Senin, 31 Oktober 2016

[CERBUNG] Fix Me -Part 3

Part 3

Langkah kecil dan perlahan Keisha membuat Arkan sedikit begerak. Saat ini Keisha sudah rapih dengan pakaian kerja dan tasnya. Saat bangun tadi Keisha memang sedikit terkejut karena dirinya berada di pelukan Arkan, Keisha tidak ingat apapun kecuali saat dirinya menangis dan memeluk laki-laki itu saat duduk berdampingan, tapi tadi Keisha berusaha tidak panik dan melepaskan diri dari pelukan Arkan seperlahan mungkin.
            Keisha mengambil peep toe miliknya dan berjalan perlahan keluar dari kamar. Keisha bahkan tidak langsung menggunakan sepatunya, Ia hanya menjinjing dan setelah berjalan agak jauh dari kamar, Keisha segera mengenakan sepatunya.
            Saat menuju dapur, Keisha melihat meja makan sudah tertata dengan rapih, beberapa jenis masakan sudah tersedia disana.

[CERBUNG] Fix Me - Part 2

Part 2

Keisha mengecek segala sesuatu yang harus Ia bawa ditasnya. Ia tidak boleh meninggalkan apapun, hari ini ada rapat dan dia tidak memiliki waktu untuk kembali ke rumah walau hanya lima menit.
            Rasha berdeham, “Kau yakin kepalamu sudah lebih baik?”
            Keisha mengangguk lalu berjalan menghampiri Rasha, “Kepalamu sepertinya yang sekarang sakit” Keisha memegang kening Rasha
            Rasha menyipit, tidak mengerti dengan ucapan Keisha.
            “Apa kau akan mengenakan kemeja dengan celana boxer itu?”
            Rasha dengan cepat menatap kebawah, dia sudah mengenakan tas dan sepatu, namun dia lupa untuk mengenakan celana jeansnya. Rasha menatap Keisha yang menahan tawa, “Kau tidak tahu jika ini fashion terbaru?”

[CERBUNG] Fix Me - Part 1

Part 1

Seorang wanita tengah duduk di tepi kolam renang, kakinya dibiarkan terendam dalam air kaporit itu, sedangkan kepalanya menengadah menatap langit yang gelap. Malam ini tidak ada satu pun bintang yang terlihat, mungkin karena musim penghujan sedang melanda Indonesia, maka bintang pun tertutup oleh awan hitam.
            Wanita itu mendesah beberapa kali, beberapa hal yang Ia pikirkan membuat dirinya lemas dan tak bertenaga. Seolah hal buruk akan menimpa wanita itu.
            “Aku hanya memohon pada-Mu. Bisakah kau membuatnya kembali menatapku?” ucap wanita berusia dua puluh empat tahun itu. Dengan kaki yang hampir beku karena menahan dinginnya air kolam, wanita itu berdiri dan berjalan menjauhi kolam renang yang hanya di terangi beberapa lampu di sisi kolam.
            “Aku kira kau akan duduk disana semalaman” seorang laki-laki yang terlihat lebih muda dari wanita itu bersandar pada sisi pintu masuk

[CERBUNG[ Fate - Part 4 End

Part 4 End

Ernest menatap Adeeva dengan tersenyum tanpa malu Ia terus menatap Adeeva dengan pandangan memuja.
“Hei!!” Ernest hampir jatuh dari kursinya saat sebuah tangan menepuk pundaknya
Mata Ernest menyipit, “Reyhan?”
“Ya ini aku” Reyhan tersenyum pada Ernest
“Hai Rey.. kau akan sarapan bersama kami?” tanya Adeeva saat mendengar suara Reyhan disana
Reyhan tersenyum semanis mungkin pada Adeeva, “Hai Deev... tentu saja. Aku merindukan masakanmu yang sangat lezat itu” dan Adeeva hanya tersenyum malu.
Ernest menatap tajam Reyhan, “Apa itu tadi? Rey? Deev? Sejak kapan kalian sedekat itu?” tanya Ernest kesal

[CERBUNG] Fate - Part 3

Part 3

Ernest menggerutu kesal di dalam kamarnya. “Dia sakit dan masih memikirkan larangan kekasihnya?” Ernest menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, “Dia gila atau terlalu cinta pada kekasihnya itu?” gumam Ernest. Ernest mendesah kesal, dirinya memutar tubuh hingga dirinya menghadap ke samping saat ini.
Sudah pukul dua belas malam, namun Ernest tidak mendapat telepon apapun dari Adeeva. Tunggu! Dia bahkan tidak memiliki nomor teleponku. Ucap Ernest dalam hati. Dengan secepat kilat Ernest berlari menuju kamar Adeeva dan tanpa mengetuk pintu, Ernest langsung masuk.
Adeeva kaget saat mendapat Ernest berlari mendekat padanya, “Ada apa?” tanya Adeeva yang masih memegang laptop di pangkuannya. Dirinya masih dengan posisi seperti sebelumnya.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Ernest sambil melirik pada laptop di pangkuan Adeeva

[CERBUNG] Fate - Part 2

Part 2

Ernest duduk dikursinya dan segera membaca semua berkas dan laporan yang sudah tersusun rapih di atas meja kerjanya. Selama empat jam, Ernest hanya membaca, mentandatangani, mencoret dan menelpon. Sampai tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya
“Masuk” ucap ernest
Pintu ruang kerja Ernest perlahan terbuka, dan saat melihat siapa yang datang Ernest pun mengernyit. “Tidak biasanya kau masuk dengan mengetuk pintu”
Seorang laki-laki berpenampilan seperti Ernest masuk dan tersenyum lebar, “haha, bagaimana pun juga ini ruang pimpinan, mana mungkin aku langsung masuk saja” laki-laki itu langsung duduk di hadapan Ernest
“Ada apa kau kemari? Bukankah pengacara Reyhan Saputra sangat sibuk?” Ernest melirik sedikit pada laki-laki bernama Reyhan itu lalu kemudian kembali fokus dengan berkas yang Ia baca.
“Aku ingin....” tiba-tiba Reyhan berhenti bicara, “Oh tunggu, apa ini?” Reyhan langsung mengambil kotak makan bersusun tiga yang ada di sebelah kiri meja Ernest.

[CERBUNG] Fate - Part 1

Part 1

Angin dingin menusuk hingga ke dalam tulang Adeeva. Ia hanya memejamkan matanya, menahan seluruh rasa dingin yang sebenarnya sudah membuat seluruh tubuhnya mati rasa. Ia tetap berdiri di balkon villanya yang terletak di daerah cianjur. Jika dia memiliki keberanian lebih dan jika bunuh diri itu di halal kan, maka mungkin dirinya sudah terjun dari atas balkon dan tergeletak tidak bernyawa di bawah sana. Namun Adeeva masih memilik akal sehat dan masih percaya akan Tuhan, maka disinilah dia sekarang berdiri dengan pasrah pada apapun yang terjadi dalam hidupnya.
Adeeva Atmadja, seorang wanita berusia dua puluh lima tahun, seorang penulis novel dan editor di salah satu penerbit terbesar di Indonesia. Ayahnya seorang pemilik hotel di daerah puncak dan beberapa daerah lainnya, ibunya sudah meninggal dua tahun yang lalu, dan Ia hanya memiliki satu kakak laki-laki bernama Dave yang mewarisi seluruh ilmu bisnis hotel Ayahnya.

[CERPEN] Orang Ketiga

ORANG KETIGA
Aku menatapnya lagi, melihat apa yang dimiliki dirinya sehingga aku benar-benar menjatuhkan hatiku padanya. Tidak, tak ada yang spesial dari dirinya, tidak ada, semuanya biasa saja. Dia hanya seorang Manajer Operasional disalah satu perusahaan di Jakarta, tingginya hanya sekitar 175 cm, kulitnya sawo matang, matanya sedikit sipit dan hidungnya bahkan tidak dapat dikatakan mancung, tapi mengapa aku begitu saja jatuh cinta pada orang seperti dia?.
            “Kau akan jatuh cinta padaku jika kau terus melihatku seperti itu, Airin” Beni mengibas-ibaskan tangannya tepat di depan mukaku.
            “terlalu percaya diri” aku mengalihkan pandanganku darinya.
            Beni tak pernah tahu isi hatiku, bahkan aku sendiri baru menyadarinya beberapa hari yang lalu. Aku sadar saat aku mulai merindukannya, mulai memperhatikannya dan saat aku mulai merasakan cemburu saat Ia sedang bersama Sherly, kekasihnya.

[CERPEN] Secangkir Cappucino

SECANGKIR CAPPUCINO
            Langkahku gemetar, seluruh tubuhku tiba-tiba saja merasa sangat kedinginan, suaraku ikut membeku. Ini seperti mimpi, aku tak pernah menginginkan ini semua, seharusnya sejak awal aku tak pernah memulainya. Aku tahu hubunganku dengannya adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang sudah ku ketahui, kesalahan yang tak akan pernah bisa menjadi sebuah kebenaran.
            “Kiran...” suara berat Alex terdengar jelas, namun aku tidak boleh luluh lagi. Dia bukan untukmu Kiran, ini jalanmu.
            “Kiran.. aku yakin pasti ada jalan agar kita tetap bisa bersama” Alexa berlari dan menggenggam tanganku. Aku tidak bisa mengelak, sentuhan tangannya, aku merindukannya.
            “Alex...” aku berbalik dan memandangnya.

[NOVEL] Don't Love Me - Prolog

PROLOG

“Aku tidak pernah membenci seseorang” Alexa duduk di tepi kolam renang miliknya. Ia menatap laki-laki tepat dihadapannya, di dalam kolam renangnya. “Aku hanya tidak menyukai” Alexa tidak memandang laki-laki itu, Ia justru menengadah dan menatap langit yang semakin gelap.
            “Aku selalu berusaha mengerti dengan prinsipmu itu, namun pada akhirnya Aku sama sekali tidak mengerti dirimu, sepupu” laki-laki itu langsung meletakan telapak kakinya di dinding kolam renang dan dengan sekali sentakan Ia sudah mendorong tubuhnya untuk berenang menjauhi Alexa.

[CERPEN] Cinta Tak Mengerti Cinta

CERITA INI MERUPAKAN SALAH SATU CERPEN YANG AUTHOR IKUT SERTAKAN DALAM LOMBA TAHUN 2014 DAN MENDAPATKAN JUARA KE-2. CERPEN INI DIDEDIKASIKAN UNTUK HARI AIDS SEDUNIA. 
SEMOGA PARA PEMBACA DAPAT MENGAMBIL PEMBELAJARAN DARI CERPEN INI ^^

Tema : Kehamilan tidak diinginkan
Judul : Cinta tak mengerti Cinta

“kenapa aku?” suara bingung seorang gadis terdengar di sebuah sudut sekolah
            “karena aku maunya kamu, cinta” jawab pria yang berada di hadapannya.
            Cinta Indah Dewi, gadis yang sedang menatap seorang pria yang baru saja mengatakan cinta padanya. Cinta bingung, Ia kira Dhika hanya seperti teman laki-lakinya yang lain, Cinta tidak pernah tahu apa itu perasaan menyukai sesorang yang disebut cinta.
            “tapi...” perkataan Cinta di sela
“di coba dulu yaa Cinta..” Dhika memotong perkataan Cinta dengan menempelkan jari telunjuknya di bbir Cinta. Cinta hanya mengangguk dan senyum bahagiapun tersimpul dari bibir Dhika.
***
“aku anter pulang yuk” Dhika tiba-tiba saja menggandeng tangan Cinta.
“ehh?” Cinta terkejut. Ia tidak pernah bersentuhan dengan seorang pria seperti ini. Ada perasaan yang aneh saat Dhika menyentuhnya, ada sesuatu yang belum pernah Cinta rasakan sebelumnya.

[NOVEL] I Love You Before - Prolog


PROLOG

Aku melihat gadis itu dengan pandangan yang dapat dikatakan ‘aneh’. Gadis itu tersenyum, tertawa dan berlari setiap hari tanpa merasa lelah. Walau aku berusaha untuk tidak memperhatikannya, namun suaranya yang riang benar-benar membuatku menyerah dari pertahananku sendiri untuk tidak menderngar atau bahkan melihat gadis itu.
            “Danny, lo gak makan tuh cake lo? Kalo ngga suka, biar gue makan sini” Toni berteriak, ia adalah salah satu kameramen dalam film ‘love you more’ yang sedang aku bintangi. Ia berlari hendak mengambil cake yang masih utuh di meja sebelah kursi yang aku duduki saat ini.