Rabu, 02 November 2016

[NOVEL] Don't Love Me - Bab VII

BAB VII
            Mia menunggu dengan senyum yang mengembang sejak Ia keluar dari hotel. Hari ini keinginannya untuk bersama Nathan akan terwujud. Bukan Mia namanya jika tidak berhasil memaksa Nathan untuk menemuinya.
            Mia menatap seorang gadis yang duduk tepat dihadapannya, gadis itu Ia kenal wajahnya. Alexa, Mia tahu itu dari Daniel, Ia mengenalnya namun Mia tak ingin menyapanya karena jika Ia menyapa gadis itu berarti Ia akan mengobrol dengannya dan jika pada saat itu Nathan datang Ia tidak akan berduaan saja dengan Nathan karena tidak mungkin secara tiba-tiba Ia pamit atau bahkan mengusir Alexa. Namun mengingat Alexa adalah pemilik Royal Resto, Mia berpikir untuk menyapanya nanti setelah Ia mengobrol dengan Nathan.

[NOVEL] Don't Love Me - Bab VI

BAB VI
“Rina..” Alexa menyapa Rina yang sedang sibuk di meja Resepsionist. Tersenyum semanis mungkin yang bisa Alexa lakukan.
            “Lexa.. tidak biasanya kesini sore hari. Aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Ada urusan apa? Bertemu Kevin?” Rina membalas senyum Alexa.
            “Ya begitulah. Aku bosan di Resto. Ingin mengganggu sepupuku” Alexa sedikit tertawa dan Rina pun ikut tertawa.

[NOVEL] Don't Love Me - Bab V

BAB V
            Kevin sudah duduk di cafe dekat Royal Hotel, Ia menunggu calon kakak iparnya yang tiba-tiba saja mengajak bertemu. Tak ada prasangka apapun di otak Kevin kecuali penyiksaan batin yang akan dilakukan calon kakak iparnya tersebut. Mungkin saja ini akan menjadi wawancara antara calon adik ipar dan calon kakak ipar dimana sang kakak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akan. Seperti, bagaimana ia bekerja? Mengapa ia harus menjadi pemilik Royal Hotel? Apa makanan kesukaanya? Apa hobinya?. Tunggu, itu semua sudah ditanyakan saat pertemuan pertama mereka berdua.

[NOVEL] Don't Love Me - Bab IV

BAB IV
            Kevin Wijaya sudah menggunakan kemeja dan jas berwarna biru tua. Hari ini, Ia dan kakek akan makan malam bersama dengan keluarga Rina lagi. Jika sebelumnya mereka hanya makan di rumah, hari ini sangat spesial karena Kevin berhasil membujuk dan merayu sepupunya untuk memberikan satu meja besar VIP di Royal Resto untuk dirinya.

[NOVEL] Don't Love Me - Bab III

BAB III
            “Tumbuhanmu akan mengering jika kau menatapnya seperti itu” suara Jonatan kepala koki di Royal Resto membangunkan Alexa dari lamunannya.
            “Jo...” Alexa tersenyum dan berdiri menghampiri Jonatan.
            Jonatan menghampiri Alexa, saat sudah berhadapan Jonatan menyentuh kepala Alexa dan mengelusnya lalu merapihkan rambut yang menghalangi wajah Alexa. “Kau lebih cantik jika tersenyum sayang” Jonatan selalu suka melihat Alexa tersenyum, menurut Jonatan saat Alexa tersenyum itu akan memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

[NOVEL] Don't Love Me - Bab II

BAB II
            “Aku sudah tampankan? Jas ini cocok sekali untukku, aku terlihat sepuluh tahun lebih muda” tuan Wijaya, Kakek dari Kevin dan Alexa tengah memandang dirinya di spion mobil milik Kevin.
            “Ya kakek, kau sangat tampan. Jadi, bisakah kau segera masuk. Aku yakin Rina dan keluarganya sudah menunggu” Kevin membukakan pintu mobil untuk kakeknya, dengan sedikit menggerutu namun kakeknya tetap menurutin perkataan Kevin dan segera masuk dan menggunakan sabuk pengaman.

[NOVEL] Don't Love Me - Bab 1

BAB I
            Kevin sibuk dengan pekerjaannya di salah satu hotel milik keluarganya. Royal Hotel, hotel berbintang yang selalu penuh setiap harinya. Hotel ini memang digunakan oleh para pengusaha untuk memberikan penginapan kepada rekan kerja mereka. Kevin berdiri di meja reseptionist seraya menyandarkan dirinya di meja tersebut.
            “Rina, kapan kau pikir hotel ini akan sepi?” tanya Kevin pada salah satu resepsionist yang sedang berjaga hari ini.
            “Saya tidak tahu, Pak” jawab Rina sedikit gugup karena Kevin tiba-tiba menoleh dan menatapnya.

[NOVEL] I Love You Before - Bab VII

Bab VII


Stay with me
            Aku duduk bersama Ardit di sofa yang berada di ruang tamu Kiran. Suatu keajaiban aku bisa duduk bersebelahan dengannya, satu-satunya orang yang ingin aku hindari. Terpaksa, pasti apa yang aku lakukan ini terpaksa. Alasannya? Ya karena kejadian kemarin di rumahku, aku tak bisa menjawab pertanyaannya dan Kiran dengan cepat menghubungi Ardit untuk menjemputnya. Tentu saja Ardit akan bergerak seribu langkah untuk segera sampai di rumahku. Aku tahu jelas apa yang ada dalam otaknya, Ia pasti berpikir bahwa jika Ia terlambat, Aku akan merebut Kiran darinya. Kekanakan.

[NOVEL] I Love You Before - Bab VI

Bab VI

Tell Me Why
            “Aku nunggu Ardit” ia menjawab dengan ceria. Aku hanya menanyakan, apa yang sedang ia lakukan. Tapi ia justru membuatku ingin loncat ke jurang yang paling dalam, kenapa harus selalu Ardit yang membuatnya begitu ceria.
            “oh” jawabku singkat, Aku segera berjalan dengan cepat ke arah mobilku, tak ada gunanya aku disini, ia tak menungguku, ia menunggu Ardit. Ya Tuhan! Apa yang gue pikirin tadi?
            “Danny... mau kemana?” aku reflek berbalik dan kembali menatapnya. Ini kebiasaan yang buruk, aku seharusnya tidak memperdulikannya.

[NOVEL] I Love You Before - Bab V

Bab V

Sorry
            Sekitar dua minggu lagi proses shooting film akan benar-benar selesai. Beberapa bulan bersama Kiran membuatku tak terpuruk lagi. Tapi ia tetaplah Kiran dan aku tetaplah Danny. Kiran yang membenci Sherly dan mencintai Ardit. Aku yang membenci Ardit dan mencintai Sherly. Ini bukan kesalahannya, kasusku dan Kiran berbeda. Namun, ada yang aneh disini, di hatiku. Aku merasa alasanku membenci Ardit menjadi berubah, aku takut untuk menyadarinya, aku selalu berusaha mengelak saat tiba-tiba aku mulai memikirkan tentang hal itu.

[NOVEL] I Love You Before - Bab IV

Bab IV

My Mistakes
            Kiran duduk di ujung tempat tidurnya sambil menangis, sejak ia dibopoh oleh Ardit tadi, ia terus menangis dan entah mengapa aku merasa tidak nyaman mendengar tangisnya di tambah lagi airmatanya sudah membasahi wajahnya.
            “Dit... sakit” Kiran meremas seprai.
            “apa sih kamu lihat pas jalan? Kamu emang harus selalu berada disamping aku” ucap Ardit seraya membersihkan luka di kaki Kiran.

[NOVEL] I Love You Before - Bab III

Bab III

Her Fears
Dua hari tidak bertemu Kiran sepertinya adalah hadiah dari Tuhan karena aku berhasil memanfaatkan pinjaman hati malaikatnya dengan baik. Aku tidak bisa tidur setelah kejadian malam itu, aku seperti bicara pada gadis lain bukan Kiran. Aku tidak mungkin bersikap sebaik itu pada Kiran, gadis itu tidak mungkin setenang itu. Kiran yang aku kenal sebelumnya adalah Kiran yang berisik dan berenergi. Tapi malam itu, aku melihat Kiran diam, aku melihat matanya memancarkan kelelahan, aku melihat pandangannya kosong. Kiran malam itu bukanlah Kiran si pembuat kebisingan.
“Danny!!” baru saja aku berpikir bahwa Kiran bukanlah pembuat kebisingan, pagi ini dia datang dengan suara yang bising.

[NOVEL] I Love You Before - Bab II

Bab II

The Reason
Hari ini tepat dua minggu aku shooting, dan berarti pula hari ini tepat dua minggu aku mengenal Kiran. Ia masih seperti kelinci yang ingin sekali bermain kemanapun ia bisa, dan ia masih seperti burung nuri yang ingin selalu menyanyi selama ia masih memiliki lagu yang ia hafal.
harusnya gue gak usah merhatiin dia kan” gumamku pelan agar tidak ada seorangpun yang mendengarnya. Ya, seharusnya aku tidak memperhatikan Kiran. Aku sudah bertahan beberapa jam untuk tak memperhatikannya, namun pertahananku masih lemah. Hari ini Kiran membawa cake dan hampir saja menyuapiku, jika saja aku tidak melihat Beni yang tengah menatap tajam ke arahku, mungkin aku sudah memakan potongan cake yang ia potongkan.

[NOVEL] I Love You Before - Bab I


Bab I

Go Far!
            Aku memandang batu nisan itu tanpa berkedip. Mengenang semua yang telah aku lalui bersama seseorang yang telah terkubur dibawah batu nisan itu, semua kenangan ku, semua cintaku, semua kebahagiaanku.
            Celana jeansku sudah kotor oleh tanah yang sejak tadi menjadi tempatku bertumpu. Aku adalah orang terakhir yang masih berada di pemakaman ini. Seakan aku tak akan rela meninggalkan malaikat kebahagiaanku pergi, tak rela ia terkubur di dalam sana tanpa cahaya, aku tidak rela ia sendirian di dalam sana, namun sesungguhnya aku sangat tidak rela ia tak berada di sisiku lagi, saat ini . . .