Keisha mengecek segala
sesuatu yang harus Ia bawa ditasnya. Ia tidak boleh meninggalkan apapun, hari
ini ada rapat dan dia tidak memiliki waktu untuk kembali ke rumah walau hanya
lima menit.
Rasha berdeham, “Kau yakin kepalamu sudah lebih baik?”
Keisha mengangguk lalu berjalan menghampiri Rasha,
“Kepalamu sepertinya yang sekarang sakit” Keisha memegang kening Rasha
Rasha menyipit, tidak mengerti dengan ucapan Keisha.
“Apa kau akan mengenakan kemeja dengan celana boxer itu?”
Rasha dengan cepat menatap kebawah, dia sudah mengenakan
tas dan sepatu, namun dia lupa untuk mengenakan celana jeansnya. Rasha menatap
Keisha yang menahan tawa, “Kau tidak tahu jika ini fashion terbaru?”
Keisha mengangkat sebelah alisnya, “Really? Hm, kalau
begitu ayo berangkat bersama ke kampus. Aku bisa mengantarmu” Keisha mengapit
tangan Rasha namun dengan cepat Rasha menarik tangannya.
“Aku akan berangkat sendiri. Sudah sana pergi! Rapatmu
bisa terlambat! Hus hus...” Rasha mendorong-dorong tubuh Keisha hingga keluar
dari kamar wanita itu sendiri.
Keisha hanya menggeleng. Rasha selalu bisa membuatnya
tertawa dengan semua tingkah bodohnya. Mungkin hanya Keisha yang tahu bahwa
Rasha bisa membuat orang tertawa, karena orang lain akan kesal dan marah jika
berbicara dengan Rasha.
Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di kantor, hari
ini jalanan Jakarta masih sangat padat. Untung saja kantor Keisha tidak jauh
dari rumahnya, jadi walau dengan keadaan macet sekalipun, Keisha masih bisa
sampai dalam waktu tiga puluh menit.
Keisha mengambil beberapa berkas yang akan dibawanya
rapat hari ini dari ruang kerjanya. Baginya, tidak ada kata terlambat dalam
rapat. Jadi jika rapat sudah ditentukan jam delapan, makan rapat itu akan mulai
jam delapan, tanpa pertimbangan apapun.
Keisha menghabiskan waktu tiga jam dalam rapat kali ini.
Waktu yang cukup lama karena ada beberapa masalah yang harus segera ditangani,
belum lagi beberapa orang terlambat dalam rapat hari ini. Jadi Keisha baru
benar-benar keluar dari ruang rapat pukul sebelas.
“Bu Keisha, ibu mau ikut makan siang bersama?” tawar
salah satu karyawannya
Keisha menggeleng, “Masih ada berkas yang belum dibaca.
Kalian makan duluan saja” ucap Keisha dengan tersenyum
Dengan sedikit pincang Keisha berjalan menuju ruang
kerjanya. Walau sudah terbiasanya dengan high heels, namun tidak melepaskan
selama beberapa jam membuat kakinya sedikit sakit.
Keisha membuka pintu ruangan dan berjalan menuju meja
kerjanya.
“Ada apa dengan kakimu?”
“Ya Tuhan!!” teriak Keisha kaget karena suara yang asing
ditelinganya. “Arkan?” ucap Keisha memastikan saat melihat wajah pemilik suara
asing tadi. “Mengapa kau bisa berada disini?”
“Aku yang lebih dulu bertanya, ada apa dengan kakimu?”
Arkan menatap tanpa ekspresi membuat Keisha seidkit canggung
Keisha menunduk menatap kakinya, “Oh, hanya sedikit
pegal” jawab Keisha sambil lalu. “Jadi, ada perlu apa kau kesini?”
Arkan mendekati Keisha lalu menyentuh kedua bahu Keisha,
mendorong Keisha menuju sofa yang tadi Ia duduki lalu sedikit memaksa Kesiha
untuk duduk disana. Arkan lalu berjongkok dihadapan Keisha.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Keisha kaget saat Arkan
menyentuk kaki Keisha
Arkan tak menjawab, Ia meneruskan kegiatannya dengan
melepas sepatu Keisha lalu sedikit memijat kakinya. “Tidak sehat terlalu sering
menggunakan sepatu hak seperti ini”
Keisha diam, ini pertama kalinya ada orang yang menyentuh
kakinya. “sudah cukup” Keisha menggeser tubuhnya agar menjauh dari Arkan.
Arkan terdiam, lalu Ia berpindah duduk di samping Keisha.
“Ayah yang menyuruhku kemari. Kau baik-baik saja?” Arkan menatap Keisha
“Oh, iya aku baik-baik saja. Sudah tidak begitu pegal
sekarang. Terimakasih.” Keisha menoleh membalas tatapan Arkan
“Bukan itu.”
“Hm?” Keisha melebarkan matanya tidak mengerti
“Semalam kau..”
“Oh, tidak. Aku tidak apa-apa, terimakasih sudah
mengkhawatirkanku” sela Keisha
Arkan terdiam, memperhatikan Keisha yang sudah tidak
menatapnya lagi. Wanita itu lebih fokus pada jari-jari kakinya sendiri. Ada
yang membuat Arkan bingung tentang Keisha, satu waktu wanita itu bisa sangat
ceria, ramah dan begitu hangat, namun waktu yang lain Keisha bisa sangat
pendiam dan dingin. Arkan tidak tahu mana yang benar tentang Keisha.
“Kau ingin minum sesuatu?” tanya Keisha
Arkan menggeleng, “Aku hanya mengecek apa kau baik-baik
saja atau tidak. Ayah bilang, aku harus lebih...”
“Apa kau memiliki seseorang saat ini?” sela Keisha
membuat Arkan membelalakan matanya, “Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu, tapi
aku sangat takut, aku terbiasa bertemu dengan orang baru dan asing, tapi aku
tidak tahu jika menikahi orang asing akan sangat membuatku takut” Keisha
menunduk
“Tidak. Aku tak memiliki seseorang saat ini” jawab Arkan
tegas. Arkan ingin sekali menanggapi perkataan Keisha yang lain. namun tidak
ada satu kalimat atau satu katapun yang bisa Ia ucapkan sekarang.
“Katakan pada Paman aku baik-baik saja dan terimakasih
karena telah mengecek dan mengkhawatirkanku” Keisha menatap Arkan dengan
tersenyum.
“Kau sudah makan siang?”
“Hah?” Keisha mengangkat alisnya kaget.
***
Alan mengetuk-ngetuk bolpoinnya di atas meja kerja.
Otaknya tidak bisa bekerja sama dengan keinginannya untuk bekerja. Berkas sudah
menumpuk, namun tidak ada satu pun yang bisa dicerna otaknya, alhasil Ia hanya
diam dan melamun.
Pikirannya selalu tertuju pada Arkan, adik laki-lakinya
itu selalu membuat masalah jika tidak diawasi. Alan bahkan sempat curiga bahwa
pingsannya Keisha disebabkan ulah Arkan. Namun dengan beribu penjelasan Arkan,
Ia pun menyerah dan mempercayain semua perkataan adiknya itu.
Alan sebenarnya menentang perjodohan Arkan dan Keisha, namun
Ayahnya bersikeras untuk tetap menjalankan perjodohan itu. Arkan bukan tipe
laki-laki yang bisa menetap dengan satu wanita, mungkin sudah puluhan wanita
yang menjadi korban adiknya itu.
Bukan hanya ketegasan hati Ayahnya yang membuat
perjodohan itu tetap berjalan, tapi juga perubahan sikap Arkan. Biasanya Arkan
akan selalu menolak jika membahas tentang menikah, namun kali ini Arkan justru
diam dan hanya menyetujui semua ucapan Ayahnya. Alan tidak tahu ada apa dengan
keluarganya, tapi semua seolah berusaha melancarkan perjodohan itu.
Saat sedang berpikir, ponsel Alan berdering.
“Hallo” jawab Alan
“Apa yang sedang kau lakukan big bro?” suara Arkan
terdengar dari speaker ponselnya
“Kerja, apalagi?”
“Bisa kau kirim nomor retaurant vanessa? Aku ingin
memesan beberapa makanan?”
Alan mengernyit, “Siapa yang ingin kau racuniiii???!!”
“Hah?”
“Jawab aku! Dimana kau sekarang?” Alan merendahkan
suaranya
“Aku? Di kantor Keisha”
Alan terbelalak, “Apa yang kau lakukan disana?”
“Alan. Tidak bisakah kau tidak banyak bicara dan segera
kirimkan nomornya?”
“Arkan, ini pertama kalinya kau memesan makanan. Bukankah
kau tidak suka makanan pesan antar seperti itu? jika bukan meracuni orang, apa
lagi? Kau ingin membunuh Keisha? Kau gila??” tanya Alan sedikit panik
“Kau yang gila! Cepat kirim, aku lapar!” tut tut tut
Alan mendesah, namun Ia tetap mengirimkan nomor
restaurant itu kepada Arkan. Walau kemungkinan yang baru saja Ia sebutkan bisa
saja benar-benar terjadi. Tidak ada yang tahu apa yang ada di otak Arkan, orang
itu benar-benar tidak bisa dibaca.
***
Rasha berjalan sambil membawa satu kota bebek goreng
kremes kesukaan kakak satu-satunya. Ia hanya ada satu mata kuliah hari ini,
jadi bisa lebih cepat pulang dan menikmati makan siang bersama Keisha.
Rasha membuka pintu ruang kerja Keisha dan seketika kaget
mendapati orang yang semalam hampir dicekiknya.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Rasha menatap Arkan
“Rasha? Kamu kesini? Kuliahmu sudah selesai?” Keisha
berdiri mendekati Rasha
Rasha menatap Keisha penuh tanya, “Ada apa dengan kakimu?
Kenapa kau tidak memakai alas kaki?”
“Aku melepasnya, karena...”
“Kau melepasnya????!!!” Rasha beralih menatap Arkan
tajam.
“Oh Rasha, duduklah dulu. Aku baru saja makan, jangan
membuatku mual” Keisha menarik Rasha dan membawanya duduk di sofa, tepat
disampingnya.
“Kakinya sakit karena menggunakan high heels terlalu
lama, aku membantu melepas sepatu dan memijat kakinya” jelas Arkan
Pandangan Rasha melemah pada Arkan, lalu menoleh menatap
Keisha. “Sudah aku bilang berapa kali? Sepatu itu tidak berarti apapun untukmu,
kau tetap lebih pendek”
Keisha menatap kesal pada Rasha, “Apa yang kau bawa?”
“Aku bawakan makanan kesukaanmu, tapi sepertinya kau
sudah kenyang” Rasha melirik beberapa piring bekas makanan di atas meja.
“Sorry, Aku mengajaknya makan terlebih dahulu” ucap Arkan
***
Keisha berdiri didepan cermin, kebaya putih menutupi
tubuhnya. Ini akhir dari karir modelnya dan ini adalah awal dari kehidupan
terkengkangnya. Keisha pikir Ia akan bisa menggapai mimpinya, namun pada
akhirnya Ia justru lebih jauh dari mimpi itu.
“Kau ingn aku membopohmu dan berlari kesuatu tempat?”
suara Rasha muncul dibelakangnya
Keisha berbalik lalu menggeleng, “Apa aku cantik?”
Rasha mendekatkan tubuh pada Keisha, meletakan telapak
tangannya di pipi Keisha. “Kau selalu cantik, sejak lahir kau memang
ditakdirkan menjadi cantik sista”
Keisha memberengut, lalu memukul pelan dada Rasha, “Saat
aku lahir, kau bahkan belum terbentuk!!”
Rasha menyengir. Melihat jam dinding lalu menatap Keisha
serius, “Ini kesempatan terakhirmu, berjalan keluar atau melompat dari
jendela?”
Keisha tersenyum mantap, “Aku sangat menyayangimu, lebih
dari siapapun aku sangat menyayangimu Rasha”
Dengan berat hati Rasha menggandeng kakaknya itu menuju
meja akad. Arkan sudah duduk disana dengan baju serba putih, bersama dengan
Faustin, Jo dan Alan. Sebenarnya jika boleh memilih, Rasha akan mengusir semua
orang itu, semua orang yang membuat kakak kesayangannya harus berkorban begitu
besar.
***
Proses akad berjalan lancar dan dilanjur dengan resepsi
pernikahan. Arkan dan Keisha berdiri berdampingan tanpa bicara sepatah katapun
selama berjam-jam. Bukan karena tidak ingin bicara, namun memang tidak ada yang
bisa mereka bicarakan. Semuanya begitu tiba-tiba dan cepat.
“Aku akan mandi lebih dulu, kau bisa melepas semua aksesoris
itu sendiri?” tanya Arkan pada Keisha setelah mereka sudah berada di kamar
Keisha mengangguk.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Arkan berjalan pergi ke
kamar mandi meninggalkan Keisha sendiri. Sebenarnya, Ia ingin sekali mengajak
bicara Keisha namun tidak ada topik yang tepat. Tidur bersama dengan orang
asing bukan pertama kalinya bagi Arkan, tapi Arkan bisa memastikan bahwa ini
merupakan pertama kalinya bagi Keisha.
Arkan membutuhkan waktu setengah jam untuk membersikan
dirinya, karena tubuhnya begitu pegal dan penuh dengan peluh. Setelah selesai
mandi dan berganti pakaian, Ia keluar dan mendapati Keisha duduk di tepi
ranjang dengan memegang beberapa peralatan mandi dan baju ganti.
“Kau ingin makan malam?” tanya Arkan
Keisha menggeleng, “hm Arkan..” panggil Keisha
Arkan menatap Keisha
“Bisakah aku keluar sebentar setelah mandi? Aku ingin
menemui Rasha”
Arkan mengangguk, “jangan terlalu larut, kau pasti lelah”
Keisha tersenyum dan mengangguk.
Arkan duduk di sisi ranjang seraya membuka beberapa pesan
yang masuk ponselnya. Kebanyakan pesan itu mengucapkan selamat, ada pula yang
mengucapkan kekecewaan. Tentu saja yang kecewa adalah wanita-wanita yang
tadinya berharap menikah dengan Arkan, namun harus pupus karena Arkan bukan
lagi seorang lajang sekarang.
Mata Arkan menyipit, membaca satu pesan dari nomor yang
tak dikenalnya.
Aku tidak pernah
setuju dengan pernikahanmu dan kakakku. Tapi aku berharap kau bisa membuatnya
bahagia. Kau tidah harus memberinya materi atau apapun yang kau beli dengan
uangmu, kau hanya harus membuatnya tersenyum. Aku berusaha dengan keras
membuatnya selalu tersenyum dengan apapun, walau itu harus menjadikanku bodoh dihadapannya. Jadi jika kau berani
menghapus senyum itu darinya, aku akan benar-benar mencekikmu. By the way, hari
ini hari ulang tahun Kei. Jangan buat hari ini jadi hari ulang tahun
terburuknya.
Saat selesai
membaca pesan itu, Arkan mendapati
Keisha keluar dari kamar mandi dengan menggunakan hotpants dan sweater
merah.
“Aku akan keluar sekarang, tidak apa-apa?” tanya Keisha
“Oke” jawab Arkan.
***
Keisha berjalan dengan riang ke halaman rumah Arkan,
disana Rasha sudah menunggu dengan memegang kue ulang tahun kecil yang sudah
terpasang lilin.
“Apa itu untukku?” tanya Keisha saat berada di hadapan
Rasha
“Duduklah, aku akan menyalakan lilinnya”
Keisha menuruti ucapan Rasha, “Kau harus menyanyikan lagu
ulang tahun untukku” pinta Keisha
Rasha menggeleng, “Kau tahu suaraku sangat jelek”
“Aku tidak mendapatkan lagu ulang tahun untukku tahun
lalu. Ayah dan Bunda pergi sebelum hari ulang tahunku. Kau masih kesal dengan
nasib kita. Aku tak mendapatkan apapun tahun lalu. Tak bisakah aku memohon
tahun ini? Aku hanya ingin sebuah lagu yang biasanya Ayah nyanyikan untukku”
Rasha menatap mata Keisha, ada genangan air mata disana
yang ditahan Keisha agar tidak jatuh. Dengan cepat Rasha menyalakan lilin dan
bernyanyi untuk Keisha..
“Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Keishaku yang
paling aku sayang, selamat ulang tahun”
Keisha memejamkan matanya lalu perlahan meniup lilin
hingga padam.
“Aku tidak menyiapkan hadiah apapun, aku ingin kau yang
meminta. Apa yang kau inginkan?” tanya Rasha setelah menaruh kue di sisi kursi
yang lain
Keisha berpikir, “Aku ingin... hmm.. apapun yang bisa
mengingatkanku padamu dan tersenyum saat melihat itu”
Rasha mengernyit, “Apa itu? jangan membuatku berpikir
keras”
Keisha tersenyum, “Dunno.. aku sangat lelah. Aku akan
kembali ke kamar, dan aku harap besok aku sudah bisa menerima hadiahku. Good
night brother” Keisha mengecup pipi Rasha singkat lalu berlalu pergi
Rasha menatap kepergian Keisha, “Tuhan pasti sangat
menyayangiku, Tuhan memberikanku seorang kakak yang sangat menyayangiku. Aku
tidak butuh apapun lagi, aku hanya menginginkan Keisha”
***
Keisha mengetuk pintu kamar, namun tidak ada jawaban.
Perlahan Keisha memutar knop pintu dan memasuki kamar yang sudah gelap. Ia
tidak tahu harus tidur dimana, maka dari itu Ia berjalan menuju sofa panjang yang
tersedia dikamar lalu duduk disana. Keisha menyipitkan mata mencoba mencari bantal
untuk sandaran kepalanya.
“Apa yang sedang kau cari?” Suara Arkan membuat Keisha
terperajat kaget hingga menyandar pada sandaran sofa.
“Arkan?” tanya Keisha memastikan
“Iya ini aku. Apa yang sedang kau cari?”
“Apa lampu kamar ini mati? Atau kau memang mematikannya?”
tanya Keisha tanpa menjawab pertanyaan Arkan
“Apa kau terbiasa bertanya sebelum menjawab? Jawab dulu
pertanyaanku”
Keisha menoleh kesana kemari mencari sosok Arkan di
tengah kegelapan. “Aku cari bantal. Bisakah kau menyalakan lampunya sebentar?”
Arkan tak menjawab lalu seketika iya menyalakan korek dan
membuat Keisha menoleh.
“Apa lampunya benar-benar mati?” tanya Keisha bingung
Arkan mengarahkan api korek kesuatu tempat lalu sebuah
lilin menyala. Lilin di atas sebuah tumpukan dorayaki.
“Happy birthday. Sorry, aku coba cari toko kue yang masih
buka, tapi aku hanya menemukan minimarket dan menemukan kue ini”
Keisha menatap Arkan, “Kau tahu?”
Arkan mengangguk, “Just make a wish, lalu tiup lilinnya”
Keisha lantas saja memejamkan mata beberapa saat kemudian
meniup lili kecil diatas dorayaki itu.
“Aku tidak menemukan apapun sebagai hadiah. Besok
menyusul tidak apa-apa kan?” tanya Arkan seraya berjalan menuju saklar lampu
dan menyalakan lampu.
Keisha menatap Arkan yang mendekat lagi padanya dan duduk
disampingnya, “Bisakah aku meminta sesuatu?”
Arkan mengangkat sebelah alisnya, “Oke, apa?”
“Bisakah kita tinggal dirumahku?”
“What?”
Keisha menggigit bibir bawahnya, “Rasha disana sendiri
dan ....”
“Baiklah” sela Arkan
“Apa?” Keisha membelalakan mata tidak percaya
“Setelah seminggu disini, kita pindah ke rumah mu” ucap
Arkan lalu berdiri, “Kau bisa tidur di atas ranjang, biar aku yang...”
“Tidak... aku baik-baik saja tidur disini” sela Keisha
Arkan menarik tangan Keisha, “Kita bisa buat batas dengan
guling, aku tidak akan menyentuhmu” Arkan sedikit mendorong Keisha agar duduk
di ranjang
***
Alan terbangun di pagi hari karena mencium aroma makanan
kesukaannya. Sup rumput laut, dia menggilai sup tersebut, hingga dapat
terbangun hanya karena sup itu.
“Bi, apa bibi memasak sup rumput laut hari ini?” tanya
Alan sedikit berteriak, namun saat tiba di dapur, Alan sedikit terkejut karena
yang Ia dapati bukan Bi Aisyah, melainkan Keisha dengan rambut terikat rapih
dan menggunakan apron.
“Aku menggantikan Bibi karena tadi pagi-pagi sekali Bibi
merasa kurang sehat. Apa aku membangunkanmu?” tanya Keisha hati-hati
Alan menggeleng dan bersandap pada salah satu sisi pintu
dapur, “Bagaimana semalam?”
Wajah Keisha secara spontan memerah akibat pertanyaan
Alan, “Baik” ucap Keisha sedikit sumbang karena gugup
“Kau bisa memasak?” tanya Alan mengalihkan pembicaraan
karena melihat kegugupan Keisha
Keisha mengangguk, “Hanya sedikit, Bunda sempat
mengajariku dulu”
“Kau sudah selesai?” tanya Alan lagi melihat Keisha
melepas apronnya.
Keisha mengangguk lagi, “Aku akan menaruh ini di meja
makan, kau bisa memakannya langsung”
Alan memperhatikan Keisha yang memasak dengan pakaian
rapih. Pakaian kerja yang biasanya Ia pakai. Sedikit asing menyaksikan orang
lain memasak didapurnya, yang bisanya hanya disentuh oleh Bi Aisyah.
“Sista!!!” Suara Rasha membuat Alan menoleh
“Kau sudah rapih? Apa kau kuliah hari ini?” tanya Keisnya
pada Rasha
Rasha menggeleng, “tidak aku free hari hari ini”
Keisha menepuk-nepuk lengannya, merapihkan kemeja lalu
mengenakan blazernya yang tersampir di kursi makan. “Aku harus segera ke
kantor. Kau bisa pulang dan bawakan berkas dan Ipadku yang ada di meja kerja?”
“Kau akan bekerja?” suara Arkan membuat semua orang
menoleh dan memperhatikannya yang sudah rapih dengan setelan jas dan tas kerja.
“Ada banyak hal yang tertunda beberapa hari ini. Aku
harus menyelesaikannya” jawab Keisha
“Kau masih akan bekerja?” tanya Alan sedikit kaget
Keisha diam namun detik berikutnya dia langsung mengambil
tas yang terletak di meja makan.
“Aku bisa mengantarmu” tawar Arkan
Alan yang tadi menatap Keisha berpindah menatap Arkan.
“Kau bisa gunakan mobilku sista. Aku akan naik taxi
nanti” ucap Rasha membuat Keisha tersenyum
Saat Keisha ingin menjawab Arkan, ponsel Keisha berdering
dan langsung Ia angkat.
Arkan diam, memperhatikan Keisha yang terlihat
terburu-buru. Kata-kata yang Ia ucapkan kepada sang penelpon pun hanya Iya dan
Baik.
Keisha menutup teleponnya dan meraih kunci mobil Rasha
yang sudah disodorkan padanya. “Kita bahas mengenai ini nanti. Aku harus segera
pergi”
Arkan dan Alan mencoba mencegah, namun langkah Keisha
sangat cepat dan seperti tidak ingin mendengar tawaran atau pertanyaan mereka
lagi.
Alan menatap Rasha bingung, “Kenapa kau tidak menyuruhnya
bersama Arkan? Saat ini Arkan suaminya”
Rasha menggeleng, “Keisha tidak akan mau” jawab Rasha
singkat, lalu menoleh pada Arkan, “Aku akan menjelaskan semua tentang Keisha
nanti. Dia bisa berubah jadi srigala jika aku terlambat mengantar pesanannya.
Sampai jumpa!” Rasha langsung berlari keluar rumah
“Kau diam saja?” tanya Alan pada Arkan
Arkan mengangkat bahu dan langsung duduk di meja makan, “sebaiknya
kita segera makan”
Alan ikut duduk dihadapan Arkan, “Jika Ayah tahu kau
membiarkan Keisha pergi seperti itu, Ayah akan sangat marah”
“Laki-laki tua itu akan lama berada di London” ucap acuh
Arkan
Alan menggeleng, “Aku tidak tahu apa yang ada
dipikiranmu. Kau dan Grania itu sama saja”
“Kapan bibi bisa memasak sup rumput laut seenak ini? Kau
mengajarinya?” tanya Arkan tak menanggapi perkataan Alan dan hanya memakan
sarapannya
“Istrimu yang membuat itu. tidak, istrimu yang membuat
ini semua” jawab Alan membuat Arkan berhenti mengunyah.
“Dia dan adiknya pergi tanpa memakan satu sendokpun dari
masakan yang Ia masak. Kau tidak khawatir?” tanya Alan
Arkan kembali mengunyak makanannya, “Jika dia istrimu,
kau pasti akan sangat senang”
Ucapan Arkan membuat mata Alan membulat. Bukan karena
marah, tapi karena apa yang diucapkan adiknya itu juga terlintas di benaknya
saat mencicipi sup rumput laut buatan Keisha.
“Kau menginginkannya?” tanya Arkan menatap Alan serius
Alan menelan ludah, “Kau gila! Habiskan sarapanmu dan
bekerjalah! Biaya hidup Grania di London sangat mahal!”
***
Keisha memijat pelipisnya. Sehari ini Ia harus
menyelesaikan beberapa masalah yang tertunda karena persiapan pernikahannya
kemarin. Seluruh karyawannya sangat kaget ketika mendapati bos mereka langsung
bekerja setelah kemarin baru saja melangsungkan pernikahan. Namun tidak dengan
sekretarisnya Sheryl yang sudah tahu watak sahabatnya itu.
Keisha memutuskan untuk kembali ke rumahnya terlebih
dahulu untuk mengambil beberapa pakaian. Ia dan Arkan sudah sepakat untuk
tinggal selama seminggu dirumah Arkan dan setelah itu baru pindah kerumahnya.
Keisha sangat bersyukur bahwa Arkan bisa memahaminya dengan baik masalah rumah.
Keisha membuka pintu rumahnya,
“Kau sudah pulang?” suara Rasha menyapa Keisha yang masuk
ke dalam rumah
Keisha mengangguk
“Aku sudah tahu kau akan pulang kesini dulu” suara Arkan
membuat Keisha kaget dan membalikan tubuhnya ke arah dapur. Keisha langsung
melihat sosok Arkan dengan kemeja biru yang lengangnya digulung hingga siku,
laki-laki itu membawa secangkir kopi ditangannya.
“Kenapa kau bisa ada disini?” tanya Keisha kaget
“Aku akan ke kamar ku, kalian bisa mengobrol urusan
kalian” pamit Rasha dan meninggalkan kakaknya
Arkan mendekati Keisha, “Untuk membicarakan hal yang tadi
pagi belum kita bicarakan”
Keisha langsung memijat pelipisnya saat mengingat ada
banyak hal yang harus dibicarakan dengan laki-laki dihadapannya saat ini.
“Baiklah”
Arkan duduk di salah satu sofa dan Keisha mengikuti Arkan
duduk. Namun saat Keisha duduk, suara bel rumah membuatnya kembali berdiri.
“Aku akan membuka pintu dulu”
Keisha membuka pintu rumahnya dan langsung terperajat
kaget, “Darren? Mengapa kau bisa ada disini?”
Laki-laki bernama Darren itu maju satu langkah agar lebih
dekat dengan Keisha, “Untuk memastikan apa berita itu benar atau tidak!” ada
nada yang sangat tegas dari suara Darren yang membuat Keisha sedikit
terintimidasi.
“Itu...”
“Siapa yang datang?” Arkan datang mendekati Keisha
Darren menyipitkan matanya menatap Arkan, “Oh God! Jadi
berita itu benar?” Darren kembali menatap Keisha penuh tanya
“Darren, ayo kita bicarakan masalah ini.” Keisha
mendorong tubuh Darren keluar.
“Bukankah kita juga ada hal yang harus dibicarakan?”
tanya Arkan membuat Keisha berbalik
Keisha menghembuskan nafas, “Tunggulah, aku akan segera
menemuimu di dalam”
Arkan hanya diam dan menatap tidak percaya bahwa dia
ditinggal oleh istrinya sendiri yang memilih laki-laki lain.
“Butuh teman?” suara Rasha
BERSAMBUNG
***
“Namanya Darren. Seniornya di kampus dulu, dia sudah
mengejar Keisha sejak pertama kali melihat Keisha di kampus” jelas Rasha sambil
bersandar di sofa
Arkan mengerutkan dahinya, “Maksudmu, dia itu.. oh,
Keisha pernah bilang dia tidak memiliki seseorang saat ini”
Rasha menggeleng, “Mereka hanya teman, aku bilang tadi
dia itu teman bukan?”
“Lalu?” tanya Arkan lagi
“Kei tidak menyukai Darren, walau Darren tidak kekurangan
apapun. Darren memiliki visual yang baik, martabat yang baik, harta yang
berlimpah, intinya dia memiliki semua hal yang laki-laki lain impikan. Namun
hal itu tidak membuat Kei lantas saja jatuh pada Darren”
Arkan memiringkan kepalanya, “Apa kakakmu itu memiliki
orang lain yang disukai?”
Rasha menatap Arkan, “Kau benar-benar ingin tahu?”
Arkan dengan cepat mengangguk
“Ada satu orang” jawab Rasha
Arkan melebarkan matanya kaget, “Tapi dia bilang...”
“Tenang saja” sela Rasha, “Orang itu bukan orang yang
bisa Keisha raih”
Arkan mengerutkan keningnya tidak mengerti
Rasha menyipitkan matanya menyelidik pada Arkan, “Kau
cemburu?”
“Apa?” tanya Arkan spontan
Rasha terseyum sinis, “Kau masih salah satu orang yang
ingin aku cekik di dunia ini. Jadi aku tidak akan memberikan semua informasi
tentang Keisha, sampai aku benar-benar yakin denganmu.”
Arkan diam dan hanya menatap cangkir kopinya dengan
tatapan kosong. Tidak ada yang tahu yang Ia pikirkan, tidak ada yang tahu yang
Ia rasakan, semuanya Ia pendam sendiri, entah sampai kapan, tapi sampai detik
ini Arkan masih enggan membaginya dengan siapapun
“Apa kau menunggu lama? Apa Rasha mengganggumu?” suara
Keisha mengalihkan pandangan Arkan
Arkan menggeleng, “Kau sudah selesai?”
Keisha mengangguk
“Baiklah. Aku harus pergi kesuatu tempat. Pastikan kau
mengunci pintu” Rasha meraih kunci mobil yang ada di meja dan meninggalkan
Keisha serta Arkan berdua.
Keisha duduk di hadapan Arkan. “Jadi, kita harus mulai
darimana?”
“Kau tetap ingin bekerja?” tanya Arkan dan Keisha hanya
mengangguk, “Kalau begitu kau akan aku antar dan jemput”
“Apa? Tidak, tidak perlu” jawab Keisha terlalu cepat dan
tegas membuat Arkan sedikit curiga
“Apa kau menyembunyikan sesuatu? Kekasihmu ada di
kantormu?” tanya Arkan sinis
Keisha menatap bingung, “Aku tidak memiliki kekasih. Aku
sudah pernah bilang padamu mengenai itu”
“Lalu kenapa?” tanya Arkan menyelidik
Keisha menggigit bibir bawahnya, “Sebenarnya...” Keisha
terdiam sesaat lalu melanjutkan, “Aku tidak terbiasa satu mobil dengan
laki-laki asing. Aku..”
“Apa aku masih asing bagimu?” tanya Arkan semakin
menuntut
Keisha mengangguk pelan, “Maksudku, kita belum lama
saling kenal. Lagi pula...”
“Sudah cukup lama bagiku” sela Arkan, “Kemasi barang yang
kau butuhkan. Aku akan menunggu di mobil!”
Keisha membuka mulut untuk menolak, namun Arkan sudah
berdiri dan berjalan cepat keluar rumah. Alhasil Keisha hanya bisa
menghembuskan nafas beratnya.
***
Arkan beberapa kali melirik Keisha yang duduk
disampingnya. Wanita itu sama sekali tidak bicara dan hanya meremas jari
jemarinya sendiri. Arkan bahkan mendengar hembusan nafas Keisha yang begitu
berat, mungkin dirinya terlalu memaksa Keisha, namun hal ini dilakukannya agar
istrinya itu dapat terbiasa dengan kehadiran Arkan.
“Arkan...” Keisha menoleh untuk pertama kalinya
“Ya?” jawab Arkan sedikit kaget
“Bisakah kita mampir ke toko bunga itu. Ada yang ingin
kubeli” pinta Keisha dengan menunjuk salah satu toko kecil di pinggir jalan
Arkan mengangguk dan langsung meminggirkan mobilnya lalu
berhenti tepat di depan toko itu.
“Aku akan segera kembali” ucap Keisha seraya melepas
sabuk pengamannya
“Aku ikut” ucap Arkan membuat Keisha menoleh, “Aku juga
ingin lihat-lihat” jelas Arkan
Tanpa bertanya lagi, Keisha keluar dari mobil bersamaan
dengan Arkan. Saat membuka pintu kaca, terdengar lonceng berbunyi dan seorang
laki-laki menghampiri Keisha.
“Selamat datang. Oh Ya Tuhan, Kei? Aku kira kau tidak
akan kemari lagi” sapa laki-laki yang menggunakan celana jeans sedengkul dan
kemeja hitam yang digulung lengannya.
Keisha tersenyum, “Ada banyak hal yang harus aku urus.
Aku jadi tidak sempat untuk mampir kesini, aku minta maaf”
“Oh tidak perlu meminta maaf, melihatmu lagi datang
kesini lagi saja aku sudah sangat senang”
Ucapan laki-laki itu membuat Arkan terpaksa berdeham
karena merasa tidak dianggap. Padahal Ia sejak tadi berada dibelakang Keisha.
Laki-laki itu menatap Arkan bingung, “Oh maaf, apa dia
bersamamu Kei?”
Keisha langsung berbalik dan seakan baru sadar bahwa
Arkan bersamanya saat ini. “Oh Iya dia bersamaku” ucap Keisha
Arkan mengulurkan tangannya, “Arkan” ucapnya
“Alex” laki-laki bernama Alex itu menjabat tangan Arkan
dengan tersenyum
“Oh Ya.. aku mencari pohon gardenia. Kau bisa berikan
padaku yang ada di pot kecil?” tanya Keisha setelah menyadari tatapan Alex yang
menerawan kepada Arkan
Alex tersenyum dan mengangguk, “Tunggu, aku akan mengambilkannya
untukmu”
Saat Alex pergi, Arkan mendekati Keisha, “Sepertinya kau
sudah akrab dengannya?” tanya Arkan
Keisha mengangguk, “Sejak aku kecil, Aku sudah sering
membeli bunga disini”
“Jadi kau mengenalnya sejak kecil?”
Keisha mengangguk, “Tidak. Aku mengenalnya saat..”
“Kei!!” suara seorang wanita membuat Keisha berpaling
“Marry..” ucap Keisha dan mendekati wanita yang ternyata
berada di atas kursi roda dan memangku beberapa tangkai bunga mawar
“Aku mendengar suaramu tadi, aku pikir hanya perasaanku.
Mengapa kau lama sekali tidak kesini? Aku pikir kau sudah menemukan toko bunga
yang lain” suara ceria terdengar dari Marry
Keisha tersenyum lalu berjongkok dan menggenggam tangan
Marry, “Tidak mungkin. Ini satu-satunya toko bunga yang akan aku kunjungi
seumur hidupku”
Marry tersenyum puas saat mendengar jawaban Keisha.
“Ini sudah malam. Aku sudah menyuruhmu tidur sejak tadi”
Alex menghampiri Marry dengan membawa satu pot bunga Gardenia pesanan Keisha
“Baiklah baiklah. Kau sudah seperti Ayah jika mengomel
seperti itu!” Marry meletakan bunga mawar dipangkuannya di atas meja yang ada
tepat disampingnya, lalu memberikan satu pada Keisha. “Semoga hari-harimu
selalu menyenangkan Kei. Aku harus segera tidur”
Keisha mengambil bunga itu dan tersenyum, “Good night Marry”
“Dia masih tetap keras kepala” ucap Alex, “Ini bungamu”
Alex memberikan pot itu pada Keisha
Keisha langsung merogoh tasnya dan mengambil dua lembar
uang seratus ribuan dan memberikannya pada Alex.
