegang bahu Cinta dan menciumnya. Beberapa detik
berlalu namun Cinta hanya membelalakan matanya, ia kaget, ia bingung dan ia
tidak tahu apa yang harus ia lakukan? Apa ia harus membalasnya? Atau ia harus
marah?
“Dhika,
udah bel.. ayo masuk kelas” Cinta mencoba melepaskan diri dari genggaman Dhika
di bahunya.
“bentar
lagi..” Dhika menyudutkan Cinta.
***
Cinta
tidak mengerti, apakah ini cinta? Apakah yang ia rasakan itu cinta? Apakah yang
Dhika lakukan padanya selama ini itu cinta? Banyak pertanyaan berkecambuk di
dalam hati dan pikiran Cinta.
Perlahan,
Cinta selalu mengikuti apa yang dikatakan Dhika. Ia dan Dhika jadi sering ke
ruangan di belakang sekolah itu. Ruangan dimana pertama kali Dhika menciumnya,
ruangan dimana Cinta mendapatkan ciuman pertamanya. Cinta berpikir, bahwa
pacaran mungkin memang seperti ini atau hanya seperti ini, tidak akan lebih.
***
“Cinta,
ayo pulang” Dhika mengulurkan tangannya, tentu saja Cinta langsung membalas
uluran tangan itu dan segera melangkah ke lapangan parkir sekolah. Ia berjalan
bergandengan bersama Dhika sampai mereka tiba di tempat dimana motor Dhika
terparkir.
Cinta
menaiki motor ninja berwarna merah itu. Ia membenarkan posisi tasnya dan
sedikit membungkuk lalu memeluk pinggang Dhika. Cinta sudah terbiasa dengan
posisi ini, awalnya Dhika yang menyuruhnya pergangan erat namun lama kelamaan,
Cinta merasakan posisi itu cukup nyaman dan ia sudah seperti itu lebih dari
sebulan.
“makasih
ya Dhika...” ucap Cinta dengan senyum yang bahagia
“aku
gak di tawarin mampir dulu...?”
“ahh,
ohh ayo deh masuk dulu” karena merasa tidak enak hati, Cinta pun mempersilahkan
Dhika untuk masuk.
“mama
sama papa kemana Cinta?” tanya Dhika saat ia sudah duduk di ruang tamu.
“hmm
saudara di kampung ada yang hajatan jadi mama sama papa pulang kampung dulu deh
beberapa hari. Baru tadi pagi berangkat”
Cinta menaruh segelas minuman di hadapan Dhika
“kamar
kamu yang mana? Liat dong” Dhika berdiri dan bertindak seolah olah melihat
sekitarnya, menerka kamar Cinta.
“itu
kamar aku” Cinta menunjuk sebuah pintu dengan lambang hati yang menempel di
pintu tersebut
“ini
maksudnya cinta gitu?” tanya Dhika dengan senyum jahil dan Cinta pun hanya
tersenyum malu.
Dhika
memutar knop pintu dan langsung masuk ke kamar Cinta. Ia melihat-lihat
sekeliling dan Cinta pun ikut masuk.
Cinta
duduk di pinggir tempat tidurnya memperhatikan Dhika yang melihat-lihat isi
kamarnya. Perlahan Cinta memperhatikan Dhika berjalan menuju pintu, Cinta pikir
Dhika sudah puas melihat kamarnya, namun Cinta salah, Dhika menutup pintu kamar
dan menguncinya dari dalam.
“kok
di kunci?” Cinta sontak berdiri dan bertanya dengan tatapan menuntut jawaban
“biar
gak ada yang liat sama denger dong Cinta” perlahan Dhika mendekati Cinta. Cinta
mundur beberapa langkah, perasaannya campur aduk, ia gugup, ia gemetar, ia
takut dan ia tidak tahu harus melakukan apa. Perlahan Dhika memegang bahu Cinta
dan memiringkan kepalanya, Dhika menciumnya.
Dhika
terus mencium Cinta. Cinta terus berusaha untuk bicara dan menolaknya, namun
cinta kalah kuat dengan Dhika. Dhika mendorong tubuh Cinta hingga ia terbaring
di ranjang dan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi itu pun terjadi.
***
Satu
bulan lagi Ujian Nasional, Cinta duduk di kursi dan menatap bukunya di meja
belajar. Ia ingin membaca dan memahami buku pelajaran itu, namun pikiran Cinta
selalu melayang entah kemana. Sudah hampir dua bulan ia tidak datang bulan, ia
panik dan khawatir. Ia takut, ia takut akan hal yang tidak pernah ia inginkan
sebelumnya.
Perlahan
Cinta berjalan menuju sebuah laci di dekat dapur. Ia tahu mama nya selalu
menyimpan benda seperti itu disana. Cinta memberanikan diri, ia harus tahu, ia
tidak ingin gelisah dan takut seperti ini.
Cinta
masuk ke kamar mandi dan ia segera melakukan tes itu. Ia menutup alat itu, ia
memejamkan matanya berusaha meyakinkan diri bahwa tak akan terjadi apapun tidak
akan.
Perlahan
Cinta membuka matanya,
Dan....
Sesuatu
yang tak pernah ia inginkan untuk datang secepat ini, Cinta menangis, ia
terisak, dadanya sesak dan ia tidak tahu harus bagaimana. Ia baru akan
menghadapi Ujian Nasional dan ia hamil?
Aku yang melakukan
kesalahan,
Seharusnya aku menolak,
Seharusnya aku berani
untuk berkata tidak,
Seharusnya aku tidak membiarkan
orang itu masuk ke dalam kamarku
bahkan kedalam
kehidupanku
ini akan menjadi sebuah
cerita
untuk setiap wanita yang
belum mengerti arti cinta
karena ternyata
Cinta tak mengerti Cinta
-cinta-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar