PROLOG
Aku
melihat gadis itu dengan pandangan yang dapat dikatakan ‘aneh’. Gadis itu
tersenyum, tertawa dan berlari setiap hari tanpa merasa lelah. Walau aku
berusaha untuk tidak memperhatikannya, namun suaranya yang riang benar-benar membuatku
menyerah dari pertahananku sendiri untuk tidak menderngar atau bahkan melihat
gadis itu.
“Danny, lo gak makan tuh cake lo? Kalo ngga suka, biar gue makan
sini” Toni berteriak, ia
adalah salah satu kameramen dalam film ‘love
you more’ yang sedang aku bintangi. Ia berlari hendak mengambil cake yang masih utuh di meja sebelah
kursi yang aku duduki saat ini.
“Jangan!!” Suara ceria yang tadi sempat tidak
aku dengar beberapa
saat, tiba-tiba sudah sangat dekat dengannya dan mengambil cake-nya,
aku memandangnya dengan tatapan bertanya.
“Ini
untuk Danny, om kan udah aku kasih tadi” Gadis itu menyembunyikan cake-nya dibelakang punggungnya. Sambil melihat Toni yang terlihat kecewa, gadis yang memiliki energi seperti kelinci untuk
berlari dan suara seperti burung nuri yang tidak berhenti bernyanyi itu duduk
disebelahku dan menyendokan cake
yang sudah ia taruh lagi di meja.
“Danny, aaaaaa” ia mengarahkan sendok berisi potongan cake itu ke arah mulutku
dengan tersenyum
manis, sangat manis, bahkan aku bisa saja lupa diri dengan membuka mulut kalau saja Aku tidak melihat Beni berdiri agak jauh di belakang gadis berenergi ekstra
ini.
“Gue bisa makan sendiri! Balik ketempat lo sana!” Aku mengambil paksa sendok yang gadis
itu pegang dan
sedikit membentaknya agar menjauh dari hadapaku. Semakin aku melihat gadis itu ada di dekatnya, semakin aku ingin memarahi gadis itu karena bibirnya yang tak berhenti bercerita.
Ia
hanya tersenyum dan berjalan riang ke arah Beni, aku memandang punggungnya yang semakin lama semakin
menjauh dariku. Seharusnya aku
membiarkannya tetap berada disisiku, “yak! Apa yang gue
pikirin
sih Danny
Alamsyah!” aku
mengutuk diriku sendiri yang sempat berpikir gadis itu tetap berada disisiku
saat ini.
Kiran
Amora Alexansandra, gadis
yang satu minggu ini selalu aku dengar suaranya, selalu aku lihat senyumnya.
Entah apa yang aku pikirkan sebenarnya, aku tidak menyukainya sejak pertama
dipertemukan dengannya, sejak aku tahu bahwa ia membenci orang yang sangat aku
cintai, Sherly Wijaya.
Ia
membenci Sherly ku, berarti ia adalah orang yang seharusnya tidak aku
dekati. Walau aku tidak tahu apa hubungan dia dan Sherly dan apa Sherly juga
membencinya. Aku hanya tahu bahwa, Kiran membenci Sherly ku.
Walau
aku terus menghindar dari Kiran, gadis itu tetap mendekat dan tetap tersenyum
padaku walau aku membentak atau bahkan mengusirnya. Hanya aku satu-satunya
orang yang berani membentak Kiran, tak ada satu pun yang tega membuatnya
terkejut atau bahkan menangis dengan bentakan, bahkan sutradara pun selalu
berhati-hati dengannya.
Ini sangat tidak adil bukan? Kiran membenci Sherly,
padahal Kiran yang lebih banyak mendapat perhatian dan kasih sayang
dibandingkan dengan Sherly ku. Jika kebencian itu karena rasa iri, bukankah
seharusnya Sherly yang membenci Kiran?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar