Senin, 31 Oktober 2016

[CERBUNG] Fix Me - Part 2

Part 2

Keisha mengecek segala sesuatu yang harus Ia bawa ditasnya. Ia tidak boleh meninggalkan apapun, hari ini ada rapat dan dia tidak memiliki waktu untuk kembali ke rumah walau hanya lima menit.
            Rasha berdeham, “Kau yakin kepalamu sudah lebih baik?”
            Keisha mengangguk lalu berjalan menghampiri Rasha, “Kepalamu sepertinya yang sekarang sakit” Keisha memegang kening Rasha
            Rasha menyipit, tidak mengerti dengan ucapan Keisha.
            “Apa kau akan mengenakan kemeja dengan celana boxer itu?”
            Rasha dengan cepat menatap kebawah, dia sudah mengenakan tas dan sepatu, namun dia lupa untuk mengenakan celana jeansnya. Rasha menatap Keisha yang menahan tawa, “Kau tidak tahu jika ini fashion terbaru?”

            Keisha mengangkat sebelah alisnya, “Really? Hm, kalau begitu ayo berangkat bersama ke kampus. Aku bisa mengantarmu” Keisha mengapit tangan Rasha namun dengan cepat Rasha menarik tangannya.
            “Aku akan berangkat sendiri. Sudah sana pergi! Rapatmu bisa terlambat! Hus hus...” Rasha mendorong-dorong tubuh Keisha hingga keluar dari kamar wanita itu sendiri.
            Keisha hanya menggeleng. Rasha selalu bisa membuatnya tertawa dengan semua tingkah bodohnya. Mungkin hanya Keisha yang tahu bahwa Rasha bisa membuat orang tertawa, karena orang lain akan kesal dan marah jika berbicara dengan Rasha.
            Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di kantor, hari ini jalanan Jakarta masih sangat padat. Untung saja kantor Keisha tidak jauh dari rumahnya, jadi walau dengan keadaan macet sekalipun, Keisha masih bisa sampai dalam waktu tiga puluh menit.
            Keisha mengambil beberapa berkas yang akan dibawanya rapat hari ini dari ruang kerjanya. Baginya, tidak ada kata terlambat dalam rapat. Jadi jika rapat sudah ditentukan jam delapan, makan rapat itu akan mulai jam delapan, tanpa pertimbangan apapun.
            Keisha menghabiskan waktu tiga jam dalam rapat kali ini. Waktu yang cukup lama karena ada beberapa masalah yang harus segera ditangani, belum lagi beberapa orang terlambat dalam rapat hari ini. Jadi Keisha baru benar-benar keluar dari ruang rapat pukul sebelas.
            “Bu Keisha, ibu mau ikut makan siang bersama?” tawar salah satu karyawannya
            Keisha menggeleng, “Masih ada berkas yang belum dibaca. Kalian makan duluan saja” ucap Keisha dengan tersenyum
            Dengan sedikit pincang Keisha berjalan menuju ruang kerjanya. Walau sudah terbiasanya dengan high heels, namun tidak melepaskan selama beberapa jam membuat kakinya sedikit sakit.
            Keisha membuka pintu ruangan dan berjalan menuju meja kerjanya.
            “Ada apa dengan kakimu?”
            “Ya Tuhan!!” teriak Keisha kaget karena suara yang asing ditelinganya. “Arkan?” ucap Keisha memastikan saat melihat wajah pemilik suara asing tadi. “Mengapa kau bisa berada disini?”
            “Aku yang lebih dulu bertanya, ada apa dengan kakimu?” Arkan menatap tanpa ekspresi membuat Keisha seidkit canggung
            Keisha menunduk menatap kakinya, “Oh, hanya sedikit pegal” jawab Keisha sambil lalu. “Jadi, ada perlu apa kau kesini?”
            Arkan mendekati Keisha lalu menyentuh kedua bahu Keisha, mendorong Keisha menuju sofa yang tadi Ia duduki lalu sedikit memaksa Kesiha untuk duduk disana. Arkan lalu berjongkok dihadapan Keisha.
            “Apa yang kau lakukan?” tanya Keisha kaget saat Arkan menyentuk kaki Keisha
            Arkan tak menjawab, Ia meneruskan kegiatannya dengan melepas sepatu Keisha lalu sedikit memijat kakinya. “Tidak sehat terlalu sering menggunakan sepatu hak seperti ini”
            Keisha diam, ini pertama kalinya ada orang yang menyentuh kakinya. “sudah cukup” Keisha menggeser tubuhnya agar menjauh dari Arkan.
            Arkan terdiam, lalu Ia berpindah duduk di samping Keisha. “Ayah yang menyuruhku kemari. Kau baik-baik saja?” Arkan menatap Keisha
            “Oh, iya aku baik-baik saja. Sudah tidak begitu pegal sekarang. Terimakasih.” Keisha menoleh membalas tatapan Arkan
            “Bukan itu.”
            “Hm?” Keisha melebarkan matanya tidak mengerti
            “Semalam kau..”
            “Oh, tidak. Aku tidak apa-apa, terimakasih sudah mengkhawatirkanku” sela Keisha
            Arkan terdiam, memperhatikan Keisha yang sudah tidak menatapnya lagi. Wanita itu lebih fokus pada jari-jari kakinya sendiri. Ada yang membuat Arkan bingung tentang Keisha, satu waktu wanita itu bisa sangat ceria, ramah dan begitu hangat, namun waktu yang lain Keisha bisa sangat pendiam dan dingin. Arkan tidak tahu mana yang benar tentang Keisha.
            “Kau ingin minum sesuatu?” tanya Keisha
            Arkan menggeleng, “Aku hanya mengecek apa kau baik-baik saja atau tidak. Ayah bilang, aku harus lebih...”
            “Apa kau memiliki seseorang saat ini?” sela Keisha membuat Arkan membelalakan matanya, “Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu, tapi aku sangat takut, aku terbiasa bertemu dengan orang baru dan asing, tapi aku tidak tahu jika menikahi orang asing akan sangat membuatku takut” Keisha menunduk
            “Tidak. Aku tak memiliki seseorang saat ini” jawab Arkan tegas. Arkan ingin sekali menanggapi perkataan Keisha yang lain. namun tidak ada satu kalimat atau satu katapun yang bisa Ia ucapkan sekarang.
            “Katakan pada Paman aku baik-baik saja dan terimakasih karena telah mengecek dan mengkhawatirkanku” Keisha menatap Arkan dengan tersenyum.
            “Kau sudah makan siang?”
            “Hah?” Keisha mengangkat alisnya kaget.
***
            Alan mengetuk-ngetuk bolpoinnya di atas meja kerja. Otaknya tidak bisa bekerja sama dengan keinginannya untuk bekerja. Berkas sudah menumpuk, namun tidak ada satu pun yang bisa dicerna otaknya, alhasil Ia hanya diam dan melamun.
            Pikirannya selalu tertuju pada Arkan, adik laki-lakinya itu selalu membuat masalah jika tidak diawasi. Alan bahkan sempat curiga bahwa pingsannya Keisha disebabkan ulah Arkan. Namun dengan beribu penjelasan Arkan, Ia pun menyerah dan mempercayain semua perkataan adiknya itu.
            Alan sebenarnya menentang perjodohan Arkan dan Keisha, namun Ayahnya bersikeras untuk tetap menjalankan perjodohan itu. Arkan bukan tipe laki-laki yang bisa menetap dengan satu wanita, mungkin sudah puluhan wanita yang menjadi korban adiknya itu.
            Bukan hanya ketegasan hati Ayahnya yang membuat perjodohan itu tetap berjalan, tapi juga perubahan sikap Arkan. Biasanya Arkan akan selalu menolak jika membahas tentang menikah, namun kali ini Arkan justru diam dan hanya menyetujui semua ucapan Ayahnya. Alan tidak tahu ada apa dengan keluarganya, tapi semua seolah berusaha melancarkan perjodohan itu.
            Saat sedang berpikir, ponsel Alan berdering.
            “Hallo” jawab Alan
            “Apa yang sedang kau lakukan big bro?” suara Arkan terdengar dari speaker ponselnya
            “Kerja, apalagi?”
            “Bisa kau kirim nomor retaurant vanessa? Aku ingin memesan beberapa makanan?”
            Alan mengernyit, “Siapa yang ingin kau racuniiii???!!”
            “Hah?”
            “Jawab aku! Dimana kau sekarang?” Alan merendahkan suaranya
            “Aku? Di kantor Keisha”
            Alan terbelalak, “Apa yang kau lakukan disana?”
            “Alan. Tidak bisakah kau tidak banyak bicara dan segera kirimkan nomornya?”
            “Arkan, ini pertama kalinya kau memesan makanan. Bukankah kau tidak suka makanan pesan antar seperti itu? jika bukan meracuni orang, apa lagi? Kau ingin membunuh Keisha? Kau gila??” tanya Alan sedikit panik
            “Kau yang gila! Cepat kirim, aku lapar!” tut tut tut
            Alan mendesah, namun Ia tetap mengirimkan nomor restaurant itu kepada Arkan. Walau kemungkinan yang baru saja Ia sebutkan bisa saja benar-benar terjadi. Tidak ada yang tahu apa yang ada di otak Arkan, orang itu benar-benar tidak bisa dibaca.
***
            Rasha berjalan sambil membawa satu kota bebek goreng kremes kesukaan kakak satu-satunya. Ia hanya ada satu mata kuliah hari ini, jadi bisa lebih cepat pulang dan menikmati makan siang bersama Keisha.
            Rasha membuka pintu ruang kerja Keisha dan seketika kaget mendapati orang yang semalam hampir dicekiknya.
            “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Rasha menatap Arkan
            “Rasha? Kamu kesini? Kuliahmu sudah selesai?” Keisha berdiri mendekati Rasha
            Rasha menatap Keisha penuh tanya, “Ada apa dengan kakimu? Kenapa kau tidak memakai alas kaki?”
            “Aku melepasnya, karena...”
            “Kau melepasnya????!!!” Rasha beralih menatap Arkan tajam.
            “Oh Rasha, duduklah dulu. Aku baru saja makan, jangan membuatku mual” Keisha menarik Rasha dan membawanya duduk di sofa, tepat disampingnya.
            “Kakinya sakit karena menggunakan high heels terlalu lama, aku membantu melepas sepatu dan memijat kakinya” jelas Arkan
            Pandangan Rasha melemah pada Arkan, lalu menoleh menatap Keisha. “Sudah aku bilang berapa kali? Sepatu itu tidak berarti apapun untukmu, kau tetap lebih pendek”
            Keisha menatap kesal pada Rasha, “Apa yang kau bawa?”
            “Aku bawakan makanan kesukaanmu, tapi sepertinya kau sudah kenyang” Rasha melirik beberapa piring bekas makanan di atas meja.
            “Sorry, Aku mengajaknya makan terlebih dahulu” ucap Arkan
***
            Keisha berdiri didepan cermin, kebaya putih menutupi tubuhnya. Ini akhir dari karir modelnya dan ini adalah awal dari kehidupan terkengkangnya. Keisha pikir Ia akan bisa menggapai mimpinya, namun pada akhirnya Ia justru lebih jauh dari mimpi itu.
            “Kau ingn aku membopohmu dan berlari kesuatu tempat?” suara Rasha muncul dibelakangnya
            Keisha berbalik lalu menggeleng, “Apa aku cantik?”
            Rasha mendekatkan tubuh pada Keisha, meletakan telapak tangannya di pipi Keisha. “Kau selalu cantik, sejak lahir kau memang ditakdirkan menjadi cantik sista”
            Keisha memberengut, lalu memukul pelan dada Rasha, “Saat aku lahir, kau bahkan belum terbentuk!!”
            Rasha menyengir. Melihat jam dinding lalu menatap Keisha serius, “Ini kesempatan terakhirmu, berjalan keluar atau melompat dari jendela?”
            Keisha tersenyum mantap, “Aku sangat menyayangimu, lebih dari siapapun aku sangat menyayangimu Rasha”
            Dengan berat hati Rasha menggandeng kakaknya itu menuju meja akad. Arkan sudah duduk disana dengan baju serba putih, bersama dengan Faustin, Jo dan Alan. Sebenarnya jika boleh memilih, Rasha akan mengusir semua orang itu, semua orang yang membuat kakak kesayangannya harus berkorban begitu besar.
***
            Proses akad berjalan lancar dan dilanjur dengan resepsi pernikahan. Arkan dan Keisha berdiri berdampingan tanpa bicara sepatah katapun selama berjam-jam. Bukan karena tidak ingin bicara, namun memang tidak ada yang bisa mereka bicarakan. Semuanya begitu tiba-tiba dan cepat.
            “Aku akan mandi lebih dulu, kau bisa melepas semua aksesoris itu sendiri?” tanya Arkan pada Keisha setelah mereka sudah berada di kamar
            Keisha mengangguk.
            Tanpa mengatakan apapun lagi, Arkan berjalan pergi ke kamar mandi meninggalkan Keisha sendiri. Sebenarnya, Ia ingin sekali mengajak bicara Keisha namun tidak ada topik yang tepat. Tidur bersama dengan orang asing bukan pertama kalinya bagi Arkan, tapi Arkan bisa memastikan bahwa ini merupakan pertama kalinya bagi Keisha.
            Arkan membutuhkan waktu setengah jam untuk membersikan dirinya, karena tubuhnya begitu pegal dan penuh dengan peluh. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Ia keluar dan mendapati Keisha duduk di tepi ranjang dengan memegang beberapa peralatan mandi dan baju ganti.
            “Kau ingin makan malam?” tanya Arkan
            Keisha menggeleng, “hm Arkan..” panggil Keisha
            Arkan menatap Keisha
            “Bisakah aku keluar sebentar setelah mandi? Aku ingin menemui Rasha”
            Arkan mengangguk, “jangan terlalu larut, kau pasti lelah”
            Keisha tersenyum dan mengangguk.
            Arkan duduk di sisi ranjang seraya membuka beberapa pesan yang masuk ponselnya. Kebanyakan pesan itu mengucapkan selamat, ada pula yang mengucapkan kekecewaan. Tentu saja yang kecewa adalah wanita-wanita yang tadinya berharap menikah dengan Arkan, namun harus pupus karena Arkan bukan lagi seorang lajang sekarang.
            Mata Arkan menyipit, membaca satu pesan dari nomor yang tak dikenalnya.
            Aku tidak pernah setuju dengan pernikahanmu dan kakakku. Tapi aku berharap kau bisa membuatnya bahagia. Kau tidah harus memberinya materi atau apapun yang kau beli dengan uangmu, kau hanya harus membuatnya tersenyum. Aku berusaha dengan keras membuatnya selalu tersenyum dengan apapun, walau itu harus menjadikanku  bodoh dihadapannya. Jadi jika kau berani menghapus senyum itu darinya, aku akan benar-benar mencekikmu. By the way, hari ini hari ulang tahun Kei. Jangan buat hari ini jadi hari ulang tahun terburuknya.
            Saat selesai membaca pesan itu, Arkan mendapati  Keisha keluar dari kamar mandi dengan menggunakan hotpants dan sweater merah.
            “Aku akan keluar sekarang, tidak apa-apa?” tanya Keisha
            “Oke” jawab Arkan.
***
            Keisha berjalan dengan riang ke halaman rumah Arkan, disana Rasha sudah menunggu dengan memegang kue ulang tahun kecil yang sudah terpasang lilin.
            “Apa itu untukku?” tanya Keisha saat berada di hadapan Rasha
            “Duduklah, aku akan menyalakan lilinnya”
            Keisha menuruti ucapan Rasha, “Kau harus menyanyikan lagu ulang tahun untukku” pinta Keisha
            Rasha menggeleng, “Kau tahu suaraku sangat jelek”
            “Aku tidak mendapatkan lagu ulang tahun untukku tahun lalu. Ayah dan Bunda pergi sebelum hari ulang tahunku. Kau masih kesal dengan nasib kita. Aku tak mendapatkan apapun tahun lalu. Tak bisakah aku memohon tahun ini? Aku hanya ingin sebuah lagu yang biasanya Ayah nyanyikan untukku”
            Rasha menatap mata Keisha, ada genangan air mata disana yang ditahan Keisha agar tidak jatuh. Dengan cepat Rasha menyalakan lilin dan bernyanyi untuk Keisha..
            “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Keishaku yang paling aku sayang, selamat ulang tahun”
            Keisha memejamkan matanya lalu perlahan meniup lilin hingga padam.
            “Aku tidak menyiapkan hadiah apapun, aku ingin kau yang meminta. Apa yang kau inginkan?” tanya Rasha setelah menaruh kue di sisi kursi yang lain
            Keisha berpikir, “Aku ingin... hmm.. apapun yang bisa mengingatkanku padamu dan tersenyum saat melihat itu”
            Rasha mengernyit, “Apa itu? jangan membuatku berpikir keras”
            Keisha tersenyum, “Dunno.. aku sangat lelah. Aku akan kembali ke kamar, dan aku harap besok aku sudah bisa menerima hadiahku. Good night brother” Keisha mengecup pipi Rasha singkat lalu berlalu pergi
            Rasha menatap kepergian Keisha, “Tuhan pasti sangat menyayangiku, Tuhan memberikanku seorang kakak yang sangat menyayangiku. Aku tidak butuh apapun lagi, aku hanya menginginkan Keisha”
***
            Keisha mengetuk pintu kamar, namun tidak ada jawaban. Perlahan Keisha memutar knop pintu dan memasuki kamar yang sudah gelap. Ia tidak tahu harus tidur dimana, maka dari itu Ia berjalan menuju sofa panjang yang tersedia dikamar lalu duduk disana. Keisha menyipitkan mata mencoba mencari bantal untuk sandaran kepalanya.
            “Apa yang sedang kau cari?” Suara Arkan membuat Keisha terperajat kaget hingga menyandar pada sandaran sofa.
            “Arkan?” tanya Keisha memastikan
            “Iya ini aku. Apa yang sedang kau cari?”
            “Apa lampu kamar ini mati? Atau kau memang mematikannya?” tanya Keisha tanpa menjawab pertanyaan Arkan
            “Apa kau terbiasa bertanya sebelum menjawab? Jawab dulu pertanyaanku”
            Keisha menoleh kesana kemari mencari sosok Arkan di tengah kegelapan. “Aku cari bantal. Bisakah kau menyalakan lampunya sebentar?”
            Arkan tak menjawab lalu seketika iya menyalakan korek dan membuat Keisha menoleh.
            “Apa lampunya benar-benar mati?” tanya Keisha bingung
            Arkan mengarahkan api korek kesuatu tempat lalu sebuah lilin menyala. Lilin di atas sebuah tumpukan dorayaki.
            “Happy birthday. Sorry, aku coba cari toko kue yang masih buka, tapi aku hanya menemukan minimarket dan menemukan kue ini”
            Keisha menatap Arkan, “Kau tahu?”
            Arkan mengangguk, “Just make a wish, lalu tiup lilinnya”
            Keisha lantas saja memejamkan mata beberapa saat kemudian meniup lili kecil diatas dorayaki itu.
            “Aku tidak menemukan apapun sebagai hadiah. Besok menyusul tidak apa-apa kan?” tanya Arkan seraya berjalan menuju saklar lampu dan menyalakan lampu.
            Keisha menatap Arkan yang mendekat lagi padanya dan duduk disampingnya, “Bisakah aku meminta sesuatu?”
            Arkan mengangkat sebelah alisnya, “Oke, apa?”
            “Bisakah kita tinggal dirumahku?”
            “What?”
            Keisha menggigit bibir bawahnya, “Rasha disana sendiri dan ....”
            “Baiklah” sela Arkan
            “Apa?” Keisha membelalakan mata tidak percaya
            “Setelah seminggu disini, kita pindah ke rumah mu” ucap Arkan lalu berdiri, “Kau bisa tidur di atas ranjang, biar aku yang...”
            “Tidak... aku baik-baik saja tidur disini” sela Keisha
            Arkan menarik tangan Keisha, “Kita bisa buat batas dengan guling, aku tidak akan menyentuhmu” Arkan sedikit mendorong Keisha agar duduk di ranjang
***
            Alan terbangun di pagi hari karena mencium aroma makanan kesukaannya. Sup rumput laut, dia menggilai sup tersebut, hingga dapat terbangun hanya karena sup itu.
            “Bi, apa bibi memasak sup rumput laut hari ini?” tanya Alan sedikit berteriak, namun saat tiba di dapur, Alan sedikit terkejut karena yang Ia dapati bukan Bi Aisyah, melainkan Keisha dengan rambut terikat rapih dan menggunakan apron.
            “Aku menggantikan Bibi karena tadi pagi-pagi sekali Bibi merasa kurang sehat. Apa aku membangunkanmu?” tanya Keisha hati-hati
            Alan menggeleng dan bersandap pada salah satu sisi pintu dapur, “Bagaimana semalam?”
            Wajah Keisha secara spontan memerah akibat pertanyaan Alan, “Baik” ucap Keisha sedikit sumbang karena gugup
            “Kau bisa memasak?” tanya Alan mengalihkan pembicaraan karena melihat kegugupan Keisha
            Keisha mengangguk, “Hanya sedikit, Bunda sempat mengajariku dulu”
            “Kau sudah selesai?” tanya Alan lagi melihat Keisha melepas apronnya.
            Keisha mengangguk lagi, “Aku akan menaruh ini di meja makan, kau bisa memakannya langsung”
            Alan memperhatikan Keisha yang memasak dengan pakaian rapih. Pakaian kerja yang biasanya Ia pakai. Sedikit asing menyaksikan orang lain memasak didapurnya, yang bisanya hanya disentuh oleh Bi Aisyah.
            “Sista!!!” Suara Rasha membuat Alan menoleh
            “Kau sudah rapih? Apa kau kuliah hari ini?” tanya Keisnya pada Rasha
            Rasha menggeleng, “tidak aku free hari hari ini”
            Keisha menepuk-nepuk lengannya, merapihkan kemeja lalu mengenakan blazernya yang tersampir di kursi makan. “Aku harus segera ke kantor. Kau bisa pulang dan bawakan berkas dan Ipadku yang ada di meja kerja?”
            “Kau akan bekerja?” suara Arkan membuat semua orang menoleh dan memperhatikannya yang sudah rapih dengan setelan jas dan tas kerja.
            “Ada banyak hal yang tertunda beberapa hari ini. Aku harus menyelesaikannya” jawab Keisha
            “Kau masih akan bekerja?” tanya Alan sedikit kaget
            Keisha diam namun detik berikutnya dia langsung mengambil tas yang terletak di meja makan.
            “Aku bisa mengantarmu” tawar Arkan
            Alan yang tadi menatap Keisha berpindah menatap Arkan.
            “Kau bisa gunakan mobilku sista. Aku akan naik taxi nanti” ucap Rasha membuat Keisha tersenyum
            Saat Keisha ingin menjawab Arkan, ponsel Keisha berdering dan langsung Ia angkat.
            Arkan diam, memperhatikan Keisha yang terlihat terburu-buru. Kata-kata yang Ia ucapkan kepada sang penelpon pun hanya Iya dan Baik.
            Keisha menutup teleponnya dan meraih kunci mobil Rasha yang sudah disodorkan padanya. “Kita bahas mengenai ini nanti. Aku harus segera pergi”
            Arkan dan Alan mencoba mencegah, namun langkah Keisha sangat cepat dan seperti tidak ingin mendengar tawaran atau pertanyaan mereka lagi.
            Alan menatap Rasha bingung, “Kenapa kau tidak menyuruhnya bersama Arkan? Saat ini Arkan suaminya”
            Rasha menggeleng, “Keisha tidak akan mau” jawab Rasha singkat, lalu menoleh pada Arkan, “Aku akan menjelaskan semua tentang Keisha nanti. Dia bisa berubah jadi srigala jika aku terlambat mengantar pesanannya. Sampai jumpa!” Rasha langsung berlari keluar rumah
            “Kau diam saja?” tanya Alan pada Arkan
            Arkan mengangkat bahu dan langsung duduk di meja makan, “sebaiknya kita segera makan”
            Alan ikut duduk dihadapan Arkan, “Jika Ayah tahu kau membiarkan Keisha pergi seperti itu, Ayah akan sangat marah”
            “Laki-laki tua itu akan lama berada di London” ucap acuh Arkan
            Alan menggeleng, “Aku tidak tahu apa yang ada dipikiranmu. Kau dan Grania itu sama saja”
            “Kapan bibi bisa memasak sup rumput laut seenak ini? Kau mengajarinya?” tanya Arkan tak menanggapi perkataan Alan dan hanya memakan sarapannya
            “Istrimu yang membuat itu. tidak, istrimu yang membuat ini semua” jawab Alan membuat Arkan berhenti mengunyah.
            “Dia dan adiknya pergi tanpa memakan satu sendokpun dari masakan yang Ia masak. Kau tidak khawatir?” tanya Alan
            Arkan kembali mengunyak makanannya, “Jika dia istrimu, kau pasti akan sangat senang”
            Ucapan Arkan membuat mata Alan membulat. Bukan karena marah, tapi karena apa yang diucapkan adiknya itu juga terlintas di benaknya saat mencicipi sup rumput laut buatan Keisha.
            “Kau menginginkannya?” tanya Arkan menatap Alan serius
            Alan menelan ludah, “Kau gila! Habiskan sarapanmu dan bekerjalah! Biaya hidup Grania di London sangat mahal!”
***
            Keisha memijat pelipisnya. Sehari ini Ia harus menyelesaikan beberapa masalah yang tertunda karena persiapan pernikahannya kemarin. Seluruh karyawannya sangat kaget ketika mendapati bos mereka langsung bekerja setelah kemarin baru saja melangsungkan pernikahan. Namun tidak dengan sekretarisnya Sheryl yang sudah tahu watak sahabatnya itu.
            Keisha memutuskan untuk kembali ke rumahnya terlebih dahulu untuk mengambil beberapa pakaian. Ia dan Arkan sudah sepakat untuk tinggal selama seminggu dirumah Arkan dan setelah itu baru pindah kerumahnya. Keisha sangat bersyukur bahwa Arkan bisa memahaminya dengan baik masalah rumah.
            Keisha membuka pintu rumahnya,
            “Kau sudah pulang?” suara Rasha menyapa Keisha yang masuk ke dalam rumah
            Keisha mengangguk
            “Aku sudah tahu kau akan pulang kesini dulu” suara Arkan membuat Keisha kaget dan membalikan tubuhnya ke arah dapur. Keisha langsung melihat sosok Arkan dengan kemeja biru yang lengangnya digulung hingga siku, laki-laki itu membawa secangkir kopi ditangannya.
            “Kenapa kau bisa ada disini?” tanya Keisha kaget
            “Aku akan ke kamar ku, kalian bisa mengobrol urusan kalian” pamit Rasha dan meninggalkan kakaknya
            Arkan mendekati Keisha, “Untuk membicarakan hal yang tadi pagi belum kita bicarakan”
            Keisha langsung memijat pelipisnya saat mengingat ada banyak hal yang harus dibicarakan dengan laki-laki dihadapannya saat ini. “Baiklah”
            Arkan duduk di salah satu sofa dan Keisha mengikuti Arkan duduk. Namun saat Keisha duduk, suara bel rumah membuatnya kembali berdiri.
            “Aku akan membuka pintu dulu”
            Keisha membuka pintu rumahnya dan langsung terperajat kaget, “Darren? Mengapa kau bisa ada disini?”
            Laki-laki bernama Darren itu maju satu langkah agar lebih dekat dengan Keisha, “Untuk memastikan apa berita itu benar atau tidak!” ada nada yang sangat tegas dari suara Darren yang membuat Keisha sedikit terintimidasi.
            “Itu...”
            “Siapa yang datang?” Arkan datang mendekati Keisha
            Darren menyipitkan matanya menatap Arkan, “Oh God! Jadi berita itu benar?” Darren kembali menatap Keisha penuh tanya
            “Darren, ayo kita bicarakan masalah ini.” Keisha mendorong tubuh Darren keluar.
            “Bukankah kita juga ada hal yang harus dibicarakan?” tanya Arkan membuat Keisha berbalik
            Keisha menghembuskan nafas, “Tunggulah, aku akan segera menemuimu di dalam”
            Arkan hanya diam dan menatap tidak percaya bahwa dia ditinggal oleh istrinya sendiri yang memilih laki-laki lain.
            “Butuh teman?” suara Rasha
BERSAMBUNG
***
            “Namanya Darren. Seniornya di kampus dulu, dia sudah mengejar Keisha sejak pertama kali melihat Keisha di kampus” jelas Rasha sambil bersandar di sofa
            Arkan mengerutkan dahinya, “Maksudmu, dia itu.. oh, Keisha pernah bilang dia tidak memiliki seseorang saat ini”
            Rasha menggeleng, “Mereka hanya teman, aku bilang tadi dia itu teman bukan?”
            “Lalu?” tanya Arkan lagi
            “Kei tidak menyukai Darren, walau Darren tidak kekurangan apapun. Darren memiliki visual yang baik, martabat yang baik, harta yang berlimpah, intinya dia memiliki semua hal yang laki-laki lain impikan. Namun hal itu tidak membuat Kei lantas saja jatuh pada Darren”
            Arkan memiringkan kepalanya, “Apa kakakmu itu memiliki orang lain yang disukai?”
            Rasha menatap Arkan, “Kau benar-benar ingin tahu?”
            Arkan dengan cepat mengangguk
            “Ada satu orang” jawab Rasha
            Arkan melebarkan matanya kaget, “Tapi dia bilang...”
            “Tenang saja” sela Rasha, “Orang itu bukan orang yang bisa Keisha raih”
            Arkan mengerutkan keningnya tidak mengerti
            Rasha menyipitkan matanya menyelidik pada Arkan, “Kau cemburu?”
            “Apa?” tanya Arkan spontan
            Rasha terseyum sinis, “Kau masih salah satu orang yang ingin aku cekik di dunia ini. Jadi aku tidak akan memberikan semua informasi tentang Keisha, sampai aku benar-benar yakin denganmu.”