“Tidak. Ini terlalu banyak, bahkan seharusnya kau tidak
perlu membayar” tolak Alex
Keisha meraih tangan Alex dan meletakan uang itu disana,
“Aku selalu membayar dua kali lipat, itu perjanjian kita bukan?”
Setelah mengatakan itu, Keisha meraih pot itu dan
tersenyum. “Aku harus segera pulang. Selamat malam Alex” pamit Keisha
“Selamat malam Kei.. aku berdoa agar kau selalu diberikan
kebahagiaan”
Arkan mengikuti langkah Keisha, sebelumnya Ia tersenyum
pada Alex untuk berpamitan.
Di dalam mobil, Arkan dan Keisha lagi-lagi hanya diam.
Keisha memangku pot berisi pohon bunga gardenia yang tadi Ia beli dan juga
setangkai mawar merah yang diberikan Marry padanya.
Arkan berdeham, “Apa yang kau bicarakan dengan Darren?”
tanya Arkan langsung. Sejak meninggalkan rumah Keisha, pertanyaan itu sudah
ingin Arkan tanyakan, namun karena merasa tidak enak, Arkan menahannya sampai
detik ini.
“Hah?” ucap Keisha kaget
“Aku.. aku hanya...”
“Aku menjelaskan semuanya pada Darren. Dia sangat kaget,
tapi aku yakin dia mengerti. Aku mengenal Darren dengan baik.” Jelas Keisha
menyela perkataan Arkan
Arkan terdiam lagi. Ia menanyakan hal itu agar
perasaannya lebih baik, namun jawaban yang diberikan Keisha justru membuat
perasaan Arkan semakin memburuk, entah karena apa, Ia hanya merasa ingin
membanting stirnya dan berteriak.
***
Keisha mengikuti Arkan didepannya yang membawa tas
pakaian dan tas kerja Keisha. Dirinya sendiri hanya membawa tumbuhan yang tadi
dibeinya dari Alex. Dia sempat menolak untuk dibawakan, namun Arkan tak
mendengarnya dan hanya langsung membawa tasnya.
“Aku akan meletakan ini disini” ucap Arkan saat menaruh
tas Keisha di atas ranjang, “Aku akan mandi dulu”
“Arkan..” cegah Keisha
Arkan menoleh dan menatap Keisha, “Ya?”
“Aku boleh meletakan ini di dekat jendela?” Keisha
menunjukan pohon gardenianya
Arkan menyipitkan mata, Dia tidak pernah memasukan
tanaman didalam kamar bahkan didalam rumah. Bukan karena dia alergi, tapi lebih
karena Ia tidak suka sesuatu yang berbau kewanita-wanitaan. Namun, saat melihat
Keisha yang meminta itu, pikiran Arkan berubah dan mengangguk. “Atur saja
sesukamu”
“Terimakasih” ucap Keisha
Saat Arkan memasuki kamar mandi, Keisha segera meletakan
potnya di dekat jendela dan mencari sesuatu untuk meletakan bunga mawarnya.
Keisha melihat sebuah botol air mineral, masih ada setengah namun Keisha tetap
menggunakannya. Tanpa membuang airnya, Keisha meletakan setangkai mawah itu
kedalam botol, lalu menaruh botol itu di atas meja kerja Arkan.
“Akan lebih indah jika terdapat vas bunga disini” gumam
Keisha
Sambil menunggu Arkan selesai mandi, Keisha merapihkan
pakaiannya kedalam satu sisi lemari yang sudah disediakan Arkan untuknya. Dia
tidak membawa banyak pakaian, karena hanya seminggu disana. Mungkin mereka akan
menginap saat Ayah Arkan pulang atau jika ada acara keluarga lainnya.
Keisha lalu mengambil satu pakaian tidur. Ia akan mandi
setelah Arkan selesai.
Setelah beberapa menit Arkan keluar dengan piyama hitam.
Aroma maskulin begitu menyengat di hidung Keisha, membuat dirinya langsung
berdiri dan berjalan memasuki kamar mandi tanpa mengatakan apapun pada Arkan.
Arkan sendiri cukup kaget karena Keisha berjalan begitu
cepat, hingga Ia tidak sempat berkata apapun. Padahal Arkan baru akan bertanya
tentang bunga yang dibeli Keisha tadi.
Arkan menatap jendela dan mendapati pot berisi pohon
gardenia sudah tertata disana. Walau hanya satu, namun Arkan merasakan kamarnya
berubah, ada sesuatu yang asing yang Arkan rasakan.
Mengingat ada beberapa berkas yang belum Ia baca, Arkan
berjalan ke meja kerja dan mendapati bunga mawar Keisha tadi berdiri di dalam
botol air mineral. Arkan tersenyum sedikit. “Apa dia tidak memiliki sesuatu
yang lebih baik?” tanyanya pada diri sendiri
Arkan pun langsung duduk dan membaca beberapa berkas.
Setelah membaca, Arkan mengambil botol mineral berisi mawar itu. menatapnya dan
baru mengingat sesuatu. Laki-laki bernama Alex itu, ada sesuatu yang berbeda
saat Keisha berbicara dengan Alex. Seolah Keisha menahan sesuatu, namun Arkan
tidak tahu tentang apa itu.
“Oh, Maaf.. apa itu mengganggumu?” Keisha keluar dari
kamar mandi dan langsung mendapati Arkan memandang bunga mawarnya
Arkan menggeleng, “Tidak. Tidak apa-apa..”
Keisha menghampiri Arkan, “Aku mencari vas, tapi tidak
ada di kamarmu, jadi menggunakan botol itu. maaf ya”
“Aku akan membeli vas untukmu nanti” ucap Arkan spontan,
dirinya bahkan kaget dengan apa yang Ia ucapkan
Keisha tersenyum dan mengangguk.