            Arkan diam dan hanya menatap cangkir kopinya dengan tatapan kosong. Tidak ada yang tahu yang Ia pikirkan, tidak ada yang tahu yang Ia rasakan, semuanya Ia pendam sendiri, entah sampai kapan, tapi sampai detik ini Arkan masih enggan membaginya dengan siapapun
            “Apa kau menunggu lama? Apa Rasha mengganggumu?” suara Keisha mengalihkan pandangan Arkan
            Arkan menggeleng, “Kau sudah selesai?”
            Keisha mengangguk
            “Baiklah. Aku harus pergi kesuatu tempat. Pastikan kau mengunci pintu” Rasha meraih kunci mobil yang ada di meja dan meninggalkan Keisha serta Arkan berdua.
            Keisha duduk di hadapan Arkan. “Jadi, kita harus mulai darimana?”
            “Kau tetap ingin bekerja?” tanya Arkan dan Keisha hanya mengangguk, “Kalau begitu kau akan aku antar dan jemput”
            “Apa? Tidak, tidak perlu” jawab Keisha terlalu cepat dan tegas membuat Arkan sedikit curiga
            “Apa kau menyembunyikan sesuatu? Kekasihmu ada di kantormu?” tanya Arkan sinis
            Keisha menatap bingung, “Aku tidak memiliki kekasih. Aku sudah pernah bilang padamu mengenai itu”
            “Lalu kenapa?” tanya Arkan menyelidik
            Keisha menggigit bibir bawahnya, “Sebenarnya...” Keisha terdiam sesaat lalu melanjutkan, “Aku tidak terbiasa satu mobil dengan laki-laki asing. Aku..”
            “Apa aku masih asing bagimu?” tanya Arkan semakin menuntut
            Keisha mengangguk pelan, “Maksudku, kita belum lama saling kenal. Lagi pula...”
            “Sudah cukup lama bagiku” sela Arkan, “Kemasi barang yang kau butuhkan. Aku akan menunggu di mobil!”
            Keisha membuka mulut untuk menolak, namun Arkan sudah berdiri dan berjalan cepat keluar rumah. Alhasil Keisha hanya bisa menghembuskan nafas beratnya.
***
            Arkan beberapa kali melirik Keisha yang duduk disampingnya. Wanita itu sama sekali tidak bicara dan hanya meremas jari jemarinya sendiri. Arkan bahkan mendengar hembusan nafas Keisha yang begitu berat, mungkin dirinya terlalu memaksa Keisha, namun hal ini dilakukannya agar istrinya itu dapat terbiasa dengan kehadiran Arkan.
            “Arkan...” Keisha menoleh untuk pertama kalinya
            “Ya?” jawab Arkan sedikit kaget
            “Bisakah kita mampir ke toko bunga itu. Ada yang ingin kubeli” pinta Keisha dengan menunjuk salah satu toko kecil di pinggir jalan
            Arkan mengangguk dan langsung meminggirkan mobilnya lalu berhenti tepat di depan toko itu.
            “Aku akan segera kembali” ucap Keisha seraya melepas sabuk pengamannya
            “Aku ikut” ucap Arkan membuat Keisha menoleh, “Aku juga ingin lihat-lihat” jelas Arkan
            Tanpa bertanya lagi, Keisha keluar dari mobil bersamaan dengan Arkan. Saat membuka pintu kaca, terdengar lonceng berbunyi dan seorang laki-laki menghampiri Keisha.
            “Selamat datang. Oh Ya Tuhan, Kei? Aku kira kau tidak akan kemari lagi” sapa laki-laki yang menggunakan celana jeans sedengkul dan kemeja hitam yang digulung lengannya.
            Keisha tersenyum, “Ada banyak hal yang harus aku urus. Aku jadi tidak sempat untuk mampir kesini, aku minta maaf”
            “Oh tidak perlu meminta maaf, melihatmu lagi datang kesini lagi saja aku sudah sangat senang”
            Ucapan laki-laki itu membuat Arkan terpaksa berdeham karena merasa tidak dianggap. Padahal Ia sejak tadi berada dibelakang Keisha.
            Laki-laki itu menatap Arkan bingung, “Oh maaf, apa dia bersamamu Kei?”
            Keisha langsung berbalik dan seakan baru sadar bahwa Arkan bersamanya saat ini. “Oh Iya dia bersamaku” ucap Keisha
            Arkan mengulurkan tangannya, “Arkan” ucapnya
            “Alex” laki-laki bernama Alex itu menjabat tangan Arkan dengan tersenyum
            “Oh Ya.. aku mencari pohon gardenia. Kau bisa berikan padaku yang ada di pot kecil?” tanya Keisha setelah menyadari tatapan Alex yang menerawan kepada Arkan
            Alex tersenyum dan mengangguk, “Tunggu, aku akan mengambilkannya untukmu”
            Saat Alex pergi, Arkan mendekati Keisha, “Sepertinya kau sudah akrab dengannya?” tanya Arkan
            Keisha mengangguk, “Sejak aku kecil, Aku sudah sering membeli bunga disini”
            “Jadi kau mengenalnya sejak kecil?”
            Keisha mengangguk, “Tidak. Aku mengenalnya saat..”
            “Kei!!” suara seorang wanita membuat Keisha berpaling
            “Marry..” ucap Keisha dan mendekati wanita yang ternyata berada di atas kursi roda dan memangku beberapa tangkai bunga mawar
            “Aku mendengar suaramu tadi, aku pikir hanya perasaanku. Mengapa kau lama sekali tidak kesini? Aku pikir kau sudah menemukan toko bunga yang lain” suara ceria terdengar dari Marry
            Keisha tersenyum lalu berjongkok dan menggenggam tangan Marry, “Tidak mungkin. Ini satu-satunya toko bunga yang akan aku kunjungi seumur hidupku”
            Marry tersenyum puas saat mendengar jawaban Keisha.
            “Ini sudah malam. Aku sudah menyuruhmu tidur sejak tadi” Alex menghampiri Marry dengan membawa satu pot bunga Gardenia pesanan Keisha
            “Baiklah baiklah. Kau sudah seperti Ayah jika mengomel seperti itu!” Marry meletakan bunga mawar dipangkuannya di atas meja yang ada tepat disampingnya, lalu memberikan satu pada Keisha. “Semoga hari-harimu selalu menyenangkan Kei. Aku harus segera tidur”
            Keisha mengambil bunga itu dan tersenyum, “Good night Marry”
            “Dia masih tetap keras kepala” ucap Alex, “Ini bungamu” Alex memberikan pot itu pada Keisha
            Keisha langsung merogoh tasnya dan mengambil dua lembar uang seratus ribuan dan memberikannya pada Alex.
            “Tidak. Ini terlalu banyak, bahkan seharusnya kau tidak perlu membayar” tolak Alex
            Keisha meraih tangan Alex dan meletakan uang itu disana, “Aku selalu membayar dua kali lipat, itu perjanjian kita bukan?”
            Setelah mengatakan itu, Keisha meraih pot itu dan tersenyum. “Aku harus segera pulang. Selamat malam Alex” pamit Keisha
            “Selamat malam Kei.. aku berdoa agar kau selalu diberikan kebahagiaan”
            Arkan mengikuti langkah Keisha, sebelumnya Ia tersenyum pada Alex untuk berpamitan.
            Di dalam mobil, Arkan dan Keisha lagi-lagi hanya diam. Keisha memangku pot berisi pohon bunga gardenia yang tadi Ia beli dan juga setangkai mawar merah yang diberikan Marry padanya.
            Arkan berdeham, “Apa yang kau bicarakan dengan Darren?” tanya Arkan langsung. Sejak meninggalkan rumah Keisha, pertanyaan itu sudah ingin Arkan tanyakan, namun karena merasa tidak enak, Arkan menahannya sampai detik ini.
            “Hah?” ucap Keisha kaget
            “Aku.. aku hanya...”
            “Aku menjelaskan semuanya pada Darren. Dia sangat kaget, tapi aku yakin dia mengerti. Aku mengenal Darren dengan baik.” Jelas Keisha menyela perkataan Arkan
            Arkan terdiam lagi. Ia menanyakan hal itu agar perasaannya lebih baik, namun jawaban yang diberikan Keisha justru membuat perasaan Arkan semakin memburuk, entah karena apa, Ia hanya merasa ingin membanting stirnya dan berteriak.
***
            Keisha mengikuti Arkan didepannya yang membawa tas pakaian dan tas kerja Keisha. Dirinya sendiri hanya membawa tumbuhan yang tadi dibeinya dari Alex. Dia sempat menolak untuk dibawakan, namun Arkan tak mendengarnya dan hanya langsung membawa tasnya.
            “Aku akan meletakan ini disini” ucap Arkan saat menaruh tas Keisha di atas ranjang, “Aku akan mandi dulu”
            “Arkan..” cegah Keisha
            Arkan menoleh dan menatap Keisha, “Ya?”
            “Aku boleh meletakan ini di dekat jendela?” Keisha menunjukan pohon gardenianya
            Arkan menyipitkan mata, Dia tidak pernah memasukan tanaman didalam kamar bahkan didalam rumah. Bukan karena dia alergi, tapi lebih karena Ia tidak suka sesuatu yang berbau kewanita-wanitaan. Namun, saat melihat Keisha yang meminta itu, pikiran Arkan berubah dan mengangguk. “Atur saja sesukamu”
            “Terimakasih” ucap Keisha
            Saat Arkan memasuki kamar mandi, Keisha segera meletakan potnya di dekat jendela dan mencari sesuatu untuk meletakan bunga mawarnya. Keisha melihat sebuah botol air mineral, masih ada setengah namun Keisha tetap menggunakannya. Tanpa membuang airnya, Keisha meletakan setangkai mawah itu kedalam botol, lalu menaruh botol itu di atas meja kerja Arkan.
            “Akan lebih indah jika terdapat vas bunga disini” gumam Keisha
            Sambil menunggu Arkan selesai mandi, Keisha merapihkan pakaiannya kedalam satu sisi lemari yang sudah disediakan Arkan untuknya. Dia tidak membawa banyak pakaian, karena hanya seminggu disana. Mungkin mereka akan menginap saat Ayah Arkan pulang atau jika ada acara keluarga lainnya.
            Keisha lalu mengambil satu pakaian tidur. Ia akan mandi setelah Arkan selesai.
            Setelah beberapa menit Arkan keluar dengan piyama hitam. Aroma maskulin begitu menyengat di hidung Keisha, membuat dirinya langsung berdiri dan berjalan memasuki kamar mandi tanpa mengatakan apapun pada Arkan.
            Arkan sendiri cukup kaget karena Keisha berjalan begitu cepat, hingga Ia tidak sempat berkata apapun. Padahal Arkan baru akan bertanya tentang bunga yang dibeli Keisha tadi.
            Arkan menatap jendela dan mendapati pot berisi pohon gardenia sudah tertata disana. Walau hanya satu, namun Arkan merasakan kamarnya berubah, ada sesuatu yang asing yang Arkan rasakan.
            Mengingat ada beberapa berkas yang belum Ia baca, Arkan berjalan ke meja kerja dan mendapati bunga mawar Keisha tadi berdiri di dalam botol air mineral. Arkan tersenyum sedikit. “Apa dia tidak memiliki sesuatu yang lebih baik?” tanyanya pada diri sendiri
            Arkan pun langsung duduk dan membaca beberapa berkas. Setelah membaca, Arkan mengambil botol mineral berisi mawar itu. menatapnya dan baru mengingat sesuatu. Laki-laki bernama Alex itu, ada sesuatu yang berbeda saat Keisha berbicara dengan Alex. Seolah Keisha menahan sesuatu, namun Arkan tidak tahu tentang apa itu.
            “Oh, Maaf.. apa itu mengganggumu?” Keisha keluar dari kamar mandi dan langsung mendapati Arkan memandang bunga mawarnya
            Arkan menggeleng, “Tidak. Tidak apa-apa..”
            Keisha menghampiri Arkan, “Aku mencari vas, tapi tidak ada di kamarmu, jadi menggunakan botol itu. maaf ya”
            “Aku akan membeli vas untukmu nanti” ucap Arkan spontan, dirinya bahkan kaget dengan apa yang Ia ucapkan
            Keisha tersenyum dan mengangguk.