Arkan menaruh bunga mawar itu, lalu berjalan menuju
ranjang dan duduk di sana. “Kemarilah, ada yang ingin aku tanyakan” Arkan
menepuk-nepuk ranjang disisinya.
Keisha sedikit ragu, namun akhirnya dia mengikuti
perintah Arkan dan duduk di samping laki-laki itu.
“Aku sebenarnya berusaha tidak menanyakan ini, tetapi
perasaanku jadi semakin tidak enak karena menahannya” jelas Arkan dan Keisha
hanya menatapnya tak mengerti, “Apa kau menyukai Alex?”
Keisha langsung menahan nafasnya, dia tidak menyangka
Arkan akan menanyakan hal itu. Keisha berusaha sekuat mungkin agar tidak
menunjukan ketertarikannya pada Alex. Keisha sangat yakin bahwa Ia bersikap
senormal mungkin.
Keisha menelan ludah dan berusaha menjawab pertanyaan
Arkan, “Apa maksudmu? Bagaimana mungkin aku menyukai Alex” jawab Keisha dengan
sedikit tertawa
Arkan menatap Keisha, “Mungkin saja kan? Dia laki-laki
dan kau wanita. Apa yang tidak mungkin?”
“Jelas tidak mungkin!” jawab Keisha cepat, “Alex dan
Marry adalah suami istri”
Arkan menatap kaget, “apa?” tanyanya
Keisha meremas seprai mencoba menahan perasaannya, “Alex sudah
menikah. Jadi, jelas tidak mungkin aku menyukai Alex” ucap Keisha dengan lemas.
Dirinya berusaha tidak mencurigakan.
Arkan dengan sigap menggenggam tangan Keisha, membuat
Keisha menoleh pada Arkan.
Arkan melihat ada air mata yang ditahan Keisha. Arkan
tahu itu, Arkan tahu ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh Keisha, Arkan
tahu segalanya mengenai Keisha saat ini. Karena Arkan pernah berada dalam
posisi Keisha.
“Kau tidak harus menahannya saat bersamaku” ucap Arkan
Saat mendengar kalimat Arkan, saat itu juga air mata
Keisha jatuh. Ia tidak bisa menahannya lagi, Ia sudah menahannya sejak dulu, Ia
sudah menahan air mata itu sejak lama dan Ia tidak bisa menahan lebih lama
lagi.
Arkan spontan memeluk Keisha, tubuh istrinya itu gemetar
dan isakan tangis mulai terdengar. Walau tidak merespon pelukan Arkan, namun
Keisha tidak menolak atau bahkan menjauh darinya, itu satu pertanda yang baik
bagi Arkan.
Arkan mengusap lembut kepala Keisha, mencoba menyalurkan
ketenangan. Sepertinya hal itu berhasil, karena isakan Keisha sudah tidak
terdengar. Namun, badan Arkan langsung menegang saat merasakan tangan Keisha
membalas pelukannya.
“Maaf, hanya sebentar saja” ucap Keisha parau. Kepalanya
pun bersandar pada dada Arkan.
Arkan hanya bisa mengangguk tanpa berkata apapun. Dia
sudah sering berpelukan dengan wanita, namun ini pertama kalinya seorang wanita
memeluknya dalam tangis dan lebih parahnya lagi, Arkan merasa gugup karena hal
itu.
“Maaf karena membohongimu. Aku.. aku memang menyukainya”
ucap Keisha masih dengan suaranya yang parau karena menangis
“Aku menyukainya sejak Ia bekerja disana. Aku pikir
dengan sering kesana Alex akan bisa menyukaiku, namun aku salah. Karena aku
sering kesana, Alex justru menganggapku sebagai seorang teman. Aku mengenal
Marry sejak kecil, karena Ayah Marry adalah pemilik toko itu. Aku tidak pernah
berpikir bahwa Alex akan menyukai Marry, karena Marry bukan tipe wanita yang
digilai banyak laki-laki, tapi ternyata aku salah, karena Marry berbeda, Alex
justru lebih menyukainya” Keisha terdiam, mencoba menenangkan suaranya yang
sedikit bergetar.
“Aku ingin marah tapi..” lanjut Keisha, “Tapi kecelakaan
itu pun terjadi. Kecelakaan yang membuat orang tuaku dan Ayah Marry meninggal.
Kecelakaan yang membuat Marry harus merelakan kakinya.. kecelakaan yang
membuatku tidak pernah bisa berhadapan terlalu lama dengan Marry”
Arkan memeluk Keisha lebih erat,
“Aku yang menyebabkan kecelakaan itu”
Arkan kaget mendengar perkataan Keisha, namun tetap berusaha
tenang karena ini pertama kalinya Keisha bercerita bergitu panjang padanya.
“Seharusnya aku tida menyuruh mereka buru-buru.
Seharusnya aku dan Rasha bisa menunggu lebih sabar dan tidak mendesak mereka.
Seharusnya aku...”
“Cukup!” ucap Arkan saat menyadari suara Keisha mulai
bergetar lagi, “Cukup.. aku mengerti”
***
Arkan terus memeluk Keisha yang tertidur. Mata Keisha
terlihat bengkak dan wajahnya sembab. Arkan sangat lelah, namun Ia berusaha
untuk tidak tidur dan menyalurkan ketenangan pada istrinya itu. Ia menyesal
telah menanyakan hal seperti itu. tapi, Arkan sekarang tahu mengapa Rasha
berkata bahwa laki-laki yang disukai Keisha adalah laki-laki yang tidak bisa
Keisha raih.
“Aku tidak akan membiarkannya membuatmu menangis seperti
ini lagi” ucap Arkan seraya mengelus kepala Keisha yang sedikit bersandar pada
dadanya.
Posisi mereka sudah tiduran di ranjang. Arkan mencoba
setenang mungkin agar Keisha tidak terbangun. Mungkin jika wanita yang ada di
sampingnya saat ini bukanlah Keisha, Arkan sudah membuka seluruh piyamanya dan
berakhir dengan sebuah gairah yang tinggi bersama wanita itu. tapi, Keisha
membuat Arkan menahan segalanya, segalanya yang hanya Arkan sendiri yang tahu.
BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:
Posting Komentar