            Arkan menaruh bunga mawar itu, lalu berjalan menuju ranjang dan duduk di sana. “Kemarilah, ada yang ingin aku tanyakan” Arkan menepuk-nepuk ranjang disisinya.
            Keisha sedikit ragu, namun akhirnya dia mengikuti perintah Arkan dan duduk di samping laki-laki itu.
            “Aku sebenarnya berusaha tidak menanyakan ini, tetapi perasaanku jadi semakin tidak enak karena menahannya” jelas Arkan dan Keisha hanya menatapnya tak mengerti, “Apa kau menyukai Alex?”
            Keisha langsung menahan nafasnya, dia tidak menyangka Arkan akan menanyakan hal itu. Keisha berusaha sekuat mungkin agar tidak menunjukan ketertarikannya pada Alex. Keisha sangat yakin bahwa Ia bersikap senormal mungkin.
            Keisha menelan ludah dan berusaha menjawab pertanyaan Arkan, “Apa maksudmu? Bagaimana mungkin aku menyukai Alex” jawab Keisha dengan sedikit tertawa
            Arkan menatap Keisha, “Mungkin saja kan? Dia laki-laki dan kau wanita. Apa yang tidak mungkin?”
            “Jelas tidak mungkin!” jawab Keisha cepat, “Alex dan Marry adalah suami istri”
            Arkan menatap kaget, “apa?” tanyanya
            Keisha meremas seprai  mencoba menahan perasaannya, “Alex sudah menikah. Jadi, jelas tidak mungkin aku menyukai Alex” ucap Keisha dengan lemas. Dirinya berusaha tidak mencurigakan.
            Arkan dengan sigap menggenggam tangan Keisha, membuat Keisha menoleh pada Arkan.
            Arkan melihat ada air mata yang ditahan Keisha. Arkan tahu itu, Arkan tahu ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh Keisha, Arkan tahu segalanya mengenai Keisha saat ini. Karena Arkan pernah berada dalam posisi Keisha.
            “Kau tidak harus menahannya saat bersamaku” ucap Arkan
            Saat mendengar kalimat Arkan, saat itu juga air mata Keisha jatuh. Ia tidak bisa menahannya lagi, Ia sudah menahannya sejak dulu, Ia sudah menahan air mata itu sejak lama dan Ia tidak bisa menahan lebih lama lagi.
            Arkan spontan memeluk Keisha, tubuh istrinya itu gemetar dan isakan tangis mulai terdengar. Walau tidak merespon pelukan Arkan, namun Keisha tidak menolak atau bahkan menjauh darinya, itu satu pertanda yang baik bagi Arkan.
            Arkan mengusap lembut kepala Keisha, mencoba menyalurkan ketenangan. Sepertinya hal itu berhasil, karena isakan Keisha sudah tidak terdengar. Namun, badan Arkan langsung menegang saat merasakan tangan Keisha membalas pelukannya.
            “Maaf, hanya sebentar saja” ucap Keisha parau. Kepalanya pun bersandar pada dada Arkan.
            Arkan hanya bisa mengangguk tanpa berkata apapun. Dia sudah sering berpelukan dengan wanita, namun ini pertama kalinya seorang wanita memeluknya dalam tangis dan lebih parahnya lagi, Arkan merasa gugup karena hal itu.
            “Maaf karena membohongimu. Aku.. aku memang menyukainya” ucap Keisha masih dengan suaranya yang parau karena menangis
            “Aku menyukainya sejak Ia bekerja disana. Aku pikir dengan sering kesana Alex akan bisa menyukaiku, namun aku salah. Karena aku sering kesana, Alex justru menganggapku sebagai seorang teman. Aku mengenal Marry sejak kecil, karena Ayah Marry adalah pemilik toko itu. Aku tidak pernah berpikir bahwa Alex akan menyukai Marry, karena Marry bukan tipe wanita yang digilai banyak laki-laki, tapi ternyata aku salah, karena Marry berbeda, Alex justru lebih menyukainya” Keisha terdiam, mencoba menenangkan suaranya yang sedikit bergetar.
            “Aku ingin marah tapi..” lanjut Keisha, “Tapi kecelakaan itu pun terjadi. Kecelakaan yang membuat orang tuaku dan Ayah Marry meninggal. Kecelakaan yang membuat Marry harus merelakan kakinya.. kecelakaan yang membuatku tidak pernah bisa berhadapan terlalu lama dengan Marry”
            Arkan memeluk Keisha lebih erat,
            “Aku yang menyebabkan kecelakaan itu”
            Arkan kaget mendengar perkataan Keisha, namun tetap berusaha tenang karena ini pertama kalinya Keisha bercerita bergitu panjang padanya.
            “Seharusnya aku tida menyuruh mereka buru-buru. Seharusnya aku dan Rasha bisa menunggu lebih sabar dan tidak mendesak mereka. Seharusnya aku...”
            “Cukup!” ucap Arkan saat menyadari suara Keisha mulai bergetar lagi, “Cukup.. aku mengerti”
***
            Arkan terus memeluk Keisha yang tertidur. Mata Keisha terlihat bengkak dan wajahnya sembab. Arkan sangat lelah, namun Ia berusaha untuk tidak tidur dan menyalurkan ketenangan pada istrinya itu. Ia menyesal telah menanyakan hal seperti itu. tapi, Arkan sekarang tahu mengapa Rasha berkata bahwa laki-laki yang disukai Keisha adalah laki-laki yang tidak bisa Keisha raih.
            “Aku tidak akan membiarkannya membuatmu menangis seperti ini lagi” ucap Arkan seraya mengelus kepala Keisha yang sedikit bersandar pada dadanya.
            Posisi mereka sudah tiduran di ranjang. Arkan mencoba setenang mungkin agar Keisha tidak terbangun. Mungkin jika wanita yang ada di sampingnya saat ini bukanlah Keisha, Arkan sudah membuka seluruh piyamanya dan berakhir dengan sebuah gairah yang tinggi bersama wanita itu. tapi, Keisha membuat Arkan menahan segalanya, segalanya yang hanya Arkan sendiri yang tahu.

BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